Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Menhub: Kemacetan di Puncak Sudah Kronis

Kemacetan akan semakin parah di jalur alternatif Jakarta-Bandung itu, terutama pada akhir pekan dan liburan panjang.

"Bisa dikatakan bahwa kemacetan di Puncak sudah pada tahap kronis dan ini harus segera kita selesaikan dengan melibatkan berbagai pemangku kepentingan," kata Budi Karya dilansir dari Antara, Rabu (30/12/2020).

Dikatakan Budi, berbagai upaya sebenarnya sudah dilakukan oleh berbagai pihak tapi masih dalam jangka pendek, seperti di waktu tertentu libur panjang diberlakukan satu arah serta buka tutup arus lalu lintas yang sifatnya hanya sementara.

Ia mengatakan, Puncak sejak 1970 sudah jadi kawasan yang diminati masyarakat dan semakin banyak hotel dan tempat makan serta udara sejuk sehingga makin digemari pada saat akhir pekan.

Kunjungan wisatawan di Puncak pun saat ini bukan saja didominasi warga dari Jakarta tapi juga mancanegara sudah menjadi destinasi wisata. Inilah yang kawasan ini semakin macet. 

"Permintaan yng terus tumbuh di kawasan Puncak membuat pembangunan yang dilakukan berbagai pihak membuat juga makin bertambah dan tentu dampaknya sering terjadi kemacetan kronis setiap akhir pekan, libur panjang," kata Budi Karya.

Dia mengakui kemacetan di Puncak tidak dapat diselesaiakan di sisi transportasi semata dan perlu dukungan dari berbagai pihak.

"Saya sangat mengapresiasi Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional yang juga memikirkan tata ruang wilayah Bopujur (Bogor, Puncak dan Cianjur)," ujar Budi.

Dalam menata transportasi di Puncak, dia mengingatkan pemerintah juga memikirkan perkembangan ekonomi, masalah sosial dan budaya serta tetap menjaga wilayah tersebut asri dan nyaman.

Pemerintah ingin ada satu narasi lebih komprehensif yang satu sisi bisa berikan layanan kepada masyarakat tapi juga memberikan solusi jangka panjang mengurangi kemacetan bagi masyarakat.

"Kita berpikir membuat Autonomous Rail Rapid Transit (Sistem bus berpemandu nonrel untuk transportasi penumpang perkotaan) yang bisa memuat banyak penumpang," kata Budi Karya.

Salah satu ide yang ditawarkan Budi ialah dengan memberikan subsidi operasional bus di kawasan Puncak.

Dengan demikian, masyarakat sekitar dapat menggunakan bus sebagai moda transportasi umum di wilayah tersebut.

Sebagaimana diketahui, masyarakat di sekitar kawasan Puncak hanya memiliki angkutan kota atau angkot sebagai opsi moda transpotasi umum.

"Kita subsidi masyarakat yang tadinya memiliki angkot dapat bergabung dalam satu koperasi untuk memliki bus yang lebih besar," ujar Budi.

Dengan adanya subsidi operasional bus, kata Budi, masyarakat dapat menikmati layanan moda transportasi umum tersebut dengan harga yang relatif murah.

"Kita menyarankan hotel-hotel untuk memiliki bus, agar pengunjung tidak menggunakan mobil," kata dia.

https://money.kompas.com/read/2020/12/30/091958026/menhub-kemacetan-di-puncak-sudah-kronis

Terkini Lainnya

Dampak Korupsi BUMN PT Timah: Alam Rusak, Negara Rugi Ratusan Triliun

Dampak Korupsi BUMN PT Timah: Alam Rusak, Negara Rugi Ratusan Triliun

Whats New
Cek, Ini Daftar Lowongan Kerja BUMN 2024 yang Masih Tersedia

Cek, Ini Daftar Lowongan Kerja BUMN 2024 yang Masih Tersedia

Whats New
Rincian Harga Emas Hari Ini di Pegadaian 29 Maret 2024

Rincian Harga Emas Hari Ini di Pegadaian 29 Maret 2024

Spend Smart
Kecelakaan Beruntun di GT Halim Diduga gara-gara Truk ODOL, Kemenhub Tunggu Investigasi KNKT

Kecelakaan Beruntun di GT Halim Diduga gara-gara Truk ODOL, Kemenhub Tunggu Investigasi KNKT

Whats New
Indef: Banjir Barang Impor Harga Murah Bukan Karena TikTok Shop, tapi...

Indef: Banjir Barang Impor Harga Murah Bukan Karena TikTok Shop, tapi...

Whats New
Emiten Menara TBIG Catat Pendapatan Rp 6,6 Triliun Sepanjang 2023

Emiten Menara TBIG Catat Pendapatan Rp 6,6 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

Whats New
Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke