Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Perusahaan China Rayu Freeport Bangun Smelter di Halmahera

JAKARTA, KOMPAS.com - PT Freeport Indonesia (PTFI) mengakui tengah didekati oleh perusahaan asal China, Tsingshan Steel, yang ingin bermitra untuk membangun smelter tembaga di Halmahera. Kendati hingga saat ini belum ada kesepakatan apa pun antara kedua pihak.

"Di satu sisi memang benar bahwa kami di-approach (didekati) oleh Tsingshan yang berkeinginan juga untuk membangun smelter tembaga di Halmahera dan kami masih dalam tahap pembicaraan," kata Presiden Direktur PTFI Tony Wenas dilansir dari Antara, Selasa (8/12/2020).

Menurut Tony, belum ada kesepakatan apapun antara PTFI dengan Tsingshan. Pembicaraan antara keduanya pun masih dalam tahap awal mencakup metode yang akan digunakan, kapasitas smelter, jadwal pembangunan hingga target operasional.

Pihaknya sangat terbuka dengan penawaran pembangunan smelter tembaga di Indonesia, terlebih jika bisa lebih murah dan lebih cepat dari rencana perusahaan.

"Pada dasarnya kami sangat terbuka bagi siapapun juga yang mau bangun smelter tembaga di Indonesia, apa bisa lebih murah dari kami atau lebih cepat dari kami, tentu saja kami terbuka untuk bermitra dengan mereka. Tapi memang masih dalam tahap pembicaraan dengan Tsingshan," ujar dia.

Di sisi lain, lanjut Tony, progres pembangunan smelter Freeport di Gresik, Jawa Timur, pun terus berlanjut. Pada pekan lalu pihaknya telah melakukan tes piling di 16 titik.

Sementara itu Direktur Utama Holding Pertambangan MIND ID Orias Petrus Moedak mendukung opsi yang dijalankan Freeport. Pasalnya, investasi proyek smelter Freeport juga ditanggung oleh MIND ID selaku pemegang saham Freeport.

"Posisi kami berkontribusi terhadap capex dan ini berdampak ke kami. Kami mendukung apabila ada pengeluaran untuk smelter yang lebih kecil dibandingkan hitungan awal," kata dia.

Orias menyebut dengan hitungan awal investasi smelter sebesar 3 miliar dolar AS, maka MIND ID menanggung sekitar 1,2 miliar dolar AS hingga 1,5 miliar dolar AS.

"Ini signifikan buat MIND ID. Tentu opsi lain kami pertimbangkan dan yang terbaru ini dengan Tsingshan di mana kontribusi akan jauh lebih kecil dari rencana awal," kata Orias.

Kendati ingin ada kesepakatan dalam pembicaraan antara Freeport Indonesia dan Tsingshan, Orias mengatakan hal itu tampaknya belum bisa diputuskan dalam waktu dekat.

"Kami mau melangkah cepat tapi kita juga paham dalam waktu dekat ini kalau dengan Tsingshan ini kita akan hadapi dua kali tahun bari, sekarang Februari (Imlek) yang memang akan berdampak pada seberapa cepat keputusan-keputusan penting diambil," kata Orias.

Keberatan Freeport McMoran

Chief Executive Officer (CEO) Freeport McMoran, Richard Adkerson, membeberkan kalau pihaknya mengaku keberatan jika harus membangun fasilitas peleburan atau smelter baru di Indonesia.

Freeport McMoran sendiri saat ini tercatat sebagai pemilik 49 persen saham PT Freeport Indonesia yang beroperasi di Papua. Sementara pemegang saham mayoritas saat ini dipegang oleh Holding Industri Pertambangan Indonesia.

Menurut Richard, secara hitung-hitungan bisnis, Freeport Indonesia sebaiknya memperbesar kapasitas smelter yang ada dibandingkan harus membangun pengolahan biji mineral baru.

"Sebagai alternatif, ketimbang membangun smelter baru (sebaiknya) memperluas kapasitas smelter eksisting dan menambah pabrik logam mulia," ujar Richard dikutip dari Kontan.

Ia melanjutkan, dengan menambah kapasitas smelter eksisting saja, belum tentu bisa menampung seluruh konsentrat yang ditambang dari Papua.

Selain itu dari hitungan untung rugi, membangun smelter baru akan membutuhkan biaya yang lebih besar. Pengerjaan konstruksinya pun akan memakan waktu lama.

Menurut dia, untuk mengatasi kapasitas produksi konsentrat yang berlebih namun tak bisa seluruhnya diolah di dalam negeri, pihaknya mengusulkan pemerintah kembali membuka ekspor konsentrat mentah.

"Kami akan terhindar dari mega proyek konstruksi ini dan keuntungan finansial yang sangat positif bagi pemerintah," jelas Richard Adkerson.

Ditegur pemerintah

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) pernah memberikan teguran kepada PT Freeport Indonesia, atas keterlambatan pembangunan pabrik pengolahan atau smelter di Gresik, Jawa Timur.

Menteri ESDM Arifin Tasrif mengatakan, akibat keterlambatan pelaksanaan proses konstruksi, sampai saat ini realisasi pembangunan smelter tembaga itu baru mencapai 5,86 persen. Padahal, smelter ditargetkan sudah mulai beroperasi pada 2023.

"Terkait evaluasi atas perkembangan smetelr PTFI, Kementerian ESDM telah memberikan surat teguran Nomor 1197/36/DJB/2020 tanggal 30 September 2020 atas terlambatnya konstruksi pembangunan smelter PT Freeport Indonesia tersebut," tutur Arifin dalam gelaran Rapat Dengar Pendapat Komisi VII DPR RI, beberapa waktu lalu.

Lebih lanjut, Arifin menyebutkan, Freeport telah membalas surat teguran tersebut pada 11 November lalu.

Merespon teguran dari Kementerian ESDM, Freeport langsung mengirimkan notice to proceed kepada perusahaan asal Jepang, Chiyoda, untuk melakukan pengerjaan test pilling.

https://money.kompas.com/read/2020/12/08/091335726/perusahaan-china-rayu-freeport-bangun-smelter-di-halmahera

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke