Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

[TREN EDUKASI KOMPASIANA] Senang Jadi Guru SD | Apa yang Diajari Guru Olahraga? | Mengatasi Fobia Anak

KOMPASIANA---Masih adakah yang berminat jadi guru? Apalagi jika melihat pandemi dan proses balajar-mengajar yang mungkin akan berjalan jarak jauh ini.

Barangkali bila ada guru-guru baru nanti mereka adalah orang pilihan. Jika tidak, maka bakal kurang maksimal dengan apa yang dikerjakan.

Lantas apa yang bisa dibangun dan siapkan sedari sekarang bila ingin menjadi guru?

Hal pertama yaitu seorang calon guru mesti bangga dengan profesi yang akan diembannya nanti. Bahwa seorang guru bisa menanamkan sikap positif kepada siswa.

Inilah konten terpopuler dan menarik di Kompasiana pada sub-kategori Edukasi:

1. Inialh Keseruan Saat Mengajar SD

"Ternyata sudah dua tahun saya mengajar di Sekolah Dasar. Bila diingat-ingat lagi, mengajar SD merupakan pengalaman baru bagi saya," tulis Kompasianer Ozy V. Alandika.

Menjadi guru SD itu, menurut Kompasianer Ozy V. Alandika, bukan hanya cara dan gaya mengajar yang berubah, tapi pada diri juga dituntut beradaptasi.

Hal yang membuat proses adaptasi itu menarik adalah setiap hari bisa menemukan hal unik dan seru ketika berada di sekolah.

"Salah satu hal seru yang saya rasakan pada bulan-bulan awal mengajar di SD adalah antusias para siswa yang begitu membahana," lanjutnya.

Kompasianer Ozy V. Alandika ingat, ketika itu baru sampai di parkiran sekolah, tapi anak-anak sudah menghampiri, menyalami tangannya satu per satu. (Baca selengkapnya)

2. "A Whistle", Tongkat Gembala Sang Guru Olahraga

Ketika masih sekolah kadang kita banyak mempertanyakan apa saja yang diajarkan guru olahraga selain lari mengelili sekolah?

Apalagi secara tampilan, seorang guru olahraga selalu ada peluit yang melingkar di lehernya.

Pandangan dan stigma semacam itu terus tumbuh tanpa kita mencari tahu apa maksudnya.

Namun, tahukah kamu jika suara peluit itu memiliki tanda yang berbeda-beda?

Bunyi peluit yang diudarakan tidak selalu sama, bervariasi: ada yang panjang ada yang pendek hingga ada yang sekali bunyi.

"Ada dua, tiga atau lebih bunyinya dalam setiap instruksi. Dan variasi lain yang ia kreasikan demi membedakan instruksi yang satu dengan lainnya.," tulis Kompasiana Yolis Djami. (Baca selengkapnya)

3. A Whistle, Tongkat Gembala Sang Guru Olahraga

Sebagai orangtua, kita kerap kebingungan menghadapi anak yang takut atau cenderung memilki fobia terhadap sesuatu.

Rasa takut terhadap sesuatu hal itu, tulis Kompasianer Bayu Samudra, sangat lumrah bagi diri anak maupun diri kita sendiri, sebagai orang dewasa.

Akan tetapi yang mengkhawatirkan adalah ketika anak memiliki rasa takut yang berlebih sehingga menghambat proses belajarnya sejak kecil.

Awalnya, barangkali, seorang anak merasa takut pada sebuah objek atau kondisi di sekitarnya.

Akan tetapi justru ketakutan itu dikuatkan dengan orang tua yang memberikan pengarahan terhadap suatu objek dan kondisi di sekitarnya, sehingga mengurangi ketakutan yang terjadi dalam diri anak.

"Orang tua harus menangani permasalahan fobia yang dialami oleh anak, agar tidak menghambat tumbuh kembang anak di masa mendatang," tulis Kompasianer Bayu Samudra.
Lantas, bagaimana menangani masalah fobia pada anak? (Baca selengkapnya)

https://money.kompas.com/read/2021/03/05/090810426/tren-edukasi-kompasiana-senang-jadi-guru-sd-apa-yang-diajari-guru-olahraga

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke