JAKARTA, KOMPAS.com - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo memproyeksi nilai tukar rupiah terhadap dollar AS masih berpeluang menguat, meski sudah tembus di bawah Rp 14.000 per dollar AS hari ini.
Perry menyebut, penguatan nilai tukar lebih lanjut didukung karena fundamentalnya masih undervalued dan kontribusi bank sentral yang sempat menggelontorkan valas saat rupiah merangkak naik di level Rp 16.700.
"Pernah mencapai Rp 16.700 bahkan ada rumor bisa tembus Rp 20.000 per dollar AS. Berkat komitmen BI yang menggelontorkan suplai valas, sekarang di bawah Rp 14.000 dan akan berpotensi menguat karena fundamental masih undervalued," kata Perry dalam diskusi Infobank Membangun Optimisme Pasca Pandemi Covid-19 secara virtual, Jumat (22/1/2021).
Perry menuturkan, ada beberapa faktor yang mempengaruhi penguatan nilai tukar.
Faktor tersebut antara lain, tingkat inflasi dan defisit transaksi berjalan yang rendah serta aliran derasnya aliran modal asing.
Inflasi pada akhir 2020 tercatat rendah sebesar 1,6 persen secara tahunan (year on year/yoy) dan berada di bawah kisaran sasaran 3 plus minus 1 persen.
Angka inflasi dipengaruhi oleh inflasi inti (core inflation) sebesar 1,6 persen (yoy).
Lalu, defisit transaksi berjalan diperkirakan sekitar 0,5 persen dari PDB pada 2020, atau lebih rendah dari perkiraan sebelumnya.
Perry mengatakan, rendahnya defisit transaksi berjalan seiring dengan surplusnya neraca pembayaran membuat stabilitas makroekonomi terjaga.
"Surplus transaksi modal jauh lebih tinggi dari transaksi berjalan yang menurun, ini membuat cadangan devisa naik 135,9 miliar dollar AS," papar Perry.
Indikator lainnya adalah terus berlanjutnya aliran modal asing yang masuk ke pasar domestik. Investasi portofolio mencatat aliran masuk sebesar 2,1 miliar dollar AS pada kuartal IV 2020, berbalik arah dari kuartal sebelumnya yang mencatat aliran keluar sebesar 1,7 miliar dollar AS.
Aliran ini terus berlanjut hingga awal tahun 2021.
Perry melaporkan, hingga 19 Januari 2021, aliran modal asing yang masuk mencapai 5,1 miliar dollar AS, termasuk dari penerbitan obligasi global oleh pemerintah.
"Indonesia termasuk yang beruntung karena outflow (aliran modal keluar) hanya (terjadi) pada periode pendek, Maret-April," pungkas dia.
https://money.kompas.com/read/2021/01/22/111549926/bi-nilai-tukar-sudah-di-bawah-rp-14000-berpotensi-terus-menguat