Menurut Wimboh, ketahanan tersebut terlihat dari kinerja perseroan, baik pertumbuhan kredit, Dana Pihak Ketiga (DPK), rasio kredit macet (non-performing loan/NPL), dan likuiditasnya.
"Kami (memberikan) apresiasi kepada BPD, karena dari angka yang kami peroleh, BPD adalah kelompok bank yang ternyata lebih resilience dalam menghadapi masa Covid-19," kata Wimboh dalam acara Penandatanganan Pernyataan Bersama Kemendagri, OJK, PPATK, dan KPK, Selasa (8/12/2020).
Berdasarkan data OJK, kredit BPD mampu tumbuh positif di level 4,99 persen secara tahunan (year on year/yoy) dan tumbuh 3,29 persen sepanjang 2020 (year to date/ytd).
Padahal kinerja bank nasional mengalami tekanan, khususnya dalam penyaluran kredit. Pertumbuhan kredit pada Oktober 2020 masih terkontraksi 0,47 persen (yoy) meski ada pencatatan kredit baru sebesar Rp 130,92 triliun.
Sebab, pelunasan kredit dan hapus buku oleh perbankan lebih tinggi, untuk untuk memitigasi risiko kredit.
"Ini kami apresiasi dan berikan applause untuk BPD, meski secara nasonal kredit rendah," ujar Wimboh.
Dari segi likuiditas, BPD disebut tak terkendala karena menjadi pengelola keuangan daerah. Begitu pun dengan rasio kredit macet yang masih terjaga 3,09 persen.
"Jadi kami berterima kasih kepada seluruh Pemerintah Daerah dan terutama Pak Mendagri (Tito Karnavian) mempercayakan semua BPD untuk mengelola keuangan daerah," ucapnya.
Lebih lanjut Wimboh mengungkap, posisi BPD dari segi geografis sangat diuntungkan. Terlihat banyak ruang untul BPD tumbuh besar di masa depan.
"Kami harapkan BPD jadi motor penggerak ekonomi daerah, karena punya privilege luar biasa. Pemahaman ekonomi di daerah lebih bagus (dibanding nasional), network lebih bagus, tidak ada alasan BPD tidak lebih bagus dari bank lain," pungkasnya.
https://money.kompas.com/read/2020/12/08/171053326/ojk-bpd-jadi-bank-lebih-resilience-terhadap-pandemi-covid-19