Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Beberapa Sentimen Membayangi IHSG Pekan Depan, Apa Saja?

JAKARTA, KOMPAS.com – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan di Bursa Efek Indonesia sepekan ke depan diprediksi akan bergerak menguat.

Sebelumnya, IHSG ditutup mengat di akhir pekan lalu dengan kenaikan 0,43 persen di level 6.011,45.

Direktur PT Anugerah Mega Investama Hans Kwee mengatakan, beberapa sentimen akan mempengaruhi pergerakan IHSG dalam sepekan, salah satunya yield obligasi 10 tahun AS yang naik tipis.

Kenaikan tidak lepas dari data yang menunjukkan kenaikan lapangan kinerja perusahaan di AS periode Maret sebagai sinyal pemulihan ekonomi AS.

“Memang data indikator ekonomi kuat saat ini diperkirakan tidak akan mengubah arah kebijakan moneter tetapi cenderung mendorong Yield Obligasi AS jangka Panjang terus naik,” kata Hans, Minggu (4/4/2021).

Hans mengatakan, indeks S&P 500 melewati ambang 4.000 untuk pertama kalinya setelah Presiden AS Joe Biden memperkenalkan proposal infrastruktur pemerintah yang mencapai multi-triliun dollar.

Anggaran tersebut termasuk anggaran untuk jalan dan jembatan serta energi hijau dan peningkatan sistem air.

“Ini merupakan pengeluaran besar kedua dari pemerintah Biden setelah ditandatangainya UU bantuan dan stimulus senilai 1,9 triliun dollar AS pada 11 Maret,” kata Hans.

Joe Biden menyerukan penggunaan kekuatan pemerintah untuk membentuk kembali ekonomi Amerika Serikat yang merupakan terbesar di dunia dan mengimbangi keperkasaannya terhadap China.

Pasar saham diliputi sentimen bullish yang dipicu oleh rencana pengeluaran anggaran belanja Presiden AS Joe Biden sebesar 2 triliun dollar AS.

Anggaran ini mencakup belanja 50 miliar dollar AS untuk pembuatan chip dan penelitian teknologi lainnya.

Harga saham emiten terkait semikonduktor naik di tengah harapan pemulihan pendapatan dan keuntungan.

Dukungan ini membuat perusahaan berpotensi meningkatkan output untuk mengatasi kekurangan chip global.

Emiten terkait pembuat chips terdorong naik, menyusul laporan bahwa AS berencana untuk bertemu dengan perusahaan semikonduktor dan otomotif untuk membahas kekurangan mikroprosesor global.

Beberapa kalangan di Wall Street khawatir, pajak perusahaan yang lebih tinggi dapat menimbulkan ancaman bagi pemulihan pendapatan perusahaan dan harga saham.

Pasar keuangan masih mencerna kenaikan pajak yang termasuk dalam rencana tersebut dan berpotensi menciptakan tekanan potensial bagi saham.

“Pasar keuangan berpotensi rebound seiring dengan optimisme rencana paket infrastruktur Amerika Serikat. Tetapi pelaku pasar mencermati bagaimana dampak kenaikan pajak perusahaan,” ungkap Hans.

Di sisi lain, Eropa masih menghadapi gelombang Covid-19. Presiden Prancis Emmanuel Macron menetapkan penguncian nasional ketiga dan mengatakan sekolah akan ditutup selama tiga pekan.

Sejumlah negara Eropa kembali memberlakukan pembatasan wilayah ketat atau lockdown menyusul naiknya kasus, terutama dipicu oleh virus Covid-19 varian baru yang lebih menular.

Negara yang melakukan lockdown antara lain adalah Prancis, Italia, Ceko, Spanyol, Belgia, dan Belanda.

“Zona Eropa terlihat tertinggal jauh dari Amerika Serikat dalam program vaksinasi,” jelas dia.

Dari domestik, tahun 2021 cenderung berbentuk kurva V, menyusul membaiknya indikator perekonomian dan kemajuan penanganan pandemi Covid-19.

Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur Indonesia pada Maret 2021 mencatatkan rekor tertinggi dalam 10 tahun terakhir.

Tercatat nilai PMI pada periode tersebut sebesar 53,2 atau meningkat sebesar 2,3 poin dari Februari 2021 yang sebesar 50,9.

Berbagai lembaga internasional seperti Bank Dunia, OECD (Organisasi untuk Kerja Sama dan Pertumbuhan Ekonomi/Organization for Economic Cooperation and Development), ADB (Bank Pembangunan Asia/Asian Development Bank) dan IMF (Dana Moneter Internasional/ International Monetary Fund) memproyeksikan pertumbuhan Indonesia di level 4-4,8 persen, sejalan dengan target pemerintah 4,5-5,5 persen.

Sementara itu, Kementerian Keuangan RI menjual obligasi senilai Rp 4,75 triliun, jauh di bawah target Rp 30 triliun.

Jumlah tersebut merupakan yang terkecil yang pernah tercatat sejak 2016.

Kondisi pasar keuangan, baik global maupun domestik, masih tertekan, terutama karena dampak naiknya Yield Obligasi Pemerintah Amerika Serikat yang menyebar ke negara-negara lain.

“Tekanan terhadap rupiah juga mempengaruhi preferensi investor dalam membeli surat berharga,” jelas Hans.

Investor juga terus mencermati aksi BPJS Ketenagakerjaan yang mengurangi porsi saham dan reksadana yang dapat mengganggu kenaikan IHSG pekan ini.

Namun, IHSG awal pekan besok masih berpeluang menguat dengan support di level 5.892 sampai 5.700 dan resistance di level 6.066 sampai 6.170.

https://money.kompas.com/read/2021/04/04/130557826/beberapa-sentimen-membayangi-ihsg-pekan-depan-apa-saja

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke