Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Erick Thohir Sedih Lihat Karya Seni di Gedung Sarinah Tak Terawat

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir meminta relief dan karya seni lainnya yang berada di Gedung Sarinah, Jakarta Pusat diperbaiki.

Mantan bos Inter Milan itu mengaku sedih melihat karya seni yang ada di gedung tersebut terlihat tak terawat.

“Saya terus terang sangat terharu, dalam arti saya pecinta seni, ketika melihat kondisi seni budaya yang kita punya ini tidak terawat. Karena itu saya minta Sarinah, Wika, kita perbaiki kembali seperti yang dahulu,” ujar Erick, Jumat (15/1/2021).

Bagi Erick, bangsa yang besar adalah bangsa yang bisa mencintai karya seninya.

Atas dasar itu, dia berharap karya seni yang ada di Gedung Sarinah terus dipelihara.

“Bangsa besar adalah bangsa yang mengenal sejarahnya. Tentu bangsa besar itu adalah bangsa yang cinta karya seninya,” kata dia.

Berdasarkan video wawancara Erick itu, salah satu relief yang berada di Gedung Sarinah menggambarkan beberapa sosok petani, pedagang dengan pikulan berisi ikan hingga perempuan membawa bakul hasil panen.

Gedung Sarinah merupakan pusat perbelanjaan setinggi 74 meter dengan memiliki 15 lantai.

Luas bangunannya berkisar 27.000 meter persegi dengan luas per lantai 1.800 meter persegi.

Menyandang status sebagai pusat perbelanjaan pertama di Indonesia, Sarinah sempat berjaya di tahun-tahun awal berdirinya.

Gedung Sarinah dibangun sebagai etalase produk dalam negeri sekaligus tempat berbelanja kebutuhan masyarakat dengan harga terjangkau.

Gedung tersebut selesai dibangun dan diresmikan pada 15 Agustus 1966.

Sarinah dikelola oleh PT Department Store Indonesia yang kini berganti nama menjadi PT Sarinah (Persero).

BUMN ini bergerak di sektor perdagangan, penyewaan ruang, hingga money changer.

Mal tertua di Indonesia itu dibangun sebagai salah satu proyek mercusuar Presiden Soekarno saat itu selain pembangunan Monas, GBK, Hotel Indonesia, dan bangunan-bangunan megah lain selama rezim Orde Lama. Gedung tersebut selesai dibangun dan diresmikan pada 15 Agustus 1966.

Biaya pembangunannya berasal dari dana pampasan perang atau kompensasi dari pemerintah Jepang sebagai konsekuensi atas penjajahannya di Indonesia setelah kalah dalam Perang Dunia II melawan sekutu.

Nama Sarinah diambil dari nama salah satu pengasuh Presiden Soekarno di masa kecil.

Bung Karno mengaku sangat mengagumi wanita tersebut,

Sarinah digambarkan sebagai sosoknya sebagai bentuk kecintaan pada rakyat kecil.

Kecintaan Soekarno dan rasa hormat yang tinggi terhadap Sarinah diwujudkan dengan menamai pusat perbelanjaan pertama di Indonesia sesuai dengan nama pengasuhnya itu.

Sebelumnya, Menteri BUMN Erick Thohir menyebut renovasi besar-besaran Gedung Sarinah akan menelan anggaran senilai Rp 700 miliar dan melibatkan sejumlah perusahaan BUMN lainnya.

Termasuk PT Wijaya Karya (Persero) yang akan menjadi kontraktornya.

"Saya maunya di situ ada komunitas kesenian. Sabtu-Minggu adalah kesenian kita dimainkan di situ. Bisa pameran lukisan, atau videographic. Culture education community kita jalankan," kata Erick.

"Kurang lebih Rp 700 miliar. Kalau bongkar robohin lebih mahal. Tentu itu di luar ongkos buat operasionalnya jualan. Ada kerja sama dengan BUMN juga bukan swasta. Beberapa perusahaan BUMN akan ada fokus properti, retailnya Sarinah," kata dia.

Menurut Erick, masyarakat di Indonesia kerap lebih mengapresiasi dunia Barat dibandingkan kualitas negeri sendiri.

Sehingga, Erick Thohir ingin mengubah konsep Nusantara di Sarinah Thamrin ketika rampung direnovasi yang ditargetkan November 2021.

https://money.kompas.com/read/2021/01/15/122506926/erick-thohir-sedih-lihat-karya-seni-di-gedung-sarinah-tak-terawat

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke