JAKARTA, KOMPAS.com - Indonesia memiliki potensi ekonomi syariah yang sangat besar. Hal ini utamanya didukung oleh banyaknya jumlah penduduk Muslim di Tanah Air.
Namun demikian, Bank Indonesia (BI) menyadari adanya sejumlah tantangan yang perlu dihadapi untuk memaksimalkan potensi tersebut.
Deputi Gubernur BI Rosmaya Hadi mengatakan, salah satu tantangan yang dihadapi pengembangan ekonomi syariah masih belum memadainya pasokan dari industri halal dalam negeri.
Menurut dia, saat ini permintaan terhadap produk halal di Indonesia lebih tinggi ketimbang level produksi yang ada.
"Sehingga beberapa produk perlu dipenuhi dari luar negeri," kata Rosmaya dalam sebuah diskusi virtual, Rabu (21/4/2021).
Apabila tidak segera diatasi, hal tersebut akan menjadi ancaman tersendiri bagi neraca dagang Indonesia.
Lebih tingginya impor daripada kemampuan ekspor akan mengakibatkan defisit neraca dagang.
"Oleh karena itu akselerasi pengembangan ekonomi syariah di Indonesia sangat penting untuk mengoptimalkan laju perekonomian nasional," ujar Rosmaya.
Selain itu, Rosmaya juga menyoroti kecepatan perkembangan teknologi, yang saat ini telah menjadi kesatuan dalam berbagai sektor usaha.
Pesatnya perkembangan teknologi telah menciptakan disrupsi di berbagai sektor usaha, seperti sektor keuangan, yang terefleksikan dengan semakin maraknya financial technology atau fintech.
Rosmaya menilai, penggunaan teknologi menjadi sangat penting bagi para pelaku industri halal untuk menciptakan efisiensi rantai pasok hingga perluasan akses pasar.
"Untuk tantangan tersebut, kami memandang penggunaan teknologi membuka peluang bagi ekonomi syariah," tutur dia.
Perekonomian syariah Indonesia disebut sudah mengalami pertumbuhan yang positif beberapa tahun terakhir.
Ini tercermin dari ditempatkannya Indonesia di posisi ke-4 ekonomi syariah dunia.
https://money.kompas.com/read/2021/04/21/150610626/ini-tantangan-pengembangan-ekonomi-syariah-versi-bank-indonesia