Menurut dia, di masa pandemi ini industri farmasi ikut terkena dampaknya.
“Tantangan industri farmasi Indonesia sangat berat. Penurunan utilisasi produksi (membuat) kinerja menjadi berat,” ujar Dorojatun, Senin (28/9/2020).
Berdasarkan bahan paparannya, industri farmasi nasional baik swasta maupun BUMN memproduksi 90 persen obat-obatan yang dibutuhkan pasar dalam negeri.
Namun, di masa pandemi Covid-19 ini permintaan obat-obatan di pasaran menurun drastis.
“Terjadi penurunan kinerja karena permintaan menurun drastis (turun 50-60 persen) karena pasien non Covid-19 yang berkunjung ke faskes menurun drastis,” kata dia.
Dengan kondisi permintaan di pasaran yang menurun, lanjut dia, tingkat produksi di pabrik pun ikut menurun. Hal tersebut berdampak pada tenaga kerja di pabrik farmasi yang terpaksa harus di rumahkan.
Sebab, kapasitas produksi menjadi idle dan utilisasi hanya terpakai 50 persen di tiga bulan terakhir.
“Karena utilisasi pabrik rendah, sudah mulai terjadi PHK atau merumahkan karyawan. Prediksi 2.000-3.000 karyawan sudah di rumahkan,” ungkapnya.
https://money.kompas.com/read/2020/09/28/211000426/pandemi-covid-19-industri-farmasi-mengaku-phk-sekitar-3.000-karyawan