Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

[POPULER MONEY] Kendaraan Dilelang Rp 30 Jutaan | Beda Investor Jepang dan China

Berita mengenai kendaraan lelang Ditjen Pajak menjadi yang terpopuler sepanjang hari kemarin, Rabu (10/12/2020). Sementara itu berita lain yang juga terpopuler adalah mengenai beda antara investor Jepang dan China.

Berikut daftar berita terpopuler selengkapnya:

1. Harga Mulai Rp 25 Juta, Ini Daftar Lelang Mobil Sitaan Ditjen Pajak Jelang Akhir Tahun

Direktorat Jenderal (Ditjen) Pajak melalui kantor pelayanan pajak di daerah, akan kembali melakukan lelang mobil sitaan dari para wajib pajak. Lelang akan dilakukan secara online di website lelang resmi milik pemerintah yakni www.lelang.go.id.

Berdasarkan pengumuman lelang di lelang.go.id, seperti dikutip Kompas.com pada Rabu (9/12/2020), ada tiga mobil sitaan yang akan dilelang Ditjen Pajak. Nilai limit atau harga awal lelang tidak sampai Rp 50 juta.

Adapun mobil yang akan dilelang yakni Daihatsu Feroza, Toyota Vios, dan Toyota Kijang. Selengkapnya silakan baca di sini.

2. Ketika Jusuf Kalla Singgung Pengusaha Terkaya RI Berbisnis Rokok

Mantan Wakil Presiden RI, Jusuf Kalla, menyoroti keunikan bisnis orang-orang terkaya di Indonesia.

Bagaimana tidak? Orang terkaya di Indonesia miliki bisnis rokok, yang notabene berbeda dengan orang terkaya di negara lain.

Sebut saja Amerika Serikat dengan bisnis di bidang IT-nya, yakni platform belanja online Amazon, atau India dengan bisnis energinya. Begitu juga Jepang dengan bisnis perbankan maupun modal ventura, sebut saja Softbank. Selengkapnya silakan baca di sini.

3. Ini Beda Investor China Dibanding Jepang di Mata Kepala BKPM

Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal ( BKPM), Bahlil Lahadalia, mengungkapkan salah alasan kenapa nilai investasi China yang masuk ke Indonesia sangat tinggi sejak beberapa tahun terakhir.

Nilai investasi asal Negeri Tirai Bambu itu bahkan sudah sejak beberapa tahun lalu menyalip Jepang. Kata dia, ada beberapa perbedaan yang mencolok antara investor dari kedua negara tersebut.

"Kalau Jepang itu terlalu banyak penelitiannya. Negara lain juga begitu. Debatnya minta ampun. Memang yang agak nekad seperti kita orang Timur ini, ya investor dari China. Mereka kerja dulu baru mikir," ucap Bahlil dilansir dari Antara, Rabu (9/12/2020).

Dia mencontohkan, banyak perusahaan-perusahaan China yang sudah membangun fasilitas pengolahan bijih mineral atau smelter di berbagai daerah di Indonesia. Selengkapnya silakan baca di sini.

4. Kepala BKPM: China Ini Negara yang Ngeri-ngeri Sedap

Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal ( BKPM), Bahlil Lahadalia, menyebut Indonesia banyak diuntungkan dengan besarnya investasi yang masuk dari negara China.

Namun demikian, dalam menerima investasi yang masuk, pemerintah sebagai regulator tetap berhati-hati sehingga tidak merugikan Indonesia di kemudian hari.

"China ini negara yang ngeri-ngeri sedap juga, aku jujur saja. Tapi arah kebijakan kita ke depan, tidak boleh ada satu negara yang mengontrol Indonesia dalam konteks investasi. Kita harus memberikan kesamaan pada negara lain juga," kata Bahlil dilansir dari Antara, Rabu (9/12/2020). Selengkapnya bisa dibaca di sini.

5. Soal Proyek Ibu Kota Baru, Ini Harapan KPPIP ke Bappenas

Ketua Pelaksana Komite Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas (KPPIP) Wahyu Utomo berharap agar Bappenas bisa memastikan waktu dimulainya pembangunan proyek ibu kota negara (IKN).

"Mudah-mudahan ini juga teman-teman di Bappenas bisa mencoba memastikan kapan kira-kira direalisasikan," ujarnya dalam konferensi pers virtual, Selasa (8/12/2020).

Wahyu mengatakan, saat ini proyek IKN masih dalam tahap tataran konsep. Belum dapat dipastikan pelaksanaan pembangunan konstruksinya. Ia menyebut, proyek ibu kota negara di Kalimantan Timur tersebut menjadi kewenangan Bappenas. Selengkapnya silakan baca di sini.

https://money.kompas.com/read/2020/12/10/060000726/-populer-money-kendaraan-dilelang-rp-30-jutaan-beda-investor-jepang-dan-china

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke