Tentu hal tersebut berdampak pada kegiatan ekonomi yang berjalan hingga kini yang mengakibatkan resesi.
Menurut Perencanaan Keuangan Finansialku Yosephine Tyas, resesi adalah kondisi ketika produk domestik bruto (PDB) menurun, atau ketika pertumbuhan ekonomi riil bernilai negatif selama dua kuartal atau lebih dalam satu tahun.
Jika Anda pelaku UMKM yang bersifat offline, tentu merasakan penurunan omzet yang drastis hingga sedikit sekali konsumen yang datang berkunjung.
Oleh karena itu, berikut akan dijelaskan hal-hal penting yang harus dipahami bagi pelaku UMKM ketika menghadapi resesi.
Dampak resesi
Dampak resesi dirasakan oleh semua usaha, baik besar maupun kecil, karena kegiatan ekonomi saling berkaitan satu sama lain.
Perlu dipahami, UMKM adalah Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Artinya, pelaku UMKM pasti merasakan dampaknya, yaitu penurunan penjualan/permintaan, harus melakukan pemotongan biaya Sumber Daya Masyarakat (SDM) yang bersifat besar, dan biaya lainnya.
“Namun, karena sebagian besar UMKM merupakan home industry yang bersifat fleksibel. Sejumlah UMKM memiliki kemampuan untuk menyesuaikan dengan kondisi yang terjadi,” jelas Yosephine.
Peran UMKM
Yosephine mengatakan, UMKM memiliki peran yang besar dalam perekonomian Indonesia. Bahkan bisa dikatakan, UMKM adalah salah satu penggerak ekonomi negeri.
Itulah kenapa segala dukungan terhadap UMKM sangat diperlukan, mulai dari kebijakan, pendanaan, edukasi, dan literasi keuangan, agar UMKM bisa semakin berkembang.
UMKM harus mampu bertahan di kala pandemi, mampu meningkatkan peluang kerja atau menciptakan lapangan pekerjaan di kala banyak yang terkena PHK.
Selain itu, UMKM harus mampu mendorong perekonomian dengan memproduksi barang yang menjadi kebutuhan masyarakat di kala pandemi. Dengan relatif harga produk UMKM yang terjangkau, juga membantu masyarakat sekitarnya meningkatkan daya beli.
Bahkan dengan sistem penjualan online UMKM, bisa mendistribusikan barangnya ke berbagai daerah. Tidak sedikit juga yang bisa mengeskport produknya ke luar negeri, sehingga menambah devisa negara.
Tips agar UMKM bisa bertahan di kala resesi
Agar UMKM dan bisnis lain bisa bertahan dalam resesi ini, salah satunya adalah menjaga kesehatan keuangan. Selain menjaga kesehatan keuangan usaha, perlu juga untuk menjaga kesehatan keuangan pribadi atau keluarga. Karena, kedua hal ni sangat berkaitan dan berdampak.
Yosephine memberikan 5 tips penting yang bisa dilakukan agar UMKM bisa bertahan di kala resesi:
1. Mempersiapkan dana darurat sehingga bisa bertahan pada saat omzet mengalami penurunan,
2. Cepat beradaptasi terhadap kondisi yang ada. Memikirkan strategi lain untuk bisa bertahan (menurunkan biaya, mencari alternatif penghasilan, dll),
3. Berani melakukan perubahan bisnis. Lihat peluang baru, menjawab kebutuhan yang ada, dan tidak terpaku pada produk yang sudah ada,
4. Jika perlu, restrukturasi utang, untuk mengurangi beban pada arus kas. Karena, adanya cicilan utang, maka lakukan negosiasi dengan pihak pemberi kredit untuk mendapatkan keringanan,
5. Memiliki pencatatan keuangan dan laporan keuangan yang baik. Sehingga, bisa mengetahui kesehatan keuangan bisnis dan bisa digunakan untuk mengajukan pendanaan.
Jangan lupa juga, penting bagi Anda untuk mencatat pengeluaran dan pemasukkan kas bisnis. Anda bisa lakukan hal itu dengan mudah dengan menggunakan aplikasi Finansialku yang sudah tersedia di Google Play Store atau Apple Apps Store. (Retna Gemilang)
Artikel ini merupakan kerja sama dengan Finansialku.com. Isi artikel di luar tanggung jawab Kompas.com
https://money.kompas.com/read/2020/12/14/060600026/5-tips-agar-umkm-bisa-bertahan-di-kala-resesi