Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Intip Bisnis Tas Daur Ulang Plastik yang Rambah Pasar Ekspor

JAKARTA, KOMPAS.com - Limbah plastik ternyata mampu memiliki nilai jual yang tinggi di tangan Deasy Esterina. Ia mengubah plastik yang selama ini merupakan masalah bagi lingkungan menjadi sebuah tas yang berkualitas.

Wanita berusia 30 tahun asal Semarang tersebut, merupakan pelaku usaha yang sukses menjadikan kantong plastik 'kresek' sebagai bagian dari bahan pembuatan produk tasnya.

Jenis tas yang dihasilkan beragam, seperti ransel (backpack), tas selempang (sling bag), tas laptop (laptop bag), tas pinggang (waist bag), dompet, tote bag, dan pouch. Penjualan produk-produk ini bahkan mencapai pasar luar negeri.

Keberhasilan Deasy membuat tas juga diakui dengan berbagai penghargaan yang ia dapatkan, diantaranya Good Design Indonesia, Asephi Emerging Award, Sustainable Business Award, dan Pengusaha Wanita Muda Pengolah Limbah Plastik dari Leprid.

Deasy merintis bisnisnya sejak Oktober 2014 dengan memakai merek Kreskros. Saat itu belum terlalu serius, karena bisnisnya hanya berdasarkan hobi membuat kerajinan tangan.

Kala itu ia sedang tertarik dengan aktivitas merajut. Perhatian juga tertuju pada banyaknya kantong plastik yang ada di sekitarnya. Alhasil, kondisi tersebutlah yang memunculkan ide Deasy untuk membuat tas dengan kombinasi rajutan plastik.

"Karena keterbatasan teknik merajut yang saya kuasai, saya pikir ada yang harus dibuat unik. Jadi saya pilih limbah plastik," kisahnya kepada Kompas.com ketika dihubungi pada Jumat (30/10/2020).

"Jadi selain membuat rajutan yang berbeda dengan rajutan benang lain pada umumnya, saya juga bisa membuat hal baik meski kecil untuk lingkungan," imbuh Deasy.

Saat itu, pemasaran produk tasnya hanya mengandalkan relasi dan media sosial pribadi. Ternyata respons positif didapatkan Deasy dari lingkungan sekitarnya, baik kerabat maupun sahabat. Ini yang mendorong dia untuk serius menggarap bisnisnya.

Tujuan Deasy agar bisa memberdayakan ibu-ibu di wilayahnya untuk mendapatkan penghasilan di tengah kesibukan mereka mengurus keluarga. Sebab waktu kerja di Kreskros memang dibuat fleksibel bagi para ibu rumah tangga tersebut.


"Di Ambarawa saya menemui kondisi ibu-ibu yang masih bisa dikembangkan," katanya.

Tetapi menjadi serius mengelola bisnis bukan berarti hal yang mudah. Ia banyak melalui masa-masa sulit dari kekurangan modal, sumber daya manusia (SDM) yang belum memadai, hingga kesulitan mengelola manajemen bisnisnya.

Deasy berkisah, dirinya memulai bisnis dengan modal senilai Rp 10 juta yang berasal dari tabungan pribadi. Saat itu penjualan tas hanya memberi untung sedikit, bahkan seringkali defisit. Ia harus menyuntik modal kembali guna tetap bisa berproduksi.

Syukurnya bisnis tetap terus berjalan, hingga akhirnya ia berhadapan dengan permintaan yang banyak sedangkan kapasitas produksi tak menyanggupi. Alhasil, Deasy harus menambah SDM, ia merekrut dan melatih para pegawai untuk memiliki kemampuan memproduksi tas seperti dirinya.

Permasalahan manajemen akhirnya terasa ketika tim bisnisnya semakin banyak. Salah satunya, ia harus mampu mendelegasikan pekerjaan secara lebih efektif.

"Berhubungan antar manusia tidaklah mudah karena kita berurusan dengan ego, pengertian dan pemikiran, serta pengalaman dan kebiasaan masing-masing. Sehingga selain menjadi mentor dan 'kapten', saya juga menjadi teman mereka untuk berbagi dan berjuang bersama," ungkap Deasy.

Kini bisnisnya sudah berjalan selama 6 tahun, Deasy pun memiliki 15 pegawai yang mencakup bagian memotong bahan, merajut dan menjahit, quality control, dan administrasi. Seiring dengan berkembangnya bisnis, permodalan pun tak lagi menjadi kendala yang besar.

Pemasarannya kini berkembang, tak lagi di media sosial pribadi, melainkan ke website resmi dan akun bisnis instagram dengan brand Kreskros. Deasy juga memperkenalkan produknya lewat baazar dan workhsop.

Strategi pemasaran itu membuat penjualan mencakup pasar yang luas, ke seluruh Indonesia, tapi umumnya permintaan banyak didapatkan dari konsumen di Jakarta, Semarang, dan Surabaya. Tapi hanya di dalam negeri bahkan hingga ke mancanegara.


"Paling jauh kami jual ke California (Amerika Serikat). Tapi ekspor kebanyakan ke Singapore dan Australia," ungkap Deasy.

Produknya dijual dengan harga yang beragam menyesuaikan jenis tas, kisarannya paling murah Rp 100.000 hingga paling mahal bernilai Rp 2,4 juta. Deasy bilang, penjualan produknya sekitar 300-500 buah dalam sebulan.

Tapi capaian itu terjadi di masa normal atau sebelum pandemi Covid-19. Ia mengaku, pandemi sangat berdampak pada bisnisnya. Permintaan menurun, kini hanya bisa menjual 10-50 produk per bulan.

Kendati menghadapi tekanan, Deasy mengatakan, dirinya memilih untuk membuat strategi dan mengeksplorasi pengembangan produknya, ketimbang harus meratapi kondisi yang ada.

"Strategi yang kami pilih dalam masa pandemi ini adalah 'tenang'. Dari 'tenang' ini kami melihat diri dan berbenah," kata Deasy.

Saat ini pendekatan dan penjualan ke konsumen dilakukan secara business to customer (B2C) atau langsung ke pelanggan, maupun business to business (B2B) atau ke perusahaan. Sehingga permintaan produk bisa dalam bentuk satuan, ataupun dalam jumlah banyak sebagai souvenir untuk keperluan event suatu perusahaan atau pemerintahan.

Deasy menekankan, ke depan bisnisnya tidak akan fokus terhadap kuantitas produksi tetapi terhadap kualitas. Ini sebagai strategi yang dilakukan untuk fokus menggaet pelanggan secara lebih personal.

"Harapan kami ke depan justru bukan masalah kuantitas, tapi kualitas engagement terhadap customer," pungkasnya.

https://money.kompas.com/read/2020/10/31/081356226/intip-bisnis-tas-daur-ulang-plastik-yang-rambah-pasar-ekspor

Terkini Lainnya

Rupiah Melemah Tembus Rp 16.200 Per Dollar AS, Apa Dampaknya buat Kita?

Rupiah Melemah Tembus Rp 16.200 Per Dollar AS, Apa Dampaknya buat Kita?

Whats New
Dollar AS Tembus Rp 16.200, Kemenkeu Antisipasi Bengkaknya Bunga Utang

Dollar AS Tembus Rp 16.200, Kemenkeu Antisipasi Bengkaknya Bunga Utang

Whats New
Bawaslu Buka 18.557 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Prioritas Kebutuhannya

Bawaslu Buka 18.557 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Prioritas Kebutuhannya

Whats New
Ingin Produksi Padi Meningkat, Kementan Kerahkan 3.700 Unit Pompa Air di Jatim

Ingin Produksi Padi Meningkat, Kementan Kerahkan 3.700 Unit Pompa Air di Jatim

Whats New
Kemenhub Buka 18.017 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Kemenhub Buka 18.017 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Whats New
Melalui Pompanisasi, Mentan Amran Targetkan Petani di Lamongan Tanam Padi 3 Kali Setahun

Melalui Pompanisasi, Mentan Amran Targetkan Petani di Lamongan Tanam Padi 3 Kali Setahun

Whats New
Konflik Iran-Israel Bisa Picu Lonjakan Inflasi di Indonesia

Konflik Iran-Israel Bisa Picu Lonjakan Inflasi di Indonesia

Whats New
Kartu Prakerja Gelombang 66 Resmi Dibuka, Berikut Persyaratannya

Kartu Prakerja Gelombang 66 Resmi Dibuka, Berikut Persyaratannya

Whats New
Kemensos Buka 40.839 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Kemensos Buka 40.839 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Whats New
Pemudik Lebaran 2024 Capai 242 Juta Orang, Angka Kecelakaan Turun

Pemudik Lebaran 2024 Capai 242 Juta Orang, Angka Kecelakaan Turun

Whats New
Pasar Sekunder adalah Apa? Ini Pengertian dan Alur Transaksinya

Pasar Sekunder adalah Apa? Ini Pengertian dan Alur Transaksinya

Work Smart
Signifikansi 'Early Adopters' dan Upaya 'Crossing the Chasm' Koperasi Multi Pihak

Signifikansi "Early Adopters" dan Upaya "Crossing the Chasm" Koperasi Multi Pihak

Whats New
Rupiah Tertekan Dekati Rp 16.300 Per Dollar AS, BI Terus Intervensi Pasar

Rupiah Tertekan Dekati Rp 16.300 Per Dollar AS, BI Terus Intervensi Pasar

Whats New
Cara Gadai BPKB Motor di Pegadaian, Syarat, Bunga, dan Angsuran

Cara Gadai BPKB Motor di Pegadaian, Syarat, Bunga, dan Angsuran

Earn Smart
Harga Minyak Dunia Melonjak 3 Persen, Imbas Serangan Balasan Israel ke Iran

Harga Minyak Dunia Melonjak 3 Persen, Imbas Serangan Balasan Israel ke Iran

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke