Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Tips Mengatasi "Latte Factor", Pengeluaran Kecil yang Gerogoti Keuangan Kamu

Latte Factor merupakan istilah yang dipopulerkan oleh David Bach soal konsep pengeluaran. Pada dasarnya, Latte Factor ini ialah fenomena di mana seseorang rutin berbelanja hal-hal kecil dan menjadi besar tanpa disadari, sehingga kondisi keuangan seseorang menjadi berantakan.

Konsep yang diangkat oleh Bach dalam teorinya cukup sederhana. Kata “Latte” diartikan dari kebiasaan para milenial nongkrong dan ngopi di kafe setiap hari. Tanpa disadari, lama-lama menguras isi kantong.

Misalnya, seseorang nongkrong di kafe dengan membeli kopi seharga Rp 30.000 per harinya. Bila dilakukan selama 30 hari, maka biayanya menembus hingga Rp 900.000.

Tidak sebatas membeli kopi saja, ada banyak jenis Latte Factor lainnya, seperti biaya transfer antar bank, belanja berburu diskon, merokok, beli cemilan, dan lainnya.

Dampak Latte Factor bagi keuangan

Menurut Perencana Keuangan Finansialku, Yuki Diwinoto, CFP, Latte Factor biasanya sering di alami oleh Milenial dan Gen Z. Tentu saja hal ini akan membuat kamu berperilaku konsumtif dan boros.

Pengeluaran yang terus dilakukan, akan meningkat juga karena dipengaruhi inflasi.

“Misalnya, awal harga kopi Rp 20.000, dalam 5 tahun ke depan harga kopi bisa naik lebih dari 100 persen,” sebut Yuki.

Dampaknya memang tidak langsung terasa, namun akan mengganggu tujuan keuangan yang hendak dicapai dan akhirnya masa depan sulit diwujudkan.

Yuki menjelaskan, kebiasaan windows shopping juga bisa memicu Latte Factor yang tidak terkontrol. Bila dibiarkan, bisa berdampak pada penyakit compulsive buying disorder (CBD) atau gangguan belanja kompulsif.

“Ini merupakan hasrat tidak tertahankan untuk membeli barang secara berlebihan, yang berpengaruh negatif dalam keluarga dan keuangan,” jelasnya.

Cara mengatasi Latte Factor

Setelah mengetahui dampaknya, kamu perlu mengubah kebiasaan ini menjadi yang lebih baik lagi.

Berikut cara mengatasinya:

1. Pahami tujuan mengeluarkan uang

Latte Factor memang identik untuk memuaskan diri sesaat, yaitu dengan cara mengeluarkan uang demi mendapatkan kebahagiaan dari kopi, misalnya.

Namun, kini kamu harus memahami apa yang akan dibeli benar-benar menambah value diri atau tidak.

“Setiap pengeluaran harus dipikirkan dengan bijak hingga pada pengeluaran terkecil dari uang yang dimiliki,” ungkap Yuki.

Sehingga sebelum berbelanja, kamu perlu pahami tujuannya terlebih dahulu, apakah ini keinginan atau kebutuhan?

2. Mulai biasakan menabung

Cara yang kedua, saran Yuki ialah mulai membiasakan diri untuk menabung dan hidup hemat.

“Sadar dengan inflasi, nilai uang saat ini tidak sama dengan nilai uang yang akan datang,” katanya.

Dengan menabung juga bisa menekan kamu agar tidak mudah jajan sembarangan dan tujuan keuangan di masa depan semakin cepat terpenuhi.

3. Manfaatkan aplikasi yang ada

Dengan kemajuan teknologi, kamu juga bisa manfaatkan beberapa aplikasi. Misalnya, aplikasi pembayaran yang bebas biaya admin saat transfer. Selain mudah, kamu juga bisa menekan Latte Factor biaya admin yang tidak terasa ini.

Untuk memudahkan mencatat pemasukkan dan pengeluaran bulanan, kamu juga bisa gunakan aplikasi Finansialku yang bisa diunduh di Google Play Store atau Apps Store.

4. Mulai hidup sehat

Cara lainnya ialah kamu bisa menggantikan kebiasaan Latte Factor dengan pola hidup sehat. Tentu hidup sehat tidak selalu mahal, kamu bisa manfaatkan pola hidup sehat sederhana yang ada di rumah.

Bisa dengan membawa bekal makanan dan minuman sendiri ke tempat kerja, sekolah, bahkan ke tempat nongkrong.

Apalagi bila kamu Latte Factornya gemar merokok. “Sadar hidup sehat dan berolahraga terutama bagi para perokok,” ucap Yuki.

Olahraga baik bagi perokok untuk mengurangi kebiasaan merokok. Jika dirasa sulit, Yuki juga menyarankan untuk menjalani terapi.

Yuki berkata, kamu bisa belajar tentang mengatur keuangan dan belajar mengadopsi gaya belanja yang sehat. Daripada menghabiskan waktu untuk nongkrong, kamu bisa alokasikan waktu mempelajari softskills baru, banyak membaca buku, dll.

5. Belajar bersyukur

Yuki menyebutkan, bersyukur dan selalu mendekatkan diri kepada Tuhan bisa menjadi salah satu cara yang efektif untuk mengatasi Latte Factor.

“Perbanyak sedekah, dan menolong orang-orang sekitar yang membutuhkan,” katanya.

Dengan melakukan hal ini, kamu akan lebih paham makna dalam memiliki keuangan dan pemborosan yang berlebihan adalah hal yang tidak baik.

6. Minta bBntuan orang lain

Kita adalah makhluk sosial yang saling bergantung. Bila ingin mulai berubah yang lebih baik, memang dibutuhkan stimulus dari orang lain untuk bantu mengingatkan kita.

Menurut Yuki, ajak keluarga, pasangan, atau teman dekat untuk membantu mengontrol dan mengambil alih kendali atas pengeluaran dana.

Bila sudah mengalami kecanduan belanja, Yuki menyarankan jalani konseling, “Jalani konseling dan terapi psikologis agar belajar mengontrol dorongan dan mengenali pemicu kecanduan belanja,” tutupnya. (Retna Gemilang)

Artikel ini merupakan kerja sama dengan Finansialku.com. Isi artikel di luar tanggung jawab Kompas.com

https://money.kompas.com/read/2021/05/24/081000526/tips-mengatasi-latte-factor-pengeluaran-kecil-yang-gerogoti-keuangan-kamu

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke