Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Meneropong Prospek Aneka Tambang di Industri Mobil Listrik

KOMODITAS tambang nikel diproyeksikan menjadi komoditas unggulan tahun 2021 di tengah perbaikan ekonomi dunia karena pandemi covid-19. Ini seiring dengan perubahan arah kebijakan energi baik di tingkat global maupun nasional.

Di tingkat global, Amerika Serikat di bawah Presiden Joe Biden, China dan Eropa sangat ambisius mendorong perencanaan penerapan energi baru terbarukan dan mobil listrik.

Presiden AS terpilih Joe Biden tak tanggung-tanggung mengalokasi dana sebesar 2 triliun dolar AS untuk mencapai infrastruktur berkelanjutan dan energi bersih tahun 2035.

Selain AS, China berambisi memiliki kendaraan ramah lingkungan dengan rasio 50 persen kendaraan listrik tahun 2035. Tak ketinggalan negara-negara Eropa juga menargetkan 30 juta kendaraan listrik sampai tahun 2030.

Dengan perubahan itu, tren penggunaan bahan tambang pun bergeser. Jika sebelumnya batubara dan minyak menjadi sangat dominan di buaran energi dan otomotif, sekarang bergeser energi bersih. Dengan kebijakan mobil listrik, komoditas tambang sejenis nikel dan timah akan menjadi penggerak perubahan global ini.

Di dalam negeri, Presiden Joko Widodo (Jokowi) sejak tahun 2018 mengingatkan bahwa dunia mulai fokus ke mobil listrik yang bahan bakunya dari mineral sejenis nikel dan timah. Dengan begitu, komoditas tambang mineral, seperti nikel dan timah harus dijaga cadangan, produksinya dan keberlanjutannya.

Dalam kerangka itu, Presiden kemudian membuat kebijakan terkait mobil listrik melalui Peraturan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 55 Tahun 2019 tentang Percepatan Program kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai pada 12 Agustus 2019. Perpres 55/2019 menjadi aturan awal yang disebut sebagai payung hukum kendaraan listrik Indonesia.

Tak berhenti di situ saja. Pada bulan Oktober, 2019, pemerintah bergerak cepat membuat kebijakan menghentikan ekspor nikel mentah. Semua jenis nikel harus diolah dalam pabrik smelter agar memberikan efek pelipatan bagi pembangunan.

Tujuan dari pelarangan ekspor ini penting untuk mengendalikan pasokan demi menopang kebijakan baru di level global dan nasional. Ini tentu menjadi keuntungan bagi Indonesia sebagai pemasok nikel terbesar dunia (27 persen).

Pertanyaan yang muncul kemudian adalah, siapa-siapa yang ditungkan dari perubahan kebijakan global-nasional ini?

ANTM akan diuntungkan

Setelah presiden Joko Widodo menetapkan peta jalan kebijakan mobil listrik, prospek dan kinerja perusahaan tambang milik negara (BUMN), PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) menarik untuk dicermati publik di tanah air.

Dianggap menarik, karena sebagai perusahaan tambang, ANTM bukan hanya memproduksi emas dan bauksit, tetapi menjadi pemain utama di tambang nikel sebagai bahan baku utama pembuatan baterei untuk pengembangan mobil listrik.

Konsensi nikel ANTM menyebar mulai dari Sulawesi Tenggara sampai Maluku Utara. Baik Sulawesi Tenggara maupun Maluku Utara adalah daerah penghasil nikel terbesar di tanah air.

Data Kementerian ESDM (2020) menunjukkan, ANTM adalah produsen nikel terbesar di tanah air atau menguasai 19 persen sumber nikel. ANTM bersaing dengan produsen-produsen nikel besar lainnya, seperti PT Vale Indonesia Tbk (INCO),Bintang Delapan atau Central Omega (DKFT) dalam pasar nikel di tanah air.

Dengan data di atas, penting bagi publik di tanah air memahami prospek ANTM sebagai perusahaan tambang milik negara di bawah MIND ID.

Saya sangat optimis, prospek perusahaan ini akan cerah seiring perubahan kebijakan di tingkat global dan nasional.

Tentu bukan hanya ANTM yang mendapat berkah. Masih ada produsen nikel lain, seperti Vale Indonesia yang akan mendapat untung. Tambang nikel di tanah air pun mulai menggeliat seiring dengan peningkatan permintaan nikel global.

Maka, langkah-langkah kebijakan strategis seperti penghentian ekspor nikel demi mengamankan cadangan dan pasokan tentu menjadi isu sentral.

Indonesia sebagai produsen nikel nomor satu dunia harus memainkan posisi tawar penting dengan perusahaan milik Negara, seperti ANTM sebagai penyokong. Indonesia harus mendapat manfaat baik dari sisi industri maupun segi finansial berupa penerimaan Negara harus naik.

