Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Mengenal Proses di Balik Keputusan Pekerja Mengundurkan Diri

BERDASARKAN data statistik diketahui bahwa jumlah angkatan kerja bulan Agustus 2019 bertambah sebanyak 2.55 juta orang sehingga berjumlah 133.56 juta orang dibandingkan Agustus 2018.

Menurut Badan Pusat Statistik, tingkat pengangguran di Indonesia mengalami penurunan dari sejak tahun 2015 hingga tahun 2019.

Pada Agustus 2019, tingkat pengangguran turun dibandingkan tahun sebelumnya dari 5,34 persen menjadi 5,28 persen. Itu berarti terdapat 5 orang pengangguran dari 100 orang angkatan kerja di Indonesia.

Di tengah tumbuhnya jumlah angkatan kerja ini, banyak pula yang menyebutkan bahwa di saat pandemi Covid-19 ini sulit mencari pekerjaan.

Sulitnya mencari pekerjaan dapat disebabkan oleh ketidaksesuaian antara posisi yang dilamar dengan latar belakang calon pekerja.

Ketidaksesuaian tersebut mungkin saja berasal banyak hal seperti latar belakang dan tingkat pendidikan, faktor keluarga, faktor lokasi tempat kerja dengan tempat tinggal, maupun faktor penghasilan.

Kebijakan organisasi yang terimbas pandemi juga turut berpengaruh terhadap rendahnya peluang pencari kerja. Namun, uniknya di saat seperti ini ternyata banyak pula pekerja yang mengundurkan diri.

Dilansir dari Kontan.co.id, Selasa (11/8/2020), tingkat turnover pada industri asuransi jiwa cukup tinggi sehingga mereka terus mengupayakan rekrutmen untuk memenuhi kebutuhan agen asuransi.

Selain industri asuransi, dikutip dari Career Business Leader Mercer Indonesia Astrid Suryapranata dari Kompas.com, Jumat (7/12/2020), industri yang berkaitan dengan high tech, financial service, dan consumer goods juga mengalami turnover yang tinggi.

Proses pekerja mempersepsikan hubungan mereka dengan perusahaan ketika hendak mengundurkan diri dapat dijelaskan melalui konsep Proximal Withdrawal States (PWS) dari Hom (2012) yang mengatakan bahwa PWS dibentuk oleh dua aspek yang saling terkait.

Aspek pertama adalah keinginan untuk tetap bekerja pada perusahaan atau meninggalkannya. Aspek kedua adalah kendali pekerja terhadap keputusan untuk tetap bekerja atau mengundurkan diri.

Kombinasi dua aspek tersebut menghasilkan empat tipe pekerja, yaitu enthusiastic stayers, reluctant leavers, enthusiastic leavers, dan reluctant stayers. PWS tersebut dapat berpengaruh terhadap affective commitment, kepuasan kerja, dan kelekatan kerja pada pekerja.

Enthusiastic stayers adalah pekerja yang memiliki keinginan untuk tetap bekerja dan memiliki kendali terhadap keputusan untuk tetap bertahan pada tempat kerjanya saat ini.

Pekerja pada situasi ini memiliki persepsi yang paling positif terhadap perusahaan dibandingkan tipe pekerja lainnya.

Persepsi positif dan keinginan untuk terus bekerja membuat mereka loyal dan akan memberikan kontribusi positif terhadap perusahaan.

Reluctant Leavers adalah pekerja yang memiliki keinginan untuk untuk tetap bekerja namun cepat atau lambat ia harus meninggalkan perusahaan.

Mereka memilki persepsi positif kepada perusahaan namun karena hal eksternal yang tidak dapat dikendalikan, cepat atau lambat mereka harus mengundurkan diri.

Sebaliknya, pekerja reluctant stayers memiliki keinginan untuk meninggalkan pekerjaannya, namun ia tidak bisa meninggalkan perusahaan tempatnya bekerja saat ini.

Persepsi mereka kepada perusahaan cenderung negatif, namun mereka tidak bisa mengundurkan diri karena berbagai faktor eksternal.

Pada kedua tipe pekerja ini, potensi menurunnya kontribusi pekerja terhadap perusahaan dapat terjadi karena terdapat ketidaksesuaian antara keinginan dan kendali terhadap keputusan untuk resign.

Kategori selanjutnya adalah enthusiastic leavers yaitu situasi di mana pekerja memiliki keinginan dan dapat segera mengundurkan diri.

Persepsi tipe pekerja ini terhadap perusahaan cenderung negatif dan sesegera mungkin mereka akan mengundurkan diri dan tidak lagi memberikan kontribusi terhadap perusahaan.

Sebuah survei berkaitan dengan PWS dilakukan di salah satu perusahaan consumer goods di Jakarta dan diikuti oleh 326 responden, hasilnya memperlihatkan 13 responden memilih situasi enthusiastic leavers, 60 responden memilih reluctant stayer, 76 responden memilih reluctant leaver, dan 177 responden memilih enthusiastic stayer.

Hal ini berarti, dari total responden, 54,29 persen pekerja akan tetap bertahan pada perusahaan tersebut, sementara 45,70 persen pekerja lainnya berpotensi untuk mengundurkan diri.

Perusahaan perlu memahami situasi PWS yang dialami pekerja agar dapat memberikan intervensi yang tepat bagi masing-masing kelompok pekerja.

Bagi enthusiastic stayer perusahaan perlu melakukan usaha-usaha untuk meretensi pekerja dalam situasi ini.

Selain itu, usaha untuk memaksimalkan potensi Enthusiastic Stayer agar dapat mencapai performa kerja terbaiknya juga perlu dilakukan.

Untuk kelompok pekerja reluctant stayer, yang pada dasarnya sudah memiliki keinginan untuk berhenti bekerja, maka perusahaan perlu memastikan bahwa selama mereka menunggu "waktu dan kesempatan yang tepat" untuk berhenti, mereka tetap harus memberikan kontribusi kepada perusahaan serta tidak melakukan tindakan yang merugikan perusahaan.

Perusahaan dapat pula melakukan pendekatan dengan mengadakan konseling untuk mengetahui permasalahan yang dihadapi serta sejauh mana perusahaan dapat membantu pekerja.

Pada kelompok reluctant leaver, pendekatan konseling juga dapat dilakukan untuk membantu pekerja mengatasi masalah yang membuatnya harus berhenti sekalipun mereka tetap ingin bekerja di perusahaan tersebut.

Sebaliknya, sebagai pekerja, jika mereka berada pada situasi reluctant leavers ataupun reluctant stayer, jika mengalami keragu-raguan, mereka disarankan untuk bersikap aktif.

Kedua kelompok pekerja ini sebaiknya berinisiatif untuk menghubungi pihak yang berkaitan, seperti atasan mereka atau bagian personalia perusahaan untuk berdiskusi mengenai keputusan yang akan diambil dan solusi alternatif yang ditawarkan perusahaan untuk membantu mereka.

Selain melakukan konseling kepada pekerja, alternatif rencana tindakan yang dapat dilakukan perusahaan antara lain adalah membuat program transfer knowledge antarpekerja dan membuat perencanaan karier untuk mendukung perkembangan karier pekerja enthusiastic stayer dan reluctant leaver.

Perusahaan juga dapat mengadakan aktivitas-aktivitas yang menumbuhkan persepsi positif terhadap perusahaan bagi tipe reluctant stayer sehingga mereka tetap dapat memberikan kontribusi dan tidak melakukan tindakan yang dapat merugikan perusahaan.

Dr Rostiana, MSi, Psi
Dekan Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara

Rena Kristanti, SPsi
Mahasiswa Pascasarjana Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara

https://money.kompas.com/read/2020/12/16/191400826/mengenal-proses-di-balik-keputusan-pekerja-mengundurkan-diri

Terkini Lainnya

Perputaran Uang Judi Online di RI sampai Rp 327 Triliun Setahun

Perputaran Uang Judi Online di RI sampai Rp 327 Triliun Setahun

Whats New
Bapanas Pastikan Konflik Israel-Iran Tak Pengaruhi Masuknya Komoditas Pangan yang Rutin Diimpor

Bapanas Pastikan Konflik Israel-Iran Tak Pengaruhi Masuknya Komoditas Pangan yang Rutin Diimpor

Whats New
Pasca Akuisisi BPR, KoinWorks Fokus Inovasi dan Efisiensi Tahun Ini

Pasca Akuisisi BPR, KoinWorks Fokus Inovasi dan Efisiensi Tahun Ini

Whats New
Lion Air Bantah 2 Pegawai yang Ditangkap Menyelundupkan Narkoba Merupakan Pegawainya

Lion Air Bantah 2 Pegawai yang Ditangkap Menyelundupkan Narkoba Merupakan Pegawainya

Whats New
Indofarma Akui Belum Bayar Gaji Karyawan Periode Maret 2024, Mengapa?

Indofarma Akui Belum Bayar Gaji Karyawan Periode Maret 2024, Mengapa?

Whats New
Pesetujuan KPR BSI Kini Hanya Butuh Waktu Satu Hari

Pesetujuan KPR BSI Kini Hanya Butuh Waktu Satu Hari

Spend Smart
Bank Sentral Inggris Diprediksi Pangkas Suku Bunga pada Mei 2024

Bank Sentral Inggris Diprediksi Pangkas Suku Bunga pada Mei 2024

Whats New
Cara Membuat Kartu ATM BCA Berfitur Contactless

Cara Membuat Kartu ATM BCA Berfitur Contactless

Work Smart
Pertanyaan Umum tapi Menjebak dalam Wawancara Kerja, Apa Itu dan Bagaimana Cara Jawabnya?

Pertanyaan Umum tapi Menjebak dalam Wawancara Kerja, Apa Itu dan Bagaimana Cara Jawabnya?

Work Smart
Menko Airlangga soal Kondisi Geopolitik Global: Belum Ada Apa-apa, Kita Tenang Saja...

Menko Airlangga soal Kondisi Geopolitik Global: Belum Ada Apa-apa, Kita Tenang Saja...

Whats New
Pasar Perdana adalah Apa? Ini Pengertian dan Alur Transaksinya

Pasar Perdana adalah Apa? Ini Pengertian dan Alur Transaksinya

Work Smart
Apa Dampak Konflik Iran-Israel ke Industri Penerbangan Indonesia?

Apa Dampak Konflik Iran-Israel ke Industri Penerbangan Indonesia?

Whats New
HUT Ke-35 BRI Insurance, Berharap Jadi Manfaat bagi Masyarakat

HUT Ke-35 BRI Insurance, Berharap Jadi Manfaat bagi Masyarakat

Rilis
Menperin Siapkan Insentif untuk Amankan Industri dari Dampak Konflik Timur Tengah

Menperin Siapkan Insentif untuk Amankan Industri dari Dampak Konflik Timur Tengah

Whats New
Respons Bapanas soal Program Bantuan Pangan Disebut di Sidang Sengketa Pilpres

Respons Bapanas soal Program Bantuan Pangan Disebut di Sidang Sengketa Pilpres

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke