Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Strategi Investasi untuk Antisipasi Resesi

Lantas, bagaimana strategi investasi untuk mengantisipasi resesi tersebut?

Resesi merupakan status yang diberikan kepada suatu Negara yang PDB-nya negatif dua kuartal berturut-turut. Pada kuartal II 2020, tingkat pertumbuhan PDB Indonesia yang disebabkan PSBB pertama akibat Pandemi COVID-19 adalah -5,32 persen. Jika Kuartal III-2020 kembali negatif, maka Indonesia akan menyandang status resesi.

Dalam pemaparan Menteri Keuangan, ibu Sri Mulyani beberapa waktu yang lalu, pertumbunan PDB Kuartal III-2020 diperkirakan antara 0 sampai -2,1 persen dengan kecenderungan mengarah ke -2.1 persen karenanya adanya PSBB lebih ketat di Jakarta.

Apakah status resesi ini berdampak terhadap kinerja investasi reksa dana?

Status resesi bukan hal yang baru dan juga bukan hanya terjadi di Indonesia. Untuk itu, ketika suatu Negara mengalami resesi bukanlah suatu hal yang mengejutkan lagi.

Yang menjadi perhatian dari investor bukanlah resesi atau tidak, tapi seberapa dalam persentase penurunan ekonominya dan apakah sesuai ekspektasi atau tidak.

Jika angkanya sesuai ekspektasi, maka hal tersebut bukan menjadi kejutan sehingga tidak terlalu berdampak juga terhadap volatilitas pasar. Namun jika ternyata turunnya lebih dalam dari -2,1 persen, maka bisa menjadi kejutan negatif. Sebaliknya jika ternyata naik, maka hal ini akan menjadi kejutan positif.

Baik itu kejutan negatif ataupun positif, efek dari pengumuman PDB ini paling hanya bertahan beberapa hari saja. Sebab data PDB itu keluarnya setiap 3 bulan, sementara harga saham, obligasi dan reksa dana berubah setiap hari. Untuk itu, dampak pengumuman ini terhadap kinerja reksa dana juga tidak lama.

Data-data ekonomi lain seperti laporan keuangan, pergerakan suku bunga, data inflasi, data neraca perdagangan dan transaksi berjalan, nilai tukar, perkembangan bursa saham Negara lain, aliran dana asing, dan sebagainya yang akan menjadi faktor penggerak.

Apa Strategi Investasi untuk mengantisipasi kondisi ini?

Resesi atau tidak, harus diakui kondisi reksa dana khususnya reksa dana berbasis saham memang kurang kondusif selama 3 tahun terakhir.

Ada sebagian kecil yang terkena kasus dan sedang masih dalam proses hukum saat ini, ada juga sebagian besar dengan pengelolaan sesuai aturan namun kinerjanya masih negatif karena faktor IHSG yang juga turun.

Di sisi lain, dengan kondisi suku bunga yang terus menurun baik dari dalam maupun luar negeri, kinerja reksa dana berbasis obligasi seperti reksa dana pendapatan tetap dan campuran membukukan kinerja yang positif.

Meski demikian, tren negatif tidak berlangsung selamanya dalam pasar modal. Harga saham yang terus terkoreksi menunjukkan bahwa valuasi saat ini sudah semakin murah. Di sisi lain walaupun asing terus net sell, peranan dari investor domestik mampu mengangkat IHSG.

Dengan membeli reksa dana berbasis saham di valuasi yang rendah, ketika harganya rebound investor berpeluang mendapatkan capital gain yang relatif tinggi.

Untuk itu, dalam melakukan investasi reksa dana, terdapat 3 strategi yang dapat diambil adalah sebagai berikut :

1. Dana Darurat dan Dana Persiapan Investasi

Tempatkan investasi minimal sejumlah 6 – 12 bulan dari kebutuhan hidup sebagai dana darurat di Reksa Dana Pasar Uang. Alternatifnya bisa juga di deposito, tabungan atau instrumen lainnya.

Kemudian untuk dana baru yang rencananya mau dimasukkan ke reksa dana saham, campuran, pendapatan tetap atau terproteksi, apabila masih menunggu “waktu” yang tepat, dapat diparkir sementara juga di Reksa Dana Pasar Uang.

Meski sama-sama di Reksa Dana Pasar Uang, sebaiknya tidak dicampur kecuali anda memiliki money management yang baik. Sebagai alternatif, anda bisa menempatkan misalkan dana darurat di Reksa Dana Pasar Uang Syariah dan dana persiapan investasi di Reksa Dana Pasar Uang Konvensional. Bisa juga dibalik.

Maksimal 50 persen dari dana darurat Anda juga dapat dipertimbangkan untuk ditempatkan di Reksa Dana Teproteksi apabila anda yakin situasi “kedaruratan” tidak akan terjadi untuk 2-3 tahun ke depan. Sebab imbal hasil dari terproteksi biasanya lebih tinggi dibandingkan reksa dana pasar uang.

2. Alokasi Aset

Karena semua jenis reksa dana memiliki plus minus, maka untuk memanfaatkan peluang sekaligus meminimalkan risiko, investasi reksa dana dapat dibagi ke beberapa jenis reksa dana yang berbeda.

Pembagian bisa dilakukan ke Reksa Dana Saham, Reksa Dana Campuran, Reksa Dana USD, Reksa Dana Pendapatan Tetap, dan Reksa Dana Terproteksi.

Pembagian diutamakan pada jenis, bukan nama. Jika anda punya 5 produk dari Manajer Investasi yang berbeda namun jenisnya sama-sama reksa dana saham maka Anda tidak melakukan diversifikasi.

Beli dari 1 manajer investasi untuk 3 jenis produk yang berbeda saja, sudah merupakan contoh diversifikasi yang baik.

Tidak ada aturan baku dalam persentase alokasi yang ideal. Investor bisa melakukan menyesuaikan dengan profil risikonya. Misalkan jika agresif, maka bobot reksa dana sahamnya lebih besar. Jika konservatif, bobot reksa dana pendapatan tetapnya lebih besar.

Karena diversifikasi sangat penting, bobot ke 1 jenis reksa dana sebaiknya tidak lebih dari 70 persen. Jika tidak ada gambaran, bisa menggunakan kisaran antara 30–70 persen untuk 1 jenis reksa dana. Sebab jika terlalu kecil, maka efek diversifikasinya juga akan kurang terasa.

Kemudian untuk jumlah produk dalam 1 jenis itu kembali ke preferensi investor. Ada baiknya tidak lebih dari 5, apakah itu hanya di 1 manajer investasi atau kombinasi dari beberapa manajer investasi.

3. Investasi Berkala dan Market Timing

Ketika nama dan pilihan produk sudah siap, langkah berikutnya adalah “eksekusi”. Untuk anda yang tidak bergerak di bidang keuangan dan investasi, tidak memantau IHSG setiap hari, metode eksekusi yang ideal adalah investasi berkala.

Investor bisa melakukan investasi berkala dengan autodebet dari rekening tabungan bank setiap bulan ke reksa dana tujuannya. Bisa juga melakukan autoinvest yang sumber dananya berasal dari reksa dana pasar uang.

Dengan demikian, tidak perlu terlalu memusingkan apakah pasar akan naik atau turun, yang penting setiap bulan dilakukan investasi ke berbagai reksa dana yang menjadi tujuan.

Namun untuk nominalnya bisa antara 50 – 75 persen dari rencana investasi. Misalkan niatnya autodebet Rp 1 juta per bulan, maka cukup Rp 500.000 per bulan dulu, sisanya ke reksa dana pasar uang. Dana ini sebagai “dana taktis” untuk masuk ketika ada kesempatan.

Ketika ada volatilitas yang tinggi seperti IHSG sampai koreksi di atas 2 persen atau ada pengumuman suku bunga dan inflasi yang membuat harga obligasi anjlok, dana taktis ini bisa digunakan. Bisa sekaligus, bisa juga dibagi beberapa kali karena volatilitas pasar bisa berlangsung selama beberapa hari.

Untuk investor yang memang kerjaannya memantau pasar atau dibantu tenaga pemasar yang memberikan informasi kondisi pasar secara up to date dan memiliki dana investasi relatif besar, biasanya lebih memilih market timing.

Cara ini memang tidak salah, namun tingkat keberhasilan sangat tergantung pada kemampuan membaca kondisi pasar dan eksekusi strateginya.

Demikian artikel ini, semoga bermanfaat.

https://money.kompas.com/read/2020/09/21/141124826/strategi-investasi-untuk-antisipasi-resesi

Terkini Lainnya

Terbit 26 April, Ini Cara Beli Investasi Sukuk Tabungan ST012

Terbit 26 April, Ini Cara Beli Investasi Sukuk Tabungan ST012

Whats New
PGEO Perluas Pemanfaatan Teknologi untuk Tingkatkan Efisiensi Pengembangan Panas Bumi

PGEO Perluas Pemanfaatan Teknologi untuk Tingkatkan Efisiensi Pengembangan Panas Bumi

Whats New
Daftar Lengkap Harga Emas Sabtu 20 April 2024 di Pegadaian

Daftar Lengkap Harga Emas Sabtu 20 April 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Tren Pelemahan Rupiah, Bank Mandiri Pastikan Kondisi Likuiditas Solid

Tren Pelemahan Rupiah, Bank Mandiri Pastikan Kondisi Likuiditas Solid

Whats New
LPS Siapkan Pembayaran Simpanan Nasabah BPRS Saka Dana Mulia

LPS Siapkan Pembayaran Simpanan Nasabah BPRS Saka Dana Mulia

Whats New
Harga Emas Antam Sabtu 20 April 2024, Naik Rp 2.000 Per Gram

Harga Emas Antam Sabtu 20 April 2024, Naik Rp 2.000 Per Gram

Spend Smart
Ini 6 Kementerian yang Sudah Umumkan Lowongan CPNS 2024

Ini 6 Kementerian yang Sudah Umumkan Lowongan CPNS 2024

Whats New
Rincian Harga Emas Hari Ini di Pegadaian 20 April 2024

Rincian Harga Emas Hari Ini di Pegadaian 20 April 2024

Spend Smart
Harga Bahan Pokok Sabtu 20 April 2024, Harga Ikan Tongkol Naik

Harga Bahan Pokok Sabtu 20 April 2024, Harga Ikan Tongkol Naik

Whats New
Aliran Modal Asing Keluar Rp 21,46 Triliun dari RI Pekan Ini

Aliran Modal Asing Keluar Rp 21,46 Triliun dari RI Pekan Ini

Whats New
Kementerian PUPR Buka 26.319 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Kementerian PUPR Buka 26.319 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Whats New
[POPULER MONEY] Kartu Prakerja Gelombang 66 Dibuka | Luhut dan Menlu China Bahas Kelanjutan Kereta Cepat Sambil Makan Durian

[POPULER MONEY] Kartu Prakerja Gelombang 66 Dibuka | Luhut dan Menlu China Bahas Kelanjutan Kereta Cepat Sambil Makan Durian

Whats New
Ada Konflik di Timur Tengah, RI Cari Alternatif Impor Migas dari Afrika dan Amerika

Ada Konflik di Timur Tengah, RI Cari Alternatif Impor Migas dari Afrika dan Amerika

Whats New
Langkah PAI Jawab Kebutuhan Profesi Aktuaris di Industri Keuangan RI

Langkah PAI Jawab Kebutuhan Profesi Aktuaris di Industri Keuangan RI

Whats New
Akar Masalah BUMN Indofarma Belum Bayar Gaji Karyawan

Akar Masalah BUMN Indofarma Belum Bayar Gaji Karyawan

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke