Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Kisah Miliarder Mark Cuban, Disebut Gila Saat Merintis Bisnis Streaming

Pada pertengahan tahun 1990-an, Cuban didekati oleh temannya, Todd Wagner, untuk menggarap sebuah ide bisnis.

Sebagai sesama penggemar olahraga, Wagner mengatakan kepada Cuban, bahwa akan menguntungkan untuk memulai perusahaan audio internet di mana pengguna dapat mendengarkan permainan olahraga secara online.

Singkat cerita, Cuban setuju dengan harga jual proyek itu, dan pada 1995 duo ini menciptakan AudioNet, yang kemudian berubah nama menjadi Broadcast.com.

Pada saat merintis bisnis itu, internet adalah konsep yang sangat baru bagi kebanyakan orang, sehingga Cuban dan Wagner menghadapi banyak kritik yang tidak percaya bahwa perusahaan mereka akan berhasil.

"Saat saya memberi tahu orang-orang tentang visi saya, mereka akan berkata, 'Kamu gila. Saya hanya akan menyalakan TV saya. Saya akan nyalakan radio saja'," kata Cuban dikutip dari CNBC, Senin (5/4/2021).

Ia bilang, saat mengetahui idenya tentang Broadcast.com orang-orang akan menertawakannya. Meski demikian, Cuban mengaku tak masalah terhadap kritikan yang didapatkannya.

"Saya tahu ini (Broadcast.com) adalah pemenangnya. Saya tidak memiliki keraguan dalam pikiran saya," imbuhnya.

Ada hal yang meyakinkan miliarder yang kini memiliki harta 4,4 miliar dolar AS atau Rp 63,8 triliun (kurs Rp 14.500 per dollar AS) itu, untuk tetap menggarap bisnis Broadcast.com meski ditentang banyak pihak.

Cuban melihat ada peluang pasar untuk streaming berkembang, yang kala itu disebutnya dengan istilah penyiaran jaringan atau penyiaran internet.

Cuban meyakini kurva kinerja dan harga dari PC atau komputer pribadi dan broadband atau koneksi internet yang biasanya digunakan di rumah. Di mana pasar PC akan terus menguat serta harga disk drive dan bandwidth akan terus menurun.


Ia bilang, hal-hal tersebut menjadi pondasi fundamental untuk streaming, sehingga dia mempertahannya visinya untuk mengembangkan bisnis berbasis internet.

"Saya sangat yakin (saat itu) bahwa streaming akan mengambil alih semua televisi," ungkapnya.

Setelah perusahaan berdiri dan pemasaran dilakukan, kata Cuban, dirinya melihat permintaan yang meningkat dari masyarakat. Sebab ada kebutuhan, di mana mereka ingin mendengarkan pertandingan olahraga atau musik saat bekerja, tetapi tidak dapat menaruh radio di meja kerja mereka.

“Saya melihat dengan sangat cepat bahwa adopsi pengguna sangat besar,” kata Cuban.

Seiring berjalannya waktu, Broadcast.com pun menambahkan kemampuan untuk bisa menonton video dengan audio. Inovasi itu yang membuat pendapatan perusahaan semakin melonjak.

Kemudian pada tahun 1999, Broadcast.com diakuisisi oleh Yahoo senilai 5,7 miliar dollar AS dalam bentuk saham.

Pemilik klub basket NBA Dallas Mavericks itu mengatakan, pengalaman membangun Broadcast.com membuat dirinya menjadi lebih berpikiran terbuka dan memercayai keberaniannya untuk berinvestasi di perusahaan atau proyek yang mungkin dianggap 'gila' oleh orang lain.

Hal itu pula yang kini membuat Cuban berinvestasi di perusahaan yang fokus pada cryptocurrency dan blockchain.

"Berinvestasi di perusahaan-perusahaan itu di saat ini memiliki perasaan yang sama dengan masa-masa awal internet, memulai hal yang akan menjadi besar. Untuk bisa sukses, kamu harus benar-benar percaya pada produk kamu," kata Cuban.

https://money.kompas.com/read/2021/04/05/112224726/kisah-miliarder-mark-cuban-disebut-gila-saat-merintis-bisnis-streaming

Terkini Lainnya

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Whats New
KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

Whats New
Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke