Merespon hal tersebut, Direktur Eksekutif Energy Watch Mamit Setiawan menilai, pemerintah perlu menggelontorkan berbagai insentif baru, agar para calon investor pengembangan industri mobil listrik nasional, seperti Tesla, berkomitmen untuk menanamkan modalnya di dalam negeri.
“Saya kira kita butuh investasi-investasi yang besar (untuk menarik minat investor),” katanya kepada Kompas.com, Jumat (19/2/2021).
Mamit menyarankan, salah satu stimulus yang dapat diberikan ialah berupa insentif perpajakan, seperti pembebasan pajak penjualan barang mewah (PPnBM).
“Terkait EV ini saya kira perlu ada treatment berbeda,” ujarnya.
Selain itu, Mamit pun mendorong pemerintah untuk memberikan stimulus berupa bantuan persiapan lahan.
“Kita tahu (lahan) selalu jadi masalah,” ucapnya.
Mamit mengaku menyayangkan keputusan Tesla untuk membangun pabrik di India. Ia berharap, langkah tersebut tidak mengganggu rencana Tesla untuk mengembangkan energy storage system (ESS) di Indonesia.
Sebelumnya, Deputi Bidang Koordinasi Investasi dan Pertambangan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) Septian Hario Seto memastikan negosiasi dengan Tesla tetap berjalan.
Namun ia enggan membeberkan perkembangan negosiasi tersebut, termasuk terkait ketertarikan Tesla membangun ESS di Indonesia.
"Maaf saya ada Non-Disclosure Agreement. Tidak bisa disclose apa-apa," kata Seto kepada Kompas.com, Kamis (18/2/2021).
https://money.kompas.com/read/2021/02/19/153000726/tesla-pilih-bangun-pabrik-mobil-listrik-di-india-pemerintah-diminta-lakukan