Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

[TREN BISNIS KOMPASIANA] Porang Primadona Dunia | Mengenang Kejayaan Bisnis Gula Indonesia | Strategi Bisnis Usai Pandemi

KOMPASIANA---Kini porang mulai dilirik oleh para petani untuk dibudidayakan. Porang itu sejenis tumbuhan berumbi, sama seperti suweg, ubi, dan tala.

Tumbuhan porang ini bahkan dulunya bisa tumbuh sembarangan alias liar, di mana saja. Akan tetapi, kini, pasar ekspor sudah mulai melirik tanaman porang.

Namun, yang kini mesti jadi perhatian dan diedukasi secara benar adalah petani mesti tahu cara tanam porang dan mengerti jenis porang yang laku di pasaran.

1. Porang Primadona Dunia, Bukan Halunisasi

Porang kini menjadi komoditas tanaman ekspor yang menjanjikan. Dalam dua tahun terakhir saja, tulis Kompasianer Tety Polmasari, tanaman porang mulai menjadi komoditas strategis yang berpotensi mendulang devisa.

Itu terlihat dari meningkatnya permintaan ekspor untuk bahan baku kosmetik lipstik, termasuk juga untuk kebutuhan dan kandungan gizinya.

Lantas, apa yang membuat tanaman porang ini menarik atau memiliki potensi yang cukup besar?

"Tanaman ini memiliki keunggulan mudah dibudidayakan, cocok dibudidayakan dalam sistem agroforestri, memiliki kandungan gizi yang baik untuk kesehatan, dan bernilai ekonomi tinggi," tulis Kompasianer Tety Polmasari.

Oleh karena itu porang bisa menjadi komoditas mahkota, komoditas masa depan Indonesia. (Baca selengkapnya)

2. Mengenang Kejayaan Bisnis Gula Indonesia, Bisakah Terulang?

Proses pembuatan gula pasir yang sangat simpel dan tentu saja prosedur operasi baku yang sudah tersedia dengan akurat.

Makanya, dengan menerapkan standar yang berlaku maka produksi gula pasir dapat dilakukan dengan menghasilkan produksi yang tinggi.

Teknologi pembuatan gula pasir sudah ada sejak masa kolonial ternyata berhasil menorehkan tinta emas untuk industri gula Indonesia yang hingga kini mungkin belum bisa dicapai lagi.

Saat itu, tulis Kompasianer Hendro Santoso, industri gula Indonesia (Hindia Belanda) telah berhasil mengantarkan sebagai salah satu negara pengekspor utama gula pasir terbesar di dunia setelah Kuba.

"Tantangannya saat ini sangat berat karena jumlah penduduk Indonesia semakin bertambah berlipat ganda, sehingga kebutuhan gula domestik per tahunnya terus meningkat menjadi 3,5 juta ton," lanjutnya. (Baca selengkapnya)

3. Menatap Strategi Bisnis Usai Pandemi

Kompasianer Andry Natawijaya membuat pertanyaan menarik terkait dunia bisnis yang terdampak ini: bagaimana dampak pandemi Covid-19 yang sudah berlangsung 1 tahun terhadap perilaku konsumen?

Berangkat dari pertanyaan itu, Kompasianer Andry Natawijaya menjelaskan para pelaku bisnis mesti kembali memikirkan dan mengambil ancang-ancang penerapan strategi usai pandemi.

Konsumen merespon kondisi pandemi dengan perubahan perilaku, saat seseorang mengisi waktu pasti ada barang atau jasa yang digunakan.

"Pendekatan pemasaran juga selayaknya bisa semakin spesifik, semakin bisa memahami kebutuhan konsumen lebih detil," lanjutnya.

Sehingga penawaran kepada konsumen bisa dibuat terkesan lebih personal, lebih mewakili selera konsumen itu sendiri. (Baca selengkapnya)

***

Bila ingin membaca konten-konten menarik lainnya seputar perkembangan dunia bisnis, silakan kunjungin subkategori Kompasiana: Ekonomi - Bisnis.

https://money.kompas.com/read/2021/04/01/111100126/-tren-bisnis-kompasiana-porang-primadona-dunia-mengenang-kejayaan-bisnis-gula

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke