JAKARTA, KOMPAS.com - Negara-negara yang tergabung dalam Grup 20 atau G20, termasuk Indonesia, menekankan pentingnya peranan bahan bakar hayati atau biofuel dalam rangka menurunkan emisi gas rumah kaca (GRK).
Para anggota G20 pun sepakat untuk meningkaktkan pemanfaatan bahan bakar yang dinilai ramah lingkungan tersebut.
Kesepakatan tersebut tertuang dalam dokumen terkait Circular Carbon Economy (CCE) Platform.
Salah satu poin penting yang disepakati dalam dokumen CCE Platform itu yaitu biofuel adalah salah satu komponen penting untuk menurunkan emisi GRK melalui teknologi dan inovasi (elemen reduce) serta menetralkan emisi karbon melalui proses alami dan dekomposisi (elemen recycle).
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengatakan, terkait pemanfaatan biofuel, Indonesia tengah melakukan upaya membangun kemandirian dan kedaulatan energi nasional dengan mendorong peningkatan pemanfaatan biofuel.
Salah satu inovasi yang berhasil dilakukan adalah implementasi Biodiesel 30 persen (B30) di sektor transportasi, yang diperkirakan dapat menurunkan emisi sebesar 16,9 juta ton karbon dioksida.
"Program pemanfaatan biodiesel ini menjadi bentuk nyata partisipasi aktif Indonesia dalam aksi penurunan emisi GRK global," ujar Arifin dalam keterangan tertulis, Rabu (30/9/2020).
Selain itu, Indonesia juga telah menemukan katalis yang efektif dalam proses produksi fraksi (jenis bentukan) minyak bumi dengan bahan bakar minyak sawit atau green fuels di kilang Pertamina, yakni Katalis Merah Putih.
Biofuel Bersama hidrogen diyakini Arifin dapat memainkan peranan unik dalam percepatan transisi energi menuju sistem energi yang lebih bersih di masa depan dan mendukung pertumbuhan ekonomi.
"Kami juga mencatat peranan lintas sektor bioenergi dan biofuel di antara keempat elemen dalam CCE," katanya.
Lebih lanjut, Arifin menjelaskan, keempat elemen yang dimaksud ialah reduce, yakni upaya menurunkan emisi GRK dengan memanfaatkan teknologi dan inovasi.
Elemen kedua adalah reuse, yaitu penggunaan kembali emisi karbon dan menjadikannya bahak baku industri. Selanjutnya adalah recycle, proses menetralkan emisi karbon melalui proses alami dan dekomposisi.
Elemen yang keempat adalah remove, yaitu menghapus emisi dari atmosfer serta industri berat dan fasilitas melalui penangkapan dan penyimpanan karbon.
Menteri Energi G20 mengakui bahwa krisis saat ini, selain berdampak langsung terhadap kesehatan, ekonomi, dan sosial, telah menyebabkan destabilisasi pasar energi global.
Mereka juga mencatat adanya efek tidak proporsional yang ditimbulkan pandemi terhadap masyarakat dan komunitas yang paling rentan yang menggarisbawahi perlunya memastikan bahwa upaya pemulihan sektor energi tidak meninggalkan siapa pun.
Maka dari itu, para Menteri Energi G20 sepakat pentingnya kerja sama internasional dalam memastikan ketahanan sistem energi yang menguntungkan seluruh pihak.
https://money.kompas.com/read/2020/09/30/133400826/tekan-emisi-gas-rumah-kaca-g20-sepakat-genjot-penggunaan-biofuel