MENURUT Bank Dunia pada sebuah artikel yang ditulis oleh Fika Nurul Ulya di Kompas.com pada 25 Juni 2020, penyediaan air minum di negara masih tertinggal bahkan jika dibandingkan dengan Vietnam dan Filipina yang memiliki pendapatan per kapita lebih rendah.
Salah satu solusi untuk mengatasi permasalahan ini adalah dengan menghadirkan air minum dalam kemasan (AMDK) yang diolah dengan berbagai variasi teknologi filtrasi air dari berbagai sumber yang berbeda pula.
Kehadiran AMDK ini tentu saja sangat membantu masyarakat dari berbagai lapisan agar dapat mengonsumsi air tanpa harus secara tradisional memasak air tersebut dengan harapan dapat mencegah penyakit yang datang akibat konsumsi air yang kurang bersih.
Adapun salah satu AMDK yang muncul mula-mula di Indonesia tahun 1973 adalah Aqua yang saat ini diikuti dengan berbagai merek kompetitor baik yang berasal dari dalam negeri maupun luar negeri seperti Evian dan Fiji.
Dilansir dari berbagai penelitian dan sumber ada banyak faktor yang memengaruhi pengambilan keputusan untuk menggunakan sebuah produk. Beberapa di antara banyak faktor tersebut adalah harga, kemasan, merek, dan kualitas.
Dari semua itu terdapat dua penentu yang dapat dikategorikan sebagai penentu keberhasilan AMDK di pasar, yakni keunggulan yang tertera kemasan dan harga yang dipersepsikan paling sesuai dengan keinginan konsumen.
Keunggulan yang tertera pada kemasan air minum tersebut mencakup ketersediaan merek.
Selain itu, kemasan, ketersediaan informasi seperti sumber mata air, ukuran dan anjuran tenggat waktu pemakaian, warna yang digunakan pada kemasan. Kemudian juga kemudahan yang terdapat pada kemasan seperti kemasan khusus olahraga, kemasan khusus segmen anak-anak, kemasan berlapis sebagai persepsi segel higienitas yang tinggi dan lain-lain.
Berbeda dengan kemasan, harga yang ditawarkan oleh AMDK haruslah sesuai dengan yang dipersepsikan oleh keinginan konsumen ditinjau dari nilai dari harga tersebut, rasionalitas harga, daya beli segmen secara umum, harga pesaing yang beredar dan kualitas bahan dari kemasan.
Harga AMDK dengan botol kaca tentu saja berbeda dengan yang menggunakan botol plastik seperti halnya harga yang dipasang untuk merek lokal jika dibandingkan dengan merek nasional atau bahkan merek global.
Berkaitan dengan hal tersebut setidaknya ada tiga rekomendasi untuk para peminat yang ingin masuk ke dalam pasar AMDK baru berkaitan dengan kemasan dan harga.
Pertama, pengembangan fasilitas produksi yang berkualitas tinggi pada perusahaan lokal baru di setiap propinsi.
Pengembangan fasilitas produksi yang berkualitas tinggi sangat dimungkinkan terutama di propinsi yang memiliki sumber mata air yang baik.
Untuk beberapa propinsi yang tidak memiliki sumber mata air yang berkualitas maka pengembangan dapat dilakukan dengan mengombinasikan proses daur ulang dari sistem sanitasi air yang canggih sehingga jumlah limbah air pada propinsi tersebut berkurang dan malah bisa menghasilkan air layak minum dari hal tersebut.
Kedua, pemilihan merek baru yang selaras dengan minat konsumen.
Sebaiknya setiap merek baru yang ingin dikembangkan selaras dengan minat konsumen selain tentu saja memastikan standar kualitas dari desain secara umum.
Secara umum, konsumen tertarik dengan nama yang berkaitan dengan kesehatan seperti Nestle Pure Life, Vit, dan Prima atau berhubungan dengan sesuatu yang cair seperti Ades, Aquaria, dan Oasis.
Adapun variasi nama lain yang mudah diingat adalah sesuatu yang feminin seperti Pristine, Cleo, dan Crystalline.
Ketiga, kemasan yang unggul sesuai dengan tren di pasar.
kemasan yang unggul sesuai dengan tren di pasar dapat tercipta dengan menonjolkan perbedaan.
Misalnya kehadiran versi galon baik isi ulang maupun sekali pakai, versi botol kaca premium dengan variasi nama tambahan atau bahkan merek yang berbeda, versi botol plastik multi ukuran selaras dengan keinginan pasar, versi gelas plastik untuk sekali minum, dan bahkan versi kaleng yang relatif lebih mudah didaur ulang tiga kali lipat dibandingkan dengan plastik.
Dengan mengetahui dua penentu keberhasilan AMDK di pasar dan menjalankan tiga rekomendasi tersebut, maka bukan tidak mungkin permasalahan ketersediaan air minum yang layak dan sanitasi yang efisien dapat terlaksana sekaligus secara optimal.
Optimalisasi hal semacam ini tentu saja baik untuk dijadikan contoh tidak hanya secara nasional tetapi juga untuk mengatasi permasalahan global.
Mari bersama mendukung perkembangan bisnis lokal terutama yang berguna bagi masyarakat banyak untuk tidak hanya menciptakan lapangan pekerjaan tetapi juga memenuhi kebutuhan dan keinginan yang ada di pasar!
Candella Christie Erjanto, SM
Alumni Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas Tarumanagara
Richard Andrew, SE, MM
Dosen Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas Tarumanagara
Prof Carunia Mulya Firdausy, MA, PhD
Guru Besar Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas Tarumanagara
https://money.kompas.com/read/2020/10/06/123500026/penentu-keberhasilan-air-minum-dalam-kemasan-di-pasar