BRI Syariah akan menjadi bank yang menerima penggabungan (survivor entity).
Rencananya, Presiden RI Joko Widodo bakal me-launching BRIS pukul 13.30 WIB siang nanti di Istana Negara. Kegiatan ini berubah dari yang semula diadakan di Gedung Bursa Efek Indonesia dan The Tower mulai pukul 08.15 WIB.
Pasca merger, komposisi pemegang saham pada BSI adalah PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) 51,2 persen, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BNI) 25,0 persen, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) 17,4 persen, DPLK BRI - Saham Syariah 2 persen dan publik 4,4 persen.
Struktur pemegang saham tersebut berdasarkan perhitungan valuasi dari masing-masing bank peserta penggabungan.
BSI yang digadang-gadang bakal menjadi Top 10 bank syariah global akan memiliki aset mencapai Rp 214,6 triliun dengan modal inti lebih dari Rp 20,4 triliun pasca-legal merger terlaksana.
Jumlah aset dan modal inti tersebut menempatkan Bank Hasil Penggabungan dalam daftar 10 besar bank terbesar di Indonesia dari sisi aset, dan TOP 10 bank syariah terbesar di dunia dari sisi kapitalisasi pasar dalam 5 tahun ke depan.
Lantas, bagaimana kinerja ketiga bank tersebut sebelum merger?
Bank BRI Syariah
Bank yang menjadi survivor entity ini mampu meraup laba bersih Rp 248 miliar. Laba tersebut melonjak demikian fantastis, mencapai 235,14 persen secara tahunan (year on year/yoy).
Selain mencatat pertumbuhan laba, pertumbuhan pembiayaan dan dana murah Perseroan juga mengalami peningkatan.
Total aset BRIsyariah tercatat mencapai Rp57,7 triliun atau meningkat 33,8 persen YoY. Pembiayaan bank ini mencapai Rp 40 triliun atau tumbuh mencapai 46,24 persen YoY.
Pertumbuhan pembiayaan yang signifikan ditopang oleh segmen Ritel (SME, Mikro dan Konsumer) untuk memberikan imbal hasil yang lebih optimal, dengan segmen mikro mencapai perolehan tertingginya.
Tercatat, total pembiayaan mikro yang disalurkan BRIsyariah pada tahun 2020 mencapai Rp10,7 triliun, tumbuh 163 persen yoy, disokonh oleh penyaluran KUR mencapai Rp 4,5 triliun.
Sekitar 40 persen penyaluran KUR BRIsyariah diarahkan ke sektor ekonomi produksi. Sementara sekitar 37,7 persen difokuskan ke sektor ekonomi perdagangan dan sekitar 22 persen di sektor jasa.
PT Bank Syariah Mandiri
Laba bersih Bank Syariah Mandiri naik 12,15 persen mencapai Rp 1,43 triliun per Desember 2020 secara tahunan (year on year/yoy).
Raihan laba bersih Mandiri Syariah pada 2020 ditopang oleh pertumbuhan pembiayaan dan membaiknya rasio pendanaan murah yang dikelola perusahaan.
Pembiayaan Mandiri Syariah tahun lalu tumbuh 10,43 persen secara tahunan dari Rp 75,54 triliun menjadi Rp 83,43 triliun.
Pembiayaan didorong kontribusi kenaikan pembiayaan segmen retail sebesar 18,41 persen yoy menjadi Rp 53,24 triliun, didukung produk layanan berbasis emas (cicil emas dan gadai emas) yang naik 32,23 persen yoy menjadi Rp 3,94 triliun.
Sementara pembiayaan consumer naik 29,13 persen menjadi Rp 39 triliun selama tahun 2020. Adapun untuk segmen corporate banking naik 4,83 persen yoy menjadi Rp 23,43 triliun.
Selain membukukan kenaikan laba bersih, Mandiri Syariah juga mencatat kinerja positif dana pihak ketiga (DPK). DPK kelolaan Mandiri Syariah naik 12,80 persen yoy, dari Rp99,81 triliun menjadi Rp112,58 triliun.
BNI Syariah
Hingga kuartal III 2020, kinerja PT Bank BNI Syariah masih membukukan laba bersih perusahaan mencapai sekitar Rp 387 miliar.
Hal ini tak lain ditopang oleh pertumbuhan aset BNI Syariah yang tumbuh di kisaran 19,3 persen dengan posisi Rp 52,4 triliun.
Pertumbuhan aset ini didukung oleh pertumbuhan DPK yang mencapai 21,8 persen, di mana di dominasi oleh dana murah dengan CASA lebih dari 65 persen.
https://money.kompas.com/read/2021/02/01/093000726/bsi-bakal-diresmikan-siang-ini-simak-kinerja-3-bank-syariah-bumn-jelang-merger