Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Menanti Penerbangan Domestik Normal Kembali

Garuda Indonesia misalnya, telah mendandani beberapa pesawat terbangnya dengan masker untuk menarik perhatian banyak pihak sekaligus mengundang keingintahuan banyak orang dan berharap selera untuk bepergian dapat meningkat kembali.

Sementara itu Maskapai Penerbangan Singapura telah menyelenggarakan penerbangan statis menggunakan pesawat terbang raksasa super modern Airbus A-380 dalam format restoran yang menyajikan “dinner on board”.

Pokok permasalahan adalah minat untuk bepergian menggunakan pesawat terbang telah jauh berkurang seiring merebaknya virus covid 19 pada awal tahun 2020. Tentu saja berkurangnya minat terbang bagi para "air traveler" berawal dari kekhawatiran akan terpapar Covid-19.

Penjelasan dari pihak maskapai penerbangan tentang kelengkapan kabin dengan sistem aliran udara yang menjamin sirkulasi yang aman terhadap penyebaran virus masih belum mampu meyakinkan para calon penumpang.

Demikian pula penjelasan dari beberapa pihak yang menyatakan bahwa belum ada bukti nyata tentang munculnya klaster Covid-19 dalam operasi penerbangan, tidak pula bisa mendongkrak jumlah peminat penumpang pesawat terbang.

Seiring dengan menyusutnya pertumbuhan ekonomi yang berdampak pada menurunnya pendapatan, dipastikan juga berpengaruh pada kemampuan orang untuk bepergian menggunakan pesawat terbang yang tiketnya mahal.

Sebenarnya, belakangan ini keinginan untuk bepergian lagi menggunakan sarana angkutan udara terlihat sudah mulai meningkat secara bertahap, akan tetapi masih tetap berada jauh dari apa yang diidamkan oleh Maskapai Penerbangan.

Beberapa faktor yang menjadi alasan adalah ribetnya prosedur tambahan protokol kesehatan yang harus dijalankan oleh para calon penumpang. Sejalan dengan itu diperoleh kabar bahwa belum adanya keseragaman prosedur tambahan yang harus dilaksanakan pada titik pemberangkatan dan pada kota tujuan. Aturan dan atau regulasi yang diberlakukan pada tiap-tiap daerah belum mengacu kepada pedoman yang standar.


Upaya pemerintah untuk turut membantu meningkatkan gairah para penumpang angkutan udara, belakangan ini terlihat cukup berani yaitu tidak lagi mensyaratkan kapasitas penumpang 70 persen untuk pesawat sekelas ATR, walau tetap harus mematuhi protokol kesehatan yang berlaku.

Persoalannya adalah saat transit untuk pindah ke pesawat yang lebih besar maka mereka berhadapan pada pembatasan yang tetap pada angka 70 persen. Tidak mudah memang untuk dapat meyakinkan para pengambil keputusan dengan misalnya membebaskan saja jumlah kapasitas penumpang yang diperbolehkan untuk diangkut.

Disisi lain penentu kebijakan tidak berada pada otoritas yang mengatur teknis penerbangan, sementara itu minat untuk bepergian menggunakan pesawat terbang masih sangat rendah.

Minggu belakangan ini konon jumlah penumpang yang bepergian menggunakan pesawat terbang untuk rute domestik sudah mencapai angka 30 persen dari jumlah sebelum Covid-19. Perkembangan yang cukup menggembirakan karena prediksi untuk mampu mencapai angka 30 persen sebelumnya diramalkan baru akan terjadi pada awal 2021.

Harapan ke depan tentu saja kini amat bergantung kepada kapan vaksin dapat berperan dalam mengatasi pandemi Covid-19. Kabar yang masih simpang siur tentang vaksin membuat sulit untuk meramalkan kapan penerbangan nasional dapat berangsur pulih kembali.

Beruntung Indonesia yang berujud kepulauan dan sangat luas itu, mau tidak mau jadi sangat bergantung kepada kebutuhan akan moda angkutan udara. Sebuah tantangan besar yang tengah dihadapi di masa sulit ini, mengingat dibalik kebutuhan yang tinggi tersimpan banyak hal yang sangat tidak mudah untuk diatasi.

Dengan kondisi di tengah pandemi Covid-19, hanya maskapai penerbangan yang tidak memiliki beban kiranya yang akan mampu untuk survive berhadapan dengan tantangan berat saat ini.

Maskapai penerbangan yang masih terbebani dengan warisan utang dan maskapai dengan beban banyaknya armada pesawat yang tidak bisa diterbangkan akibat turunnya jumlah penumpang, benar-benar menghadapi cobaan yang dahsyat.

Ujian berat kini tengah dihadapi oleh para jajaran manajemen maskapai penerbangan di seluruh dunia. Andaikata di tengah kesulitan ini ada orang yang berani memulai bisnis membangun maskapai penerbangan baru yang mulai dari titik nol, bisa saja akan menjadi peluang besar dalam bersaing dengan maskapai penerbangan lainnya.

Pada setiap musibah, memang sudah tersedia potensi peluang memperoleh “keuntungan”, tinggal kejelian saja yang dapat mengantarnya ke titik itu. Dolly Parton, penyanyi beken Amerika yang juga penulis dan pencipta lagu mengatakan bahwa “If you don’t like the road you’re walking, start paving another one”.

Hal yang pasti sudah banyak pihak sekarang ini tengah menanti kapan dunia penerbangan nasional dapat pulih kembali. Sebuah pertanyaan yang tengah menanti jawaban.

https://money.kompas.com/read/2020/10/29/160833526/menanti-penerbangan-domestik-normal-kembali

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke