Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Kemendag Berupaya Dorong Ekspor Tekstil ke Turki

Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kemendag Didi Sumedi mengatakan, Turki meningkatkan bea masuk impornya di Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) sebanyak 50,5 persen dari keseluruhan pos tarif negara tersebut. Sementara 49,5 persen pos tarif Turki tidak dikonsesikan bea masuk impornya kepada WTO.

Untuk produk yang diikatkan tarifnya ke WTO (bound tariff), Turki mencatatkan bound tariff yang tinggi. Contohnya, Turki menetapkan bound tariff untuk produk pakaian jadi, kulit, dan sepatu sebesar 40 persen.

Sementara untuk produk tekstil mulai dari serat, benang, dan kain jauh lebih tinggi lagi yaitu 92 persen. Bound tariff tersebut bertindak sebagai ambang batas teratas yang tidak bisa dilanggar dan tercatat dalam konsesi masing-masing anggota.

“Dengan tingginya bound tariff tersebut, Turki memiliki keleluasaan ruang gerak dalam memainkan instrumen bea masuk impor termasuk menaikkan bea tambahannya,” ujar Didi dalam keterangan resminya, Rabu (28/10/2020).

Ia menjelaskan, dari segi kebijakan nontarif (non-tariff measures/NTM), Turki termasuk ke dalam 10 besar negara di dunia yang paling banyak menerapkan instrumen ini. Hal ini dapat dilihat dari rasio penggunaan NTM yang mencakup 60,74 persen dari total impor Turki dan 24,16 persen dari total ekspor negara tersebut.

Selain itu, Turki merupakan salah satu negara pengguna aktif dari instrumen trade remedies. Data dari WTO, Turki menempati urutan ke-10 di dunia dengan jumlah penyelidikan terbanyak.

Khusus untuk tekstil Indonesia, saat ini terdapat tujuh kasus aktif yang dituduhkan Turki ke Indonesia. Terdiri dari kasus antidumping untuk produk polyester textured yarn (PTY), polyester staple fiber (PSF), dan dua kasus spun yarn, lalu safeguard untuk nylon yarn dan PSF, serta anticircumvention untuk produk polyester oriented yarn (POY).

Dari tujuh kasus tersebut, enam di antaranya sudah dikenakan bea masuk tambahan dengan kasus PTY dalam proses sunset review. Sementara untuk safeguard PSF masih dalam proses penyelidikan.

"Maka terlihat bahwa pasar Turki merupakan pasar yang cukup menantang bagi ekspor tekstil Indonesia. Namun, pasar Turki sejatinya juga memiliki potensi cukup besar bagi industri tekstil kita,” kata Didi.

Menurut dia, potensi bagi industri tekstil Indonesia didasarkan pada dua alasan. Pertama, posisi Turki yang membentang dari tenggara Eropa sampai dengan Asia Barat sehingga negara ini merupakan hub yang penting untuk menembus pasar Timur Tengah, Eropa, bahkan Afrika bagian utara.

Kedua, Turki adalah negara produsen tekstil dan garmen utama dunia. Negara tersebut merupakan pemasok ke-6 terbesar di dunia dan ke-3 di Eropa.

Dengan demikian, eksportir Indonesia dapat menjadi pemasok bahan baku atau intermediate goods TPT berkualitas tinggi atau dengan kata lain masuk ke dalam rantai nilai pasok (supply chain) Turki. Contohnya, serat stapel buatan merupakan produk ekspor terbesar Indonesia ke Turki pada 2019 dengan nilai 366 juta dollar AS dan tren pertumbuhan yang cukup besar.

Direktur Pengamanan Perdagangan Kemendag Pradnyawati menambahkan, beberapa upaya dilakukan pemerintah untuk memanfaatkan peluang ekspor ke Turki, di antaranya melalui Indonesia-Turkey Comprehensive Economic Partnership Agreement (IT-CEPA) yang tengah dalam proses perundingan.

Selain itu, dilakukan penguatan intelijen pasar untuk mengidentifikasi spesifikasi impor Turki pada masa pandemi dan pasca pandemi. Serta pelaksanaan business matching B2B untuk sinkronisasi suplai dan permintaan pasar Turki.

