JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Teknologi Informasi dan Operasi BNI, YB Hariantono mengatakan, transformasi digital memang akan menggerus layanan ribuan kantor cabang bank yang tersebar di seluruh Indonesia.
Tapi nyatanya, peran kantor cabang saat ini masih sangat dibutuhkan.
Hal ini dibuktikan karena belum ada perbankan yang menutup kantor cabangnya secara masif dan massal.
Bank-bank lebih memilih menutup kantor cabang secara bertahap dengan memprioritaskan penutupan kantor cabang yang dianggap sudah tak dibutuhkan di wilayah tersebut.
"Transformasinya tidak berjalan dengan eksponensial (besar-besaran). Karena faktanya, jumlah transaksi di cabang masih sangat tinggi," kata YB Hariantono dalam Indonesia Data and Economic Conference Katadata, Rabu (24/3/2021).
Hariantono mengakui, transaksi digital di PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk pada tahun 2020 meningkat signifikan.
Pertumbuhannya lebih dari 50 persen dibanding tahun sebelumnya.
Transaksi di kantor cabang pun tergerus. Transaksi melalui elektronik dan kantor cabang tidak proporsional, masing-masing sebesar 97 persen dan 3 persen.
"Tapi secara absolut, transaksi kurang lebihnya masih sama. Jadi (penutupan kantor cabang) tidak akan serta merta saat ini. Tapi kita tahu gradually akan terjadi (penutupan)," ungkapnya.
Hariantono menuturkan, transformasi di tiap lembaga memang tidak bisa disamakan. Bank-bank besar yang sudah beroperasi puluhan tahun memiliki cara yang berbeda dengan transformasi bank digital yang baru dibentuk.
Bank-bank besar memilih transformasi digital dengan caranya sendiri, yakni membuat unit baru yang serba digital.
Begitu pula caranya mengubah layanan konvensional menjadi layanan digital secara bertahap.
"Pendekatan untuk organisasi A belum tentu cocok untuk organisasi B. Saya rasa approach setiap bank bisa beda, tapi konteksnya (sama), kita harus mentransformasikan seluruh operasi konvensional," pungkas dia.
https://money.kompas.com/read/2021/03/24/132450026/pilih-transformasi-digital-bertahap-bni-transaksi-di-cabang-masih-tinggi