Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

PLTU Batu Bara Masih Mendominasi, Kendaraan Listrik Bisa Tekan Emisi Karbon?

Namun, pertanyaan baru muncul ketika melihat sumber energi listrik di Indonesia masih didominasi oleh pasokan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batu bara yang memproduksi ratusan juta ton emisi karbon setiap tahunnya.

Apakah peningkatan penggunaan mobil listrik benar-benar bisa mengurangi emisi karbon?

Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, Dadan Kusdiana memastikan, penggunaan kendaraan listrik akan memproduksi emisi karbon yang lebih rendah ketimbang kendaraan kendaraan berbahan bakar fosil atau internal combustion engine (ICE).

"Konversi mobil dengan teknologi pembakaran dalam ke mobil listrik akan menghemat energi dan berkontribusi menurunkan emisi," katanya kepada Kompas.com, Kamis (31/12/2020).

Ia pun memberikan contoh, sebuah kendaraan ICE dengan bahan bakar nomor oktan tinggi seperti Pertamax, akan menghasilkan 17,8 kilo gram (kg) karbon dioksida setiap 100 kilometer (km).

Apabila kendaraan tersebut menempuh jarak 18.000 km setiap tahunnya, maka jumlah karbon dioksida yang dihasilkan mencapai 3.212 kg.

"Sedangkan mobil listrik dengan kapasitas baterai 12,3 kWh akan menempuh jarak 100 km dengan faktor emisi 0,877 kg karbon dioksida per kwh, dengan asumsi emisi faktor jaringan listrik PLN, sekitar 60 persen PLTU Batubara," tutur Dadan.

Dengan demikian, apabila kendaraan listrik itu menempuh jarak 1.800 km per tahun, maka emisi karbon yang dihasilkan mencaapi 1.942 kg.

Angka produksi emisi tidak langsung kendaraan listrik itu lebih rendah sekitar 1.270 kg setiap tahunnya dari kendaraan ICE.

"Dengan demikian untuk konversi ke mobil listrik dari mobil ICE akan menurunkan emisi sekitar 40 persen," ucapnya.

https://money.kompas.com/read/2020/12/31/151431726/pltu-batu-bara-masih-mendominasi-kendaraan-listrik-bisa-tekan-emisi-karbon

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke