JAKARTA, KOMPAS.com - Bank Indonesia (BI) kembali mempertahankan suku bunga acuan BI 7 days reverse repo rate (BI-7DRR) di level 4 persen.
Dengan begitu, BI sudah 3 kali berturut-turut mempertahankan suku bunga sejak Agustus lalu.
BI juga mempertahankan suku bunga deposit facility sebesar 3,25 persen dan suku bunga lending facility sebesar 4,75 persen. Hal itu disetujui dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI yang berlangsung pada 12-13 Oktober 2020.
"Setelah melihat berbagai perkembangan baik global maupun domestik, Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI pada tanggal 12-13 Oktober memutuskan untuk mempertahankan BI-7DRR sebesar 4 persen," kata Perry dalam konferensi pers pembacaan hasil RDG Oktober secara virtual, Selasa (13/10/2020).
Perry menyebut, keputusan ini mempertimbangkan perlunya menjaga stabilitas nilai tukar di tengah inflasi yang diperkirakan tetap rendah.
Tercatat, rupiah tetap terkendali didukung stabilitas Bank Indonesia. Pada September 2020, rupiah melemah 2,13 persen point to point (ptp) dipengaruhi oleh tingginya ketidakpastian global maupun domestik.
Kemudian pada 12 Oktober 2020, rupiah menguat 1,22 persen point to point atau 0,34 persen secara rerata dibanding level pada September 2020.
Penguatan rupiah pada Oktober ini, kata Perry, didorong oleh kembali masuknya aliran modal asing, dipengaruhi oleh meningkatnya prospek ekonomi domestik.
Namun sepanjang 2020, kurs rupiah masih mencatat depresiasi sebesar 5,56 persen dibanding akhir tahun 2019.
"BI menekankan pada kuantitas melalui penyediaan likuiditas termasuk dukungan terhadap pemerintah untuk mempercepat realisasi APBN 2020 guna mendorong pemulihan ekonomi nasional," ujar Perry.
Kebijakan mempertahankan suku bunga juga dipengaruhi oleh sejumlah faktor. Pihaknya telah mengevaluasi kondisi ekonomi global maupun domestik, dengan sejumlah indikator yang terlihat mengalami perbaikan.
Pada Juli 2020, neraca perdagangan mengalami surplus 5,57 miliar dollar AS.
Dengan prospek tersebut dan didukung oleh neraca finansial, pihaknya memperkirakan neraca pembayaran pada kuartal III 2020 mengalami surplus, meski terdapat aliran keluar investasi portofolio asing 1,42 miliar dollar AS.
Kemudian pada Oktober 2020, aliran modal asing tercatat membaik. Pada 9 Oktober 2020, terjadi aksi beli di pasar finansial sebesar 0,33 miliar dollar AS.
Lalu, posisi cadangan devisa tercatat sebesar 135,2 miliar dollar AS pada September 2020. Meski menurun dibanding posisi akhir Agustus, posisi cadangan devisa masih baik.
"Posisi tersebut setara dengan pembiayaan 9,5 bulan impor atau 9,1 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah. Posisinya juga berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor," sebut Perry.
Kemudian, Indeks Harga Konsumen (IHK) pada September 2020 mencatat deflasi 0,05 persen secara bulanan (mtm).
Sepanjang 2020, inflasi berada pada level 0,89 persen dan secara tahunan (yoy) inflasi sebesar 1,42 persen. Inflasi sedikit lebih tinggi dibanding bulan sebelumnya sebesar 1,32 persen (yoy).
"Ke depan BI akan memperkuat bauran kebijakan untuk mitigasi dampak Covid-19 dalam mempercepat pemulihan ekonomi nasional. BI akan mengambil langkah-langkah yang diperlukan dengan koordinasi pemerintah untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan," pungkas Perry.
https://money.kompas.com/read/2020/10/13/145132126/untuk-ketiga-kalinya-bi-pertahankan-suku-bunga-acuan-tetap-4-persen
Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & Ketentuan