Kemudian, perlu dilakukan pula penciptaan diferensiasi produk tekstil yang berdaya saing dan komplementer dengan kebutuhan Turki.

“Indonesia dapat fokus pada ekspor produk-produk tekstil yang tidak dapat diproduksi dan/atau tidak mencukupi suplainya di Turki, diantaranya produk dengan kode HS 550410, 550021, dan 540231," ujar Pradnyawati.

Pada 2019, total perdagangan Indonesia-Turki tercatat sebesar 1,49 miliar dollar AS, dengan Indonesia surplus sebesar 805,65 juta dollar AS. Pada periode tersebut ekspor Indonesia ke Turki tercatat sebesar 1,15 miliar dollar AS, sedangkan impor Indonesia dari Turki sebesar 342,23 juta dollar AS.

Sementara, pada periode Januari-Agustus 2020, total perdagangan kedua negara mencapai 856,91 juta dollar AS. Pada periode ini ekspor Indonesia ke Turki sebesar 671,93 dollar AS, sedangkan impor Indonesia dari Turki sebesar 185,88 juta dollar AS.

Produk ekspor utama Indonesia ke Turki yaitu serat stapel buatan, minyak kelapa sawit, karet alam, benang dari serat stapel sintetik, dan kertas. Sementara produk impor utama Indonesia dari Turki adalah tembakau, carbonat, borates, gandum, dan katun.

https://money.kompas.com/read/2020/10/28/201200326/kemendag-berupaya-dorong-ekspor-tekstil-ke-turki

Terkini Lainnya

BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Pegadaian Bukukan Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I 2024

Pegadaian Bukukan Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I 2024

Whats New
Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun, Bulog Tunggu Arahan Pemerintah

Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun, Bulog Tunggu Arahan Pemerintah

Whats New
BTN Cetak Laba Bersih Rp 860 Miliar pada Kuartal I 2024

BTN Cetak Laba Bersih Rp 860 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah dari Sawah Hasil Teknologi Padi China

Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah dari Sawah Hasil Teknologi Padi China

Whats New
Bulog Baru Serap 633.000 Ton Gabah dari Petani, Dirut: Periode Panennya Pendek

Bulog Baru Serap 633.000 Ton Gabah dari Petani, Dirut: Periode Panennya Pendek

Whats New
Dari Perayaan HUT hingga Bagi-bagi THR, Intip Kemeriahan Agenda PUBG Mobile Sepanjang Ramadhan

Dari Perayaan HUT hingga Bagi-bagi THR, Intip Kemeriahan Agenda PUBG Mobile Sepanjang Ramadhan

Rilis
INACA: Iuran Pariwisata Tambah Beban Penumpang dan Maskapai

INACA: Iuran Pariwisata Tambah Beban Penumpang dan Maskapai

Whats New
Bank DKI Sumbang Dividen Rp 326,44 Miliar ke Pemprov DKI Jakarta

Bank DKI Sumbang Dividen Rp 326,44 Miliar ke Pemprov DKI Jakarta

Whats New
OASA Bangun Pabrik Biomasa di Blora

OASA Bangun Pabrik Biomasa di Blora

Rilis
Pengumpulan Data Tersendat, BTN Belum Ambil Keputusan Akuisisi Bank Muamalat

Pengumpulan Data Tersendat, BTN Belum Ambil Keputusan Akuisisi Bank Muamalat

Whats New
Cara Hapus Daftar Transfer di Aplikasi myBCA

Cara Hapus Daftar Transfer di Aplikasi myBCA

Work Smart
INA Digital Bakal Diluncurkan, Urus KTP hingga Bayar BPJS Jadi Lebih Mudah

INA Digital Bakal Diluncurkan, Urus KTP hingga Bayar BPJS Jadi Lebih Mudah

Whats New
Suku Bunga Acuan BI Naik, Anak Buah Sri Mulyani: Memang Kondisi Global Harus Diantisipasi

Suku Bunga Acuan BI Naik, Anak Buah Sri Mulyani: Memang Kondisi Global Harus Diantisipasi

Whats New
Ekonom: Kenaikan BI Rate Bakal 'Jangkar' Inflasi di Tengah Pelemahan Rupiah

Ekonom: Kenaikan BI Rate Bakal "Jangkar" Inflasi di Tengah Pelemahan Rupiah

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke