Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Pekan Depan IHSG Berpotensi Menguat, Ini Sentimen Penggeraknya

JAKARTA, KOMPAS.com – Sepekan ke depan, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diproyeksikan akan menguat terbatas.

Sebelumnya, IHSG ditutup di zona merah dengan penurunan 0,03 persen pada level 5.103,41.

Direktur PT Anugerah Mega Investama, Hans Kwee mengatakan hadirnya beberapa sentimen mulai dari vaksin dan perkiraan kinerja emiten yang lebih baik di kuartal III 2020 membuat IHSG menguat terbatas sepekan ke depan.

“Kami perkirakan indeks akan menguat terbatas di pekan depan. Cenderung SOS bila IHSG menguat untuk bisa BOW kembali ketika IHSG koreksi,” kata Hans, melalui siaran pers, Minggu (18/10/2020).

Adapun beberapa sentimen yang mempengaruhi pergerakan IHSG antara lain, perijinan vaksin Covid-19. Manajemen Pfizer Inc berencana mengajukan izin ke otoritas USA pada awal November.

Vaksin Pfizer merupakan hasil pengembangan perusahaan bersama mitranya di Jerman, BioNTech.

Perkembangan perijinan vaksin menjadi sentimen positif di akhir pekan bagi bursa Eropa dan Amerika di tengah naiknya kasus Covid-19. Saat ini pasar sudah memasukan optimisme vaksin akan segera ditemukan dan segera distribusikan.

Di sisi lain, beberapa perusahaan menghentikan uji coba pengobatan antibodi Covid-19 tahap akhir.

Misalkan saja, Eli Lilly yang menghentikan uji coba karena alasan keamanan. Sebelumnya, Johnson & Johnson juga melakukan hal yang sama dengan alasan efek samping yang belum bisa dijelaskan secara medis.

“Hal ini membuat pasar berpikir proses pencarian obat dan vaksin Covid-19 tidak mudah dan masih butuh waktu lama,” jelas dia.


Sementara itu, harapan akan realisasi stimulus fiskal di Amerika Serikat menjadi perhatian pelaku pasar beberapa pekan ke depan.

Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin berbicara kepada Ketua DPR AS Nancy Pelosi, Presiden Donald Trump akan "mempertimbangkan" menaikkan jumlah bantuan pada paket stimulus fiskal 1,8 triliun dollar AS yang diusulkan sebelumnya.

Di sisi lain, sentimen pilpres AS masih menjadi isu utama penggerak bursa saham. Kandidat dari Partai Demokrat, Joe Biden, diperkirakan akan menang pada pemilihan presiden AS 3 November 2020 mendatang.

Beberapa jajak pendapat menyebutkan, Biden memimpin atas kandidat dari Partai Republik Donald Trump.

“Kemenangan ini akan mendorong paket stimulus ekonomi yang lebih besar dan mengurangi potensi perang dagang dengan China. Selain itu pajak perusahaan di AS juga di perkirakan akan naik. Hal ini mendorong dollar AS lebih lemah dan akan positif bagi pasar Emerging Market termasuk Indonesia,” tambah dia.

Sementara itu, gelombang kedua Covid-19 meningkat karena infeksi melonjak di beberapa wilayah Eropa.

Pemerintah Perancis mengumumkan keadaan darurat kesehatan masyarakat, karena terjadi kenaikan rawat inap akibat Covid-19 di atas ambang batas 9.100 untuk pertama kalinya sejak 25 Juni.

Inggris mengumumkan langkah-langkah ketat untuk mengurangi penyebaran Pandemi Covid-19 di London. Ini membuat Inggris mendekati lockdown nasional kedua.

Ancaman gelombang kedua Covid-19 akan menjadi sentimen negatif yang diperhatikan pelaku pasar pekan depan.

Sementara itu, pasar saham dunia memasuki periode laporan keuangan kuartal ke III tahun 2020. Menurut data Refinitiv, dari 49 perusahaan di S&P 500 yang telah melaorkan kinerjanya, sebanyak 86 persen memiliki kinerja baik dan melewati perkiraan para analis.

Demikian juga di Indonesia, kinerja emiten akan tumbuh positif di kuartal ke III tahun 2020 akibat banyaknya upaya dari otoritas pasar modal dan pemerintah yang mendorong kinerja positif korporasi.

Diperkirakan kinerja emiten akan lebih baik daripada kuartal II 2020 dan juga akan lebih baik dari kuartal pertama tahun 2020.


Di sisi lain, komentar Bank Dunia tentang Omnibus Law UU Cipta Kerja sangat positif. Bank Dunia menilai Undang-undang sapu jagat ini merupakan upaya konkret pemerintah Indonesia melakukan reformasi besar-besaran di sektor bisnis.

Aturan ini akan menjadikan Indonesia lebih berdaya saing dan mendukung aspirasi jangka panjang bangsa untuk menjadi masyarakat yang sejahtera.

Penghapusan pembatasan yang berat pada investasi menandakan bahwa Indonesia terbuka untuk bisnis.

“Undang-undang ini dinilai dapat membantu menarik investor lebih banyak berinvestasi di Indonesia, mampu menciptakan lapangan kerja dan membantu Indonesia mengatasi masalah kemiskinan. Pelaku pasar keuangan sangat positif dengan UU ini sehingga penolakan keras akan menjadi sentimen negatif bagi pasar,” tegas Hans.

https://money.kompas.com/read/2020/10/18/142200226/pekan-depan-ihsg-berpotensi-menguat-ini-sentimen-penggeraknya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke