Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Muhammadiyah Desak Pemerintah Tindak Spekulan Kedelai

Ketua Bidang Ekonomi PP Muhammadiyah, Anwar Abbas mengatakan, jika benar ada spekulasi dan permainan sepihak, pemerintah harus tegas menghukum sesuai dengan besarnya dampak yang ditimbulkan kepada masyarakat.

"Maka Muhammadiyah meminta pemerintah untuk menindak mereka dengan tegas dan menggiring mereka ke pengadilan, untuk dijatuhi hukuman yang sesuai dengan besar dan dampak buruk dari kesalahannya," kata Anwar kepada Kompas.com, Selasa (5/1/2021).

Anwar menuturkan, penindakan diperlukan agar dunia usaha dan kehidupan ekonomi masyarakat kembali menggeliat, sekaligus tak ada lagi yang dirugikan.

Adapun, para perajin tahu-tempe telah mogok produksi sejak malam tahun baru atau 1-3 Januari 2021. Hal tersebut sebagai respons perajin terhadapnya melonjaknya harga kedelai sebagai bahan baku tempe-tahu.

Tercatat harga kedelai naik dari kisaran awal Rp 7.000 per kilogram menjadi Rp 9.200 - Rp 9.500 per kilogram. Akibatnya, harga tahu-tempe di Jakarta naik jadi 10-20 persen dari harga normal.

"Kalau harga kedelai naik, maka biaya produksi dari para pembuat tempe dan tahu tentu akan meningkat. Kalau biaya produksi mereka meningkat, tentu harga jual mereka juga harus meningkat," ucap Anwar.

Sayangnya, peningkatan harga justru membuat daya beli masyarakat terhadap tahu dan tempe semakin menurun. Hal ini akan berpengaruh pada keuntungan produsen dan pedagang tahu-tempe.

Jika ini terjadi, kata Anwar, bakal berpengaruh pada kepada tingkat kesejahteraan para produsen dan para pedagang tahu-tempe. Begitupun kepada warga, karena tidak mampu lagi membeli sesuai dengan kebutuhan pokoknya.

"Oleh karena itu PP Muhammadiyah meminta pemerintah untuk secepatnya mengatasi masalah ini," ucap dia.


Sebelumnya diberitakan, kenaikan harga tempe sudah mulai terlihat sejak Desember 2020 lantaran harga kedelai impor terus merangkak naik. Sedangkan pasokan kedelai dalam negeri sebagian besar berasal dari impor.

Kondisi tersebut memang dilematis, sebab perajin terus meminta kenaikan harga kepada pedagang, tetapi pedagang menginginkan harga tempe tidak naik dulu karena daya beli masyarakat masih rendah imbas Covid-19.

Selama kurun sepuluh tahun terakhir, volume kedelai impor mencapai 2-7 kali lipat produksi kedelai lokal, sebagian besar berasal dari Amerika Serikat.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, impor kedelai Indonesia sepanjang semester-I 2020 mencapai 1,27 juta ton atau senilai 510,2 juta dollar AS atau sekitar Rp 7,52 triliun (kurs Rp 14.700). Sebanyak 1,14 juta ton di antaranya berasal dari AS.

https://money.kompas.com/read/2021/01/05/120800426/muhammadiyah-desak-pemerintah-tindak-spekulan-kedelai

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke