Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Sri Mulyani Sebut Masih Ada Potensi Kenaikan Covid-19 Saat Liburan, Beban Ekonomi Makin Berat

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan, ancaman peningkatan kasus Covid-19 di Indonesia belum selesai.

Setelah melalui masa libur Lebaran beberapa waktu lalu, sebentar lagi muncul momen libur anak sekolah yang berpotensi memicu kenaikan kasus Covid-19.

"Kita sudah selesai Idul Fitri, dampaknya baru terasa sekarang. Sebentar lagi masuk liburan anak-anak sekolah. Ini juga akan menimbulkan another dynamic," kata Sri Mulyani dalam Rapat Banggar, Senin (31/5/2021).

Bendahara negara ini mengungkapkan, masa libur Lebaran saja sudah memicu kenaikan kasus Covid-19 dalam 4 hari terakhir.

Tercatat hingga 28 Mei 2021, total kasus Covid-19 di RI mencapai 1,8 juta.

Tingkat kesembuhan mencapai 94 persen, tingkat meninggal 2,8 persen, dan kasus aktif saat ini 98.704 kasus.

Jumlah keterisian tempat tidur di Wisma Atlet Kemayoran pun sudah melonjak dari 15 persen.

Saat ini, rasionya mendekati 30 persen, melonjak 2 kali lipat dalam 4 hari terakhir.

"Ini adalah dinamika yang terus-menerus harus kita lihat dan waspadai karena selalu terjadi korelasi negatif. Begitu  Covid-19 naik, maka mobilitas langsung menurun, itu dampaknya kepada konsumsi," beber Sri Mulyani.

Ancaman makin diperparah ketika masyarakat lebih longgar dalam menerapkan protokol kesehatan, seperti memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan.

Apalagi, kecepatan vaksinasi yang ditargetkan pemerintah belum mencapai titik yang diinginkan.

Akibatnya, konsumsi masyarakat bisa kembali anjlok dan beban APBN sebagai instrumen utama yang menjalankan countercyclical jadi lebih berat.

"Kecepatan dari vaksinasi kita belum secepat yang kita bayangkan, yaitu target 1 juta (dosis) per hari, saat ini masih di bawah tingkat tersebut. Untuk bisa mendorong konsumsi tumbuh di atas 5 persen tanpa menimbulkan kenaikan Covid-29 adalah tantangan," sebut Sri Mulyani.

Dari sisi global, masih adanya ketidakpastian akibat munculnya varian baru Covid-19, maupun kenaikan jumlah kasus di negara lain termasuk Malaysia, Thailand, dan Vietnam.

Risiko lainnya adalah akses dan kecepatan vaksinasi yang tidak merata di seluruh dunia, kecenderungan proteksionisme, dan pertumbuhan dari berbagai negara di kuartal I 2021 masih negatif.

"Ini menggambarkan pemulihan ekonomi tidak secepat yang dibayangkan. Hal lain yang perlu Kita waspadai adalah dari sisi inflasi yang terjadi di Amerika Serikat yang mencapai 4,2 persen di bulan April. Ini menimbulkan dinamika kemungkinan terjadinya pengetatan kebijakan moneter dengan dampak seperti tapper tantrum tahun 2013," pungkas Sri Mulyani.

https://money.kompas.com/read/2021/05/31/154452226/sri-mulyani-sebut-masih-ada-potensi-kenaikan-covid-19-saat-liburan-beban

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke