Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Ini Penyebab Saham Kalbe Farma Tak "Ngegas" seperti Saham BUMN Farmasi

Disusul PT Kimia Farma Tbk (KAEF) yang meningkat 33,57 persen ke level Rp 4.810 per saham dan PT Phapros Tbk (PEHA) yang naik 25,26 persen menjadi Rp 2.100 per saham.

Sementara itu, emiten farmasi swasta, yakni PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) hanya naik 0,68 persen pada Senin (7/12) lalu turun 0,67 persen pada Selasa (8/12) ke posisi Rp 1.478 per saham.

Analis Panin Sekuritas Rendy Wijaya menilai, pergerakan KLBF yang lesu dibandingkan emiten farmasi lainnya disebabkan adanya larangan bagi perusahaan swasta untuk mengimpor vaksin Covid-19 pada 2021.

Larangan ini disampaikan oleh Menteri BUMN Erick Thohir dalam acara Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN) yang berlangsung pada Selasa, 1 Desember 2020.

Perusahaan swasta tidak boleh mengimpor vaksin Covid-19 untuk 2021 supaya harga dan distribusinya bisa terkontrol. Kemungkinan, pihak swasta baru boleh mengimpor vaksin Covid-19 dengan berbagai merek pada tahun 2022 atau 2023.

Meskipun begitu, di luar adanya larangan impor dari pemerintah, menurut Rendy, Kalbe Farma memang belum dapat mengimpor vaksin. Pasalnya, pengembangan vaksin Covid-19 yang merupakan hasil kerja sama dengan Genexine asal Korea Selatan masih dalam tahap uji klinis I dan II.

Direktur Utama Kalbe Farma Vidjongtius mengamini hal tersebut. Menurut dia, kandidat vaksin Kalbe Farma masih tahap uji klinis sehingga belum bisa impor saat ini.

"Kami memperkirakan, uji klinis akan selesai pada pertengahan tahun 2021 atau kuartal III-2021," ungkap Vidjongtius saat dihubungi Kontan.co.id, Rabu (9/12).

Untuk itu, Kalbe Farma akan melanjutkan ke tahap uji klinis berikutnya sambil memantau perkembangan peraturan yang ada.

Meski Kalbe Farma belum bisa mengimpor vaksin pada 2021, Rendy masih melihat prospek positif pada bisnis emiten ini. Ia memprediksi, kinerja Kalbe Farma ke depannya bakal terdorong pemulihan peforma pada segmen obat resep.

Sebagaimana diketahui, pada tahun ini, penjualan segmen obat resep cenderung turun seiring dengan penurunan volume pasien di rumah sakit.

"Dengan meningkatnya aktivitas masyarakat ke depan, saya memperkirakan segmen ini akan mampu mencatatkan pertumbuhan positif pada 2021," ucap Rendy.

Selain itu, ia memperkirakan, permintaan produk untuk segmen produk kesehatan dan nutrisi juga akan tetap tinggi seiring dengan pandemi Covid-19 yang masih berlanjut. Ia masih merekomendasikan buy KLBF dengan target harga Rp 1.850 per saham.

Mengutip laporan keuangannya, Kalbe Farma mengantongi pendapatan bersih sebesar Rp 17,10 triliun sepanjang sembilan bulan pertama 2020 atau naik 1,6 persen secara tahunan.

Kenaikan pendapatan KLBF ditopang oleh peningkatan penjualan segmen produk kesehatan, nutrisi, dan distribusi logistik.

Sebaliknya, segmen obat resep justru mengalami penurunan. Per kuartal III-2020, penjualan segmen ini terkikis 3,33 persen year on year menjadi Rp 3,77 triliun.

Berita ini telah tayang di Kontan.co.id dengan judul: Penyebab saham Kalbe Farma (KLBF) tak melesat seperti saham BUMN farmasi 

https://money.kompas.com/read/2020/12/10/070200826/ini-penyebab-saham-kalbe-farma-tak-ngegas-seperti-saham-bumn-farmasi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke