Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Jatuh Bangun CEO Eiger Ronny Lukito di Dunia Bisnis

Ia baru saja mengakui kesalahan dan meminta maaf karena sempat melayangkan teguran ke YouTuber duniadian.

Permintaan maaf itu direkam dalam sebuah video yang diunggah ke akun YouTube resmi perusahaan. 

Surat keberatan yang dilayangkan Eiger ini menjadi viral. Pasalnya, disebutkan bahwa video review produk yang diunggah Dian lewat YouTube dianggap kurang layak karena beberapa hal.

Kini, Ronny Lukito mengaku terbuka terhadap setiap saran masyarakat. Lantas, siapakah sosok Ronny Lukito sebenarnya?

Profil Ronny Lukito dan awal mula berbisnis

Ronny Lukito adalah anak laki satu-satunya dari enam bersaudara, pasangan Lukman Lukito dan Kurniasih. Darah bisnis tampaknya mengalir dari ayahnya.

Melansir Harian Kompas, (28/4/2014), Ronny memulai usahanya dengan membantu mengembangkan bisnis toko tas. Ronny Lukito berkisah, mampu mengembangkan usaha toko tas milik ayahnya, dari sebuah rumah kecil di Gang Tamrin Bandung menjadi produk ternama yang telah merambah dunia internasional.

Secara perlahan, ia pun memulai merambah ke sektor produksi tas dan memberi nama produknya dengan Butterfly. Nama Butterfly diambil dari merek mesin jahit buatan China yang dimilikinya waktu itu.

Pasalnya, saat itu ia hanya bermodalkan dua mesin jahit, dan sedikit bahan baku pembuatan tas dengan modal kurang dari Rp 1 juta


Digugat Exxon Oil dan sempat terlilit bunga bank

Pada tahun 1979, nama Butterfly diubah menjadi Exxon, tapi nama ini digugat perusahaan Exxon Oil Amerika Serikat. Alhasil, nama tersebut kembali diubah menjadi Exsport (Exxon Sporty).

Dari perubahan itulah kemudian hari lahir merek lainnya seperti Eiger, yang dicetuskan sekitar tahun 1990, Bodypack, dan Neosack.

Begitulah kemudian ia mampu membeli tanah seluas 6.000 meter persegi di kawasan Kopo, Kota Bandung, yang menjadi pabrik Eiger. Kelak, Ronny akhirnya juga mampu membuka outlive store di Jalan Setiabudi dan EST Store di Jalan Sumatera, Kota Bandung.

Pada tahun 1992, Ronny bahkan memperoleh penghargaan Upakarti Pemerintah Republik Indonesia atas usahanya menjalin kemitraan dengan para pengrajin tas. Ronny memberikan modal pada awal usaha bagi belasan perajin lalu memberi tas yang diproduksi para perajin.

Hanya saja, Ronny juga sempat terlilit persoalan dengan bank. Ini bermula ketika dia berekspansi usaha di bidang properti. Investasi besar-besaran dia lakukan dengan membangun Vila Trinity pada 1991, lalu Perumahan Galeria tahun 1995 di Kabupaten Bandung Barat.

Untuk itu, dia meminjam dana dari bank. Namun, keputusannya terjun di bidang properti terkesan kurang pertimbangan matang.

Perhitungannya saat itu meleset. Tahun 1998, krisis moneter melanda, sedangkan bisnis properti terkena imbasnya.

"Saya harus menanggung bunga bank yang tinggi, hingga banyak utang. Aset pabrik Eiger disita. Saya harus menebus utang di bank Rp 4,5 miliar,” cerita Ronny.

Meski begitu, ia bersyukur, masa kritis bisa dilewati tanpa kehilangan aset. Utang itu dia lunasi tahun 2003. Ia juga bersyukur, pada masa krisis tidak harus memutus hubungan kerja atau merumahkan karyawan. Pada krisis ekonomi tahun 2008, Ronny malah menambah karyawan.

”Dalam keadaan sulit itu, saya bernazar, jika bisnis kami bangkit kembali, saya akan menjalankan green business dalam segala aspek, yakni bisnis yang tidak korup, tidak menggelapkan pajak, membayar gaji karyawan dengan layak, dan menjalankan bisnis yang ramah lingkungan,” urainya.

Sejarah merek Eiger

Dari laman resmi perusahaan, Eiger diluncurkan pertama kali pada tahun 1989 sebagai produk untuk memenuhi berbagai kebutuhan perlengkapan dan peralatan bagi gaya hidup para penggiat alam terbuka.

Nama Eiger sendiri terinspirasi dari Gunung Eiger berketinggian 3.970 mdpl dan menjadi “gunung tersulit didaki” ke-3 di dunia yang terletak di Bernese Alps, Swiss.

Kini, Eiger menyediakan tiga kategori produk utama, yaitu Mountaineering yang berorientasi pada kegiatan pendakian gunung; Riding yang berfokus pada penjelajahan sepeda motor; serta Authentic 1989 yang diinspirasi dari gaya klasik para pencinta kegiatan petualangan alam terbuka yang diwujudkan dalam desain yang kasual dan stylish.

Semua itu tak lepas dari peran Ronny yang merupakan sosok penting di balik nama besar Eiger. Kegigihan membuat usaha yang awalnya hanya berskala rumah tangga dengan ekonomi keluarga pas-pasan, mampu berkembang pesat.

https://money.kompas.com/read/2021/02/06/170000326/jatuh-bangun-ceo-eiger-ronny-lukito-di-dunia-bisnis

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke