Di sisi lain, bila dibandingkan dengan periode Desember 2020, maka kinerja impor juga mengalami kontraksi sebesar 7,59 persen.
"Ini terjadi karena adanya penurunan impor baik untuk migas, sebesar 21,90 persen, dan untuk barang-barang non migas sebesar 4 persen," ujar Suhariyanto ketika memberikan keterangan pers secara virtual, Kamis (15/2/2021).
Suhariyanto mengatakan, penurunan impor terjadi lantaran penggunaan barang secara keseluruhan mengalami kontraksi.
Realisasi kinerja impor berdasarkan penggunaan barang terjadi baik secara bulanan maupun tahunan.
Untuk barang konsumsi, kontraksinya secara tahunan sebesar 2,92 persen, sementara bulanan mencapai 17 persen.
"Pada beberapa barang konsumsi yang impornya turun cukup dalam di Januari yakni impor bawang putih, impor dari China itu menurun, kemudian boneless animal, frozen dari India itu alami penurunan, dan impor apel China juga turun," kata Suhariyanto.
"Kemudian impor untuk milk cream and powder dari New Zealand, dan ada alagi anggur segar dari China," sambungnya.
Sementara itu, untuk bahan baku atau penolong mengalami kontraksi 2,62 persen secara bulanan, dan 6,10 persen secara tahunan.
Adapun untuk barang modal kontraksinya sebesar 21,23 persen secara bulanan, dan 10,72 persen secara tahunan.
Peningkatan impor tercatat dari Afrika Selatan, Kanada, Pakistan, Vietnam, dan Finlandia. Sebaliknya impor dari China mengalami penurunan tajam.
"Pangsa pasar impor kita tidak berubah, pertama dari China, Jepang, Korsel, Singapura, dan Amerika Serikat," ucapnya.
https://money.kompas.com/read/2021/02/15/140515426/impor-ri-turun-pada-awal-2021-ini-penyebabnya
Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & Ketentuan