Tanda-tanda kenaikan penerimaan negara dari ekspor olahan nikel sudah mulai. Ekspor nikel kita dalam bentuk Nickle Pig Iron, Feronikel meningkat dalam tiga tahun belakangan.

Data Kementerian Perindustrian (2020) menunjukan, nilai total ekspor dan produk derivatif nikel naik signifikan, dari 4,8 miliar dolar AS pada 2018, meningkat 47,5 persen menjadi 7,08 miliar dolar AS pada akhir 2019.

Kementerian Perindustrian menargetkan sampai akhir tahun 2020 nilai ekspor nikel mencapai 10 miliar dolar AS. Angka yang sangat fantastis dan tentu akan menguntungkan produsen-produsen nikel di tanah air, seperti ANTM yang saya sorot dalam tulisan ini.

Lebih menarik lagi adalah sejak 1976, ANTM telah membangun pabrik pemurnian (smelter) Feronikel (TNi) di Pomala dengan kapasitas 27.000 ton nikel per tahun. Ini yang belum banyak diketahui banyak orang.

Pada saat Indonesia menjadi negara pengekspor biji nikel mentah terbesar di dunia sebelum 2017, ANTM ternyata sudah membangun pabrik smelter sejak zaman Orde Baru. Perusahaan ini tentu sudah sejak awal menyadari pentingnya pembangunan smelter nikel untuk energi di masa depan.

Dalam konteks ini, ANTM sebenarnya menjadi pioner bagi perubahan paradigma tambang dari ekstraktif, menjual mineral mentah dengan harga murah menuju paradigma pengolahan untuk memberikan nilai tambah bagi pembangunan negeri ini.

ANTM juga hanya tinggal menunggu waktu menuntaskan pengembangan pabrik smelter feronikel (FeNi) di Halmahera Timur (FeNi Haltim) dengan kapasitas 13,500 ton per tahun.

Ini kabar baik untuk negeri ini, karena dengan desain kapasitas sebesar 13,500 ton per tahun, FeNi Haltim akan menghasilkan 200 juta dolar AS pendapatan jika dikalkulasi dengan harga nikel sekarang sebesar 17.000 dolar AS per ton.

Jika nantinya tuntas, ditambahkan dengan pabrik smelter yang sudah dibangun sejak zaman Orde Baru di Pomala, ANTM akan menjadi perusahaan negara yang menjanjikan untuk tahun-tahun ke depan dan menjadi pesaing utama perusahaan-perusahaan global di sektor nikel.

Di tengah krisis finansial akibat pandemik Covid-19 sekarang dan kenaikan harga komoditas emas dan nikel global, kinerja ANTM sangat membantu penerimaan negara.

Di tengah produsen-produsen tambang lain menderita kerugian, ANTM malah untung di atas Rp 1 triliun pada tahun 2020 ini. Ini bukan hanya ditopang oleh produksi emas, tetapi produksi feronikel Antam.

Pada 2020, ANTM mencatat penjualan feronikel unaudited masing-masing 25.970 ton nikel dalam feronikel (TNi) dan 26.163 TNi. Ini adalah pencapain produksi feronikel tertinggi ANTM. Keuntungan ini tentu sangat membantu penerimaan negara baik dari pajak maupun dividen kepada pemegang saham.

Pajak perusahaan-perusahaan tambang memang tergerus karena penurunan produksi dan penjualan akibat karantina negara-negara di dunia dan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di tanah air.

Ini tentu sangat berpengaruh besar terhadap neraca keuangan negara, karena pos penerimaan menjadi kecil. Jadi, jika ada perusahaan tambang yang untung di tengah krisis global akibat Covid-19 sekarang, harus dilihat sebagai peluang untuk terus melakukan transformasi bisnis ke depan agar membantu lebih banyak lagi keuangan negara, sehingga negeri ini tak dililit utang.

Posisi tawar besar

ANTM ke depan bukan hanya menjadi pemasok utama nikel di hulu, tetapi jadi pemain di industri hilir (pemurnian) dan bahkan menjadi mitra utama produsen mobil listrik global, seperti Tesla.

Dengan cadangan nikel berlimpah, Indonesia memiliki posisi tawar besar berhadapan dengan produsen-produsen mobil listrik global. Tak perlu takut ditinggalkan investor asing, karena Indonesia pasti menjadi incaran negara-negara maju untuk kerjasama pengembangan baterei dan mobil listrik.

Begitupun, ANTM sebagai perusahaan nikel milik negara, dia bak gadis cantik yang akan menjadi incaran banyak perusahaan mobile listrik dunia.

ANTM memiliki sumber daya nikel yang besar yang akan menyuplai kebutuhan nikel global dan domestik. Apalagi pemerintah telah membentuk Indonesia Battery Holding (IBH) untuk membangun industri baterai kendaraan listrik dari hulu ke hilir.

IBH dibangun melibatkan MIND ID, Pertamina, dan PLN dengan porsi kepemilikan masing-masing 25 persen. ANTM akan berperan di sisi hulu untuk memproduksi nikel. Semua investasi ke arah pengembangan industri nikel, aksi korporasi dan ketertarikan raksasa mobil listrik global, seperti Tesla akan membuat ANTM menjadi perusahaan yang semakin menarik dan menjanjikan.

Sebagai masukan, ANTM perlu membangkitkan kepercayaan investor besar dan publik di tanah air dengan cara terus memperbaiki tata kelolah perusahaan, tetap transparan seperti sekarang dan profesional.

Sebagai holding company, MIND ID perlu melakukan evaluasi secara berkala setiap bulan atau tiga bulanan terhadap perkembangan bisnis dan tata kelolah anak usaha, termasuk ANTM. Ini semua dilakukan agar ANTM bisa menangkap peluang besar dari perubahan kebijakan global-nasional ke depan.

ANTM ke depan bisa diandalkan untuk menaikkan penerimaan negara untuk kesejahteraan rakyat sebagaimana diamanatkan konstitusi UUD’45. Tinggal bagaimana ANTM melakukan transformasi internal, melakukan perubahan budaya kerja yang kompetitif dan berdaya saing untuk menangkap semua peluang yang diberikan dunia agar korporasi menjadi besar, kompetitif dan bermanfaat bagi bangsa dan negara.

https://money.kompas.com/read/2021/02/05/112238226/meneropong-prospek-aneka-tambang-di-industri-mobil-listrik

Terkini Lainnya

Bapanas Pastikan Konflik Israel-Iran Tak Pengaruhi Masuknya Komoditas Pangan yang Rutin Diimpor

Bapanas Pastikan Konflik Israel-Iran Tak Pengaruhi Masuknya Komoditas Pangan yang Rutin Diimpor

Whats New
Pasca Akuisisi BPR, KoinWorks Fokus Inovasi dan Efisiensi Tahun Ini

Pasca Akuisisi BPR, KoinWorks Fokus Inovasi dan Efisiensi Tahun Ini

Whats New
Lion Air Bantah 2 Pegawai yang Ditangkap Menyelundupkan Narkoba Merupakan Pegawainya

Lion Air Bantah 2 Pegawai yang Ditangkap Menyelundupkan Narkoba Merupakan Pegawainya

Whats New
Indofarma Akui Belum Bayar Gaji Karyawan Periode Maret 2024, Mengapa?

Indofarma Akui Belum Bayar Gaji Karyawan Periode Maret 2024, Mengapa?

Whats New
Pesetujuan KPR BSI Kini Hanya Butuh Waktu Satu Hari

Pesetujuan KPR BSI Kini Hanya Butuh Waktu Satu Hari

Spend Smart
Bank Sentral Inggris Diprediksi Pangkas Suku Bunga pada Mei 2024

Bank Sentral Inggris Diprediksi Pangkas Suku Bunga pada Mei 2024

Whats New
Cara Membuat Kartu ATM BCA Berfitur Contactless

Cara Membuat Kartu ATM BCA Berfitur Contactless

Work Smart
Pertanyaan Umum tapi Menjebak dalam Wawancara Kerja, Apa Itu dan Bagaimana Cara Jawabnya?

Pertanyaan Umum tapi Menjebak dalam Wawancara Kerja, Apa Itu dan Bagaimana Cara Jawabnya?

Work Smart
Menko Airlangga soal Kondisi Geopolitik Global: Belum Ada Apa-apa, Kita Tenang Saja...

Menko Airlangga soal Kondisi Geopolitik Global: Belum Ada Apa-apa, Kita Tenang Saja...

Whats New
Pasar Perdana adalah Apa? Ini Pengertian dan Alur Transaksinya

Pasar Perdana adalah Apa? Ini Pengertian dan Alur Transaksinya

Work Smart
Apa Dampak Konflik Iran-Israel ke Industri Penerbangan Indonesia?

Apa Dampak Konflik Iran-Israel ke Industri Penerbangan Indonesia?

Whats New
HUT Ke-35 BRI Insurance, Berharap Jadi Manfaat bagi Masyarakat

HUT Ke-35 BRI Insurance, Berharap Jadi Manfaat bagi Masyarakat

Rilis
Menperin Siapkan Insentif untuk Amankan Industri dari Dampak Konflik Timur Tengah

Menperin Siapkan Insentif untuk Amankan Industri dari Dampak Konflik Timur Tengah

Whats New
Respons Bapanas soal Program Bantuan Pangan Disebut di Sidang Sengketa Pilpres

Respons Bapanas soal Program Bantuan Pangan Disebut di Sidang Sengketa Pilpres

Whats New
Freeport Indonesia Catat Laba Bersih Rp 48,79 Triliun pada 2023, Setor Rp 3,35 Triliun ke Pemda Papua Tengah

Freeport Indonesia Catat Laba Bersih Rp 48,79 Triliun pada 2023, Setor Rp 3,35 Triliun ke Pemda Papua Tengah

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke