Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Optimisme November 2020

Bila diibaratkan dengan tubuh manusia, jantung dari perekonomian adalah adanya transaksi antara produsen dan konsumen. Transaksi jual beli dalam berbagai barang maupun jasa ini mempunyai dampak turunan yang luar biasa sehingga membuat perekonomian dapat berdenyut secara sehat.

Dengan adanya pandemi Covid-19, telah terjadi pengurangan secara drastis transaksi yang disebabkan berkurangnya interaksi antara pembeli dan penjual. Perekonomian menjadi terpuruk dan denyutnya menurun drastis. Di saat itulah pemerintah hadir melalui alokasi dana APBN melalui program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN)

Pemerintah melakukan respons terhadap pandemi dengan penuh kehati-hatian dan kewaspadaan sehingga kebijakan yang ditempuh dapat lebih terarah dan terukur. Namun prioritas juga masih tetap terfokus pada sektor Kesehatan.

Untuk memastikan penurunan penularan Covid-19, Pemerintah terus memperkuat sistem kesehatan, mendorong testing, tracing, dan treatment (3T).

Dukungan semua pihak baik dan tentu saja dari masyarakat sangat diperlukan agar dapat mempercepat penanganan Covid-19 dan pemulihan ekonomi nasional. Salah satunya adalah melalui penegakan disiplin dalam menerapkan protokol Kesehatan untuk mencegah penyebaran virus Corona.

Di tengah banyak kegalauan mengenai kapan berakhirnya pandemi Covid-19, berita mengenai proses penyelesaian vaksin anti virus Corona tentu memberikan harapan agar pandemi ini segera berakhir.

Saat ini paling tidak sudah ada tiga vaksin yang informasinya sudah dalam tahap penyelesaian yaitu: vaksin keluaran Pfizer dari Amerika Serikat dan Jerman dengan indikasi efektifitas pencegahan sebesar 90 persen, vaksin keluaran Moderna dengan klaim efektivitasnya hingga 94 persen dan Sinovac dengan efektifitas 90 persen.

Walaupun masih ada tantangan bagaimana distribusi, penyimpanan dan pelaksanaan vaksinasinya, namun informasi yang mendunia ini menimbulkan tambahan optimisme bagi pemulihan ekonomi nasional.

Semangat optimisme pulihnya ekonomi nasional kembali diungkapkan kembali oleh Menteri Keuangan pada 24 November 2020 saat menyampaikan konferensi pers realisasi APBN bulan Oktober 2020.

Dari data Pertumbuhan Domestik Bruto triwulan ketiga 2020 yang telah dirilis oleh Badan Pusat Statistik menunjukkan perbaikan pertumbuhan ekonomi Indonesia dibandingkan triwulan sebelumnya.

Walaupun tumbuh sebesar -3,49 persen (yoy), namun angka ini meningkat dari kuartal sebelumnya yang mencapai -5,32 persen (yoy). Realisasi PDB ini lebih tinggi dari pada PDB beberapa negara antara lain: Spanyol dengan pertumbuhan -8,7 persen, Mexico -8,6 persen, Singapura -7 persen, dan Italia -4,7 persen.

Perbaikan ini menunjukkan proses pemulihan ekonomi nasional yang terutama didorong oleh peran stimulus fiskal dalam menangani pandemi Covid-19 sudah pada jalur yang tepat dan membuahkan hasil.

Alokasi belanja pemerintah menjadi gerbong utama yang mendorong pertumbuhan melalui akselerasi penyerapan belanja negara yang tumbuh 15,5 persen, terutama realisasi dari program bantuan sosial dan berbagai dukungan untuk dunia usaha termasuk UMKM.

Contohnya, untuk menjaga daya beli masyarakat dan melindungi kelompok miskin dan rentan pemerintah telah merealisasikan bantuan sosial dan subsidi dengan cara menyalurkan Program Keluarga Harapan bagi 10 juta keluarga, pemberian kartu sembako bagi 19,4 juta keluarga, pemberian kartu pekerja bagi 5,5 juta penerima dan Bantuan Langsung Tunai Dana Desa kepada 7,6 juta penerima.

Sedangkan untuk pelaku usaha diberikan subsidi bunga Kredit Usaha Rakyat kepada 4,4 juta debitur, dan subsidi pupuk kepada petani sebanyak 7,2 juta ton.

Selain dari angka PDB, beberapa indikator makro juga memperlihatkan telah terjadinya pergerakan ekonomi.

Menteri Keuangan menyebutkan bahwa konsumsi listrik, indeks penjualan ritel, inflasi, Google mobility index dan belanja bantuan sosial mulai meningkat walau masih di bawah threshold yang ekspansif. Sebagai contoh, indikator konsumsi listrik pada bulan Oktober meningkat 1,7 persen secara month to month. Dan angka ini juga menunjukkan adanya tren peningkatan selama 5 bulan berturut-turut sejak Juli 2020.

Dari data-data ini tergambarkan bahwa masyarakat mulai melakukan banyak kegiatan baik dari sektor rumah tangga, usaha dan industri.

Selain itu, kegiatan ekspor juga mulai terlihat adanya tren peningkatan, aliran modal asing juga telah mulai masuk Kembali ke Indonesia melalui pasar modal maupun pembelian obligasi negara.

Untuk Neraca Transaksi Berjalan pada triwulan ketiga 2020 tercatat adanya surplus 1 miliar dollar AS dan Neraca Perdagangan (NP) bulan Oktober 2020 masih juga surplus sebesar 3,61 miliar dollar AS. Hal ini menunjukkan adanya tren surplus neraca perdagangan selama enam bulan berturut-turut.

Optimisme akan adanya pemulihan ekonomi tergambarkan secara kuat. Berbagai aktivitas mulai terjadi walaupun belum kembali normal seperti sebelum adanya Covid-19.

Dari penjelasan Menteri Keuangan mengenai realisasi APBN dan dampaknya pada pemulihan ekonomi nasional, terlihat jelas bahwa APBN adalah alat atau instrumen negara untuk menentukan arah kebijakan dan dapat disesuaikan dengan keadaan.

Contoh paling nyata adalah adanya insentif pajak kepada pengusaha UMKM yang pajaknya ditanggung pemerintah. Hal ini digunakan untuk mengurangi beban biaya ekonomi pengusaha sehingga dana yang seharusnya dibayarkan untuk pajak, dapat digunakan untuk kepentingan lain yang lebih mendesak.

Negara hadir melalui APBN dan menggunakan dana APBN secara bertanggung jawab dan digunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat sebagaimana diamanatkan dalam pasal 23 UUD 1945.

https://money.kompas.com/read/2020/11/25/144100126/optimisme-november-2020

Terkini Lainnya

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Whats New
KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

Whats New
Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Whats New
Jumlah Investor Kripto RI Capai 19 Juta, Pasar Kripto Nasional Dinilai Semakin Matang

Jumlah Investor Kripto RI Capai 19 Juta, Pasar Kripto Nasional Dinilai Semakin Matang

Whats New
Libur Lebaran, Injourney Proyeksi Jumlah Penumpang Pesawat Capai 7,9 Juta Orang

Libur Lebaran, Injourney Proyeksi Jumlah Penumpang Pesawat Capai 7,9 Juta Orang

Whats New
Program Peremajaan Sawit Rakyat Tidak Pernah Capai Target

Program Peremajaan Sawit Rakyat Tidak Pernah Capai Target

Whats New
Cara Cetak Kartu NPWP Hilang atau Rusak Antiribet

Cara Cetak Kartu NPWP Hilang atau Rusak Antiribet

Whats New
Produsen Cetakan Sarung Tangan Genjot Produksi Tahun Ini

Produsen Cetakan Sarung Tangan Genjot Produksi Tahun Ini

Rilis
IHSG Melemah Tinggalkan Level 7.300, Rupiah Naik Tipis

IHSG Melemah Tinggalkan Level 7.300, Rupiah Naik Tipis

Whats New
Sempat Ditutup Sementara, Bandara Minangkabau Sudah Kembali Beroperasi

Sempat Ditutup Sementara, Bandara Minangkabau Sudah Kembali Beroperasi

Whats New
Sudah Salurkan Rp 75 Triliun, BI: Orang Siap-siap Mudik, Sudah Bawa Uang Baru

Sudah Salurkan Rp 75 Triliun, BI: Orang Siap-siap Mudik, Sudah Bawa Uang Baru

Whats New
Harga Naik Selama Ramadhan 2024, Begini Cara Ritel Mendapat Keuntungan

Harga Naik Selama Ramadhan 2024, Begini Cara Ritel Mendapat Keuntungan

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke