Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Masyarakat Kendal Mampu Tingkatkan Taraf Hidup lewat Produksi Minyak Esensial

JAKARTA, KOMPAS.com - Sekitar 4.000 warga yang tersebar di 10 desa yang ada di Kabupaten Kendal, Jawa Tengah, berhasil meningkatkan taraf hidup melalui pemanfaatan sumber daya alam yang ada di desa mereka.

Rata-rata pendapatan warga meningkat setelah beralih memproduksi minyak esensial, dari sebelumnya bergantung pada produk pertanian yang harganya kerap anjlok saat panen.

Minyak esensial atau minyak atsiri merupakan ekstrak minyak beraroma yang didapat dari hasil penyulingan tanaman, bunga, akar, kayu, atau biji buah. Minyak ini banyak dimanfaatkan untuk relaksasi, campuran parfum, atau menjadi obat penawar penyakit.

Semua bermula dari Khafidz Nasrullah, pemuda yang menjadi penggerak bagi warga desa untuk memproduksi minyak esensial. Ia merupakan anak buruh tani di salah satu desa di Kabupaten Kendal yakni Desa Ngargosari.

Ia mengatakan dulu tembakau menjadi satu-satunya komoditas utama di wilayah tersebut. Namun, karena prospek ke depan dianggap tidak terlalu baik, tembakau pun ditinggalkan.

Sehingga masyarakat mulai menanam sayuran dan buah, seperti cabai, kubis dan jambu biji. Program Desa Mandiri Energi tahun 2012 yang dicanangkan pemerintah pun tak berjalan baik.

Hal itu membuatnya berinisiatif mencari tanaman alternatif untuk dibudidayakan bersama masyarakat. Pilihannya jatuh pada cengkeh dan sereh wangi yang memang banyak di wilayah tersebut.

Sempat mengenyam pendidikan Jurusan Teknik Industri di UIN Yogyakarta, Khafidz memakai ilmunya untuk memberdayakan masyarakat sekitar dengan masuk ke bidang usaha yang baru, yakni minyak esensial.

"Ternyata ada daun-daun cengkih kering yang berguguran di belakang rumah yang tidak dimanfaatkan. Maka itu jadi terpikirkan untuk riset dan dimanfaatkan jadi minyak esensial," ungkap Khafidz dalam Workshop Lingkungan 2020 Astra secara virtual, Selasa (10/11/2020).

Untuk minyak esensial berbahan baku sereh wangi digunakan daun yang masih segar berwarna hijau. Sedangkan untuk berbahan baku cengkih, yang digunakan hanya daun yang berguguran atau layu.

Lantaran daun cengkih berwarna kecoklatan yang sudah jatuh ke tanah memiliki kandungan minyak yang lebih tinggi ketimbang yang masih di pohon.

Adapun untuk menampung produksi-produksi minyak esensial dan memasarkannya, Khafidz membangun CV Nares. Maka tak aneh bila saat ini banyak produk minyak esensial dengan merek Nares yang tersebar di seluruh Indonesia.

Bahkan minyak esensial Nares sudah diekspor ke berbagai negara seperti Jerman, Prancis dan Spanyol.

Peningkatan Pendapatan Penduduk Desa

Khafidz menjelaskan, ada tiga pemberdayaan yang dilakukan pada penduduk desa. Pertama, pihaknya membeli bahan baku dari masyarakat yang kemudian Nares melakukan penyulingan minyak esensial.

Kedua, warga yang sudah bisa melakukan penyulingan menjual produksi minyak esensialnya kepada Nares. Serta ketiga, warga yang tidak memiliki lahan maka menjadi pekerja dalam proses pembuatan minyak esensial.

"Mereka sangat antusias, semangat untuk produksinya bisa lebih meningkat dan kualitasnya lebih unggul lagi. Karena memang mereka sudah rasakan betul manfaat dari yang mereka lakukan itu," jelasnya.

Khafidz bilang, jika dahulu masyarakat desa hanya bergantung pada pertanian biasa, pendapatannya cuma sebesar Rp 750.000-Rp 1 juta per bulan. Padahal kebutuhan hidup mereka berkisar Rp 1,4 juta-Rp 1,5 juta per bulan atau Rp 40.000 per hari.

"Jadi masih sangat-sangat kurang, dengan kondisi perekonomian seperti itu mereka bisa dikatakan masih berada di bawah garsis kemiskinan," tambahnya.

Namun sejak warga desa beralih memproduksi minyak esensial dari cengkih dan sereh wangi, pendapatannya meningkat jadi sekitar Rp 2 juta-Rp 5 juta per bulan. Rata-rata naik hingga empat kali lipat.

Kondisi finansial yang membaik bahkan berdampak lain pada kehidupan sosial dan pendidikan masyarakat desa. Menurut Khafidz, keluarga para petani menjadi lebih harmonis karena tidak tertekan masalah ekonomi.

"Peningkatan pendapatan memberikan dampak keharmonisan keluarga. Hal lain yang enggak bisa diukur dengan nilai dari kesejahteraan adalah senyum para petani," kata dia.

Di sisi lain, masyarakat pun semakin terbuka akan pentingnya pendidikan setinggi mungkin untuk peningkatan taraf hidup. Lantaran, kebanyakan penduduk desa merupakan lulusan sekolah dasar (SD).

"Harapannya mereka sebagai orang tua yang dulunya bahkan enggak lulus SD, sekarang mereka ingin anaknya harus ke jenjang kuliah," ungkap Khafidz.

Peran Astra Membina Warga Desa

Kisah Khafidz dengan warga desa di Kabupaten Kendal tak lepas pula dari peran Astra yang berupaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia. Lantaran wilayah tersebut menjadi salah satu Desa Sejahtera Astra (DSA).

Sejak membina DSA di Kendal pada Juli 2019 hingga saat ini, Astra terus memotivasi dan membina masyarakat di sana untuk menanam serai wangi, mengumpulkan daun cengkih, sekaligus mengolah bahan baku dari minyak esensial.

Perusahaan melalui program DSA memberikan dukungan berupa fasilitas mesin pengolahan bahan baku minyak esensial, pendampingan, dan pembinaan kepada masyarakat desa.

Astra memberikan edukasi mengenai cara memproduksi minyak esensial, mulai dari metode pengeringan bahan baku, pengetahuan soal bahan baku seperti apa yang siap diolah melalui mesin penyulingan, hingga tentang cara pengolahannya.

Tak berhenti di situ, Astra juga memberikan pelatihan kewirausahaan dan keterampilan non-teknis (soft skill pada masyarakat yang menggantungkan hidupnya pada minyak esensial.

Hal itu dilakukan dengan pelatihan pembuatan laporan keuangan, pelatihan membuat foto produk, manajemen UMKM, desain produk dan pengemasan, hingga promosi produk, dan lainnya.

Alhasil, kini produk minyak esensial yang dihasilkan oleh produsen-produsen di DSA Kendal sudah mengikuti standar pengolahan industri.

Suyanti, salah satu warga dari Desa Ngargosari, Kabupaten Kendal pun mengakui merasakan dampak positif dari pelatihan dan pendampingan dari Astra. Pendapatan suaminya yang dulu sangat pas-pasan, kini meningkat jauh setelah beralih ke produksi minyak esensial.

“Dulu suami saya jarang pulang ke rumah karena harus bekerja sebagai buruh bangunan yang pendapatannya tidak seberapa. Sekarang setelah ikut bekerja mengolah minyak atsiri, setiap hari bisa pulang ke rumah, dekat dengan keluarga, dan tentunya pendapatan jauh meningkat tiga sampai empat kali lipat,” ujar Suyanti.

https://money.kompas.com/read/2020/11/10/194841026/masyarakat-kendal-mampu-tingkatkan-taraf-hidup-lewat-produksi-minyak-esensial

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke