Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

[POPULER DI KOMPASIANA] Korban Pembelajaran Jarak Jauh | Ospek Online | Bisnis Baru Dunia Penerbangan

KOMPASIANA---Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) sudah mendapat peringatan keras setelah terjadi kasus pembunuhan anak oleh orang tua yang kesulitan mengawasi saat belajar online.
Memang tidak mudah bisa membagi fokus antara tetap bisa mengajarkan anak selama belajar di rumah dengan kegiatan rumah tangga lainnya. Terlebih adanya kendala literasi digital bagi para orang tua.

Dari beragam kendala itulah, barangkali, telah membuat tekanan psikologis yang cukup besar bagi para siswa, guru, dan orang tua. Semua semua itu ada saling keterkaitan antara satu dengan lainnya.

Harapannya, tentu saja, ada eveluasi atas pola Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) yang mungkin terus berjalan sampai waktu yang belum bisa dipastikan.

Selain terjadinya kasus tadi, masih ada konten-konten menarik lainnya yang ada di Kompasiana dalam sepekan seperti ospek virtual hingga dampak PSBB di Jakarta bagi Daerah lainnya.

Inilah 5 konten menarik dan terpopuler di Kompasiana dalam sepekan:

1. Pembelajaran Daring (Sudah) Memakan Korban, Mau Tunggu Apalagi?

Nahas! Sulit sekali membayangkan bagaimana bisa orang tua membunuh anak kandungnya dan menguburnya sendiri karena kesal dan merasa anaknya itu sulit diajari dan susah diberitahu.

Kompasianer Nursalam melihat kasus tersebut sebagai bukti ketidaksiapan mental pasangan suami istri (pasutri) yang menikah dini.

Tidak semua orang tua mampu mendampingi anak-anak belajar di rumah dengan optimal karena harus bekerja atau pun tidak punya kemampuan sebagai pendamping belajar anak.

"Jangan sampai dan tidak boleh lagi Anda menunggu jatuhnya korban nyawa bocah-bocah malang lainnya hanya agar hati nurani Anda tergerak untuk serius melawan Covid-19," tulisnya. (Baca selengkapnya)

2. Sudah Gak Zaman Melatih Kekuatan Mental Maba dengan Ngomel dan Bentak!

Mahasiswa baru membutuhkan pengenalan iklim akademik di perguruan tinggi agar dapat beradaptasi dengan lingkungan baru, bukan dibentak oleh senior-senior mereka.

Apalagi beberapa waktu lalu beredar video ospek daring di Universitas Negeri Surabaya (Unesa). Lucunya, terlihat beberapa mahasiswa senior memarahi mahasiswa baru karena tak mengenakan ikat pinggang.

Menanggapi peristiwa tersebut, Kompasianer Irmina Gultom justru ingat bagaimana ia dulu pernah mengikuti Ospek maupun Diklat yang sama kerasnya.

"Ada banyak dalih yang dijadikan para senior untuk membenarkan tindakan mereka ketika mengomeli dan membentak-bentak mahasiswa baru," tulisnya.

Kekerasan tersebut, lanjutnya, untuk melatih kekuatan mental karena bisa jadi nanti akan menghadapi dosen yang luar biasa galak atau kerasnya kehidupan nyata setelah lulus kuliah. (Baca selengkapnya)

3. PSBB Jakarta, Alarm Pengingat bagi Masyarakat di Daerah

Sudah tidak ada lagi PSBB Transisi di Jakarta, akan tetapi kini melakukan PSBB Total dengan adanya 17 aturan baru yang berlaku.

Namun, yang menarik perhatian Kompasianer Hadi Santoso yakni, apapun perdebatan dan latar belakang yang memicunya ia menyoroti pengaruh PSBB Jakarta bagi masyarakat yang tinggal di daerah --di luar Jakarta.

PSBB di Jakarta, tulisnya, seperti menjadi alarm pengingat bagi banyak orang untuk kembali patuh pada protokol kesehatan.

"Alarm pengingat itulah yang kemarin kembali berdering. PSBB Jakarta seolah menjadi momentum untuk kembali mengingatkan masyarakat yang mulai lupa perihal pentingnya protokol kesehatan," lanjutnya. (Baca selengkapnya)

4. Gaji Tidak Bisa Membeli Loyalitas Karyawan

Ada banyak cara yang biasa perusahaan lakukan untuk memertahankan karyawan terbaiknya, satu di antaranya: menaikan gaji.

Tentu tidak serta merta begitu saja, akan tetapi menurut Kompasianer Yupiter Gulo bisa karena susahnya mencari calon karyawan baru untuk menggantikan posisinye tersebut.

"Situasi ini semakin rumit ketika dinamika perubahan dan perkembangan semakin kencang sehingga tidak mudah menduga apa yang akan terjadi ke depan, terutama untuk jangka panjang," tulisnya.

Namun, pada kenyataannya gaji saja tidak cukup. Karena, lanjutnya, ternyata ada banyak faktor lain yang pada umumnya bukan dalam bentuk keuangan. (Baca selengkapnya)

5. Kreativitas Tiada Henti Bisnis Penerbangan, "Flight to Nowhere"

Berani melakukan perubahan adalah jalan keluar untuk tetap bisa bertahan di tengah pandemi seperti sekarang ini.

Ketika dunia pariwisata lesu, maka apa yang dilakukan oleh Singapore Airlines bisa ditiru, yakni tengah mempersiapkan suatu penerbangan tanpa tujuan. Flight to Nowhere, istilahnya.

Akan tetapi, tulis Kompasianer Tonny Syiariel, tidak seperti lazimnya sebab pesawat tersebut hanya akan terbang memutari suatu wilayah, entah di mana, kemudian kembali mendarat di bandara yang sama.

"Flight to Nowhere mungkin bisa dibandingkan dengan penerbangan wisata yang disebut scenic flight, yakni terbang berputar di atas sebuah wilayah untuk menikmati pemandangan alam," tulis Kompasianer Tonny Syiariel. (Baca selengkapnya)

https://money.kompas.com/read/2020/09/19/154302326/populer-di-kompasiana-korban-pembelajaran-jarak-jauh-ospek-online-bisnis-baru

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke