Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Kiat Menjaga Keterikatan Perusahaan dan Karyawan selama Pandemi

SETIAP individu pasti mengalami banyak dinamika yang terjadi selama proses belajar maupun bekerja.

Salah satu bentuk dinamika yang paling sering dialami pada individu yang bekerja (karyawan perusahaan), yakni mengalami perasaan dan pengalaman jenuh dalam menjalani rutinitasnya.

Kejenuhan tersebut dapat ditimbulkan oleh banyak faktor, seperti jam bekerja yang padat, serta tugas yang banyak dan harus diselesaikan dalam waktu-waktu tertentu.

Walaupun begitu, tidak sedikit juga individu yang memiliki motivasi yang tinggi dalam menjalani rutinitas mereka, sehingga hal inilah disebut sebagai engagement.

Engagement merupakan perasaan yang dimiliki oleh seseorang, yang mana perasaan itu mampu menarik seseorang untuk terus berhubungan dengan apa yang saat itu dikerjakan (Thomas, 2009). Bagaimana engagement dapat berhubungan dengan pekerjaan?

Untuk memahami hubungan dan pengaruh engagement akan sebuah produktivitas kerja pada seorang karyawan, dapat ditarik secara garis besarnya, bahwa perasaan keterikatan kerja pada seorang karyawan akan berbanding lurus dengan tingkat produktivitas mereka (Thomas, 2009; Hafiz, 2018).

Bagaimana ciri-ciri karyawan yang merasa terikat (engage) pada sebuah pekerjaan mereka?

Rhoades & Eisenberger (2002) memaparkan bahwa ciri-ciri karyawan yang engage pada sebuah pekerjaannya adalah sebagai berikut:

  • memiliki konsentrasi tinggi pada pekerjaannya
  • merasa tertarik dengan apa yang dikerjakannya
  • berinvestasi dengan cara membeli buku dan hal-hal yang akan membantu pekerjaannya
  • menyediakan waktu untuk bekerja
  • memiliki usaha tinggi untuk memperoleh hasil yang diinginkan
  • menaati peraturan yang diberikan oleh perusahaannya
  • mengerjakan tanggung jawab yang diberikan dan menyelesaikannya dengan tepat waktu.

Hasil survei Gallup mengenai work engagement dari data tahun 2011 hingga 2012 di 94 negara menyebutkan bahwa 77 persen karyawan di Indonesia termasuk dalam kategori not engaged, dan hanya sebesar 8 persen karyawan yang masuk dalam kategori engaged.

Hasil tersebut membuat Indonesia berada pada posisi lebih rendah dibandingkan negara-negara lain di ASEAN seperti Malaysia, Singapura, dan Thailand yang termasuk dalam data survei Gallup tersebut (Crabetree, 2013).

Contoh kecil pada fenomena ini dapat dilihat pada data suatu perusahaan yang diteliti oleh Soetrisno dan Sutanto (2017) dengan melihat absensi karyawan pada perusahaan tersebut.

Pada 2016, jumlah persentase dari absensi karyawan perusahaan tersebut mencapai 14,35 persen, sedangkan standar perusahaan pada jumlah persentase karyawan tidak boleh lebih dari 10 persen. Hal ini dapat dikatakan sebagai data yang tidak memuaskan bagi perusahaan tersebut.

Ditambah dengan fenomena pandemi Covid-19 yang terjadi saat ini, banyak perusahaan terpaksa memberlakukan kebijakan work from home (WFH).

Artinya, karyawan perusahaan tetap bekerja selama pandemi, namun bekerja dengan sistem online seperti rapat secara daring melalui Zoom Meeting maupun Google Meet.

WFH tentunya memiliki kekurangan, seperti tidak dapat memonitor kinerja pekerja secara langsung dan sulit berkoordinasi dengan rekan kerja (Mangarondang, et al., 2020).

Dalam beberapa perusahaan, kelemahan-kelemahan dari WFH terlihat jelas, misalnya atasan menemukan pekerja yang sulit dihubungi dan banyak pekerja yang tidak disiplin mengisi presensi.

Contoh lainnya adalah kesulitan pekerja untuk membagi waktu bekerja dengan tanggung jawab di rumah, atau beberapa pekerja mengeluh akan koneksi internet di rumahnya tidak begitu stabil (Mangarondang, et al., 2020).

Hal ini tentunya sangat memengaruhi keterikatan kerja karyawan work engagement dan job performance.

Lantas, hal seperti apakah yang dapat membantu seorang karyawan merasa engage pada sebuah pekerjaan, terutama pada masa pandemi Covid-19 ini?

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Mangarondang (2020) menyatakan bahwa dukungan organisasi dan perasaan bersyukur pada karyawan itu sendiri dapat membantu meningkatkan perasaan engage pada sebuah pekerjaan.

Pertanyaan selanjutnya adalah, dukungan yang seperti apa yang seharusnya diberikan oleh sebuah perusahaan untuk meningkatkan engagement pada karyawannya selama masa pandemi Covid-19 ini?

Kompensasi benefit seperti tunjangan hari raya, bonus, fasilitas medikal, dan transportasi bagi pekerja work from office atau WFO, akan memengaruhi karyawan memersepsikan bahwa perusahaan memiliki kepedulian terhadap karyawannya.

Hal itu akan berdampak positif bagi karyawan dalam pembentukan keterikatan kerja atau engagement dalam bekerja (Mangarondang, et al., 2020).

Valery M Gibran
Mahasiswa S2 Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara

P Tommy YS Suyasa
Dosen Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara

Meina Evelyn Mangarondang
Alumni Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara

https://money.kompas.com/read/2020/12/28/084100526/kiat-menjaga-keterikatan-perusahaan-dan-karyawan-selama-pandemi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke