Direktur Utama Asabri Wahyu Suparyono mengatakan, strategi pertama ialah penataan ulang struktur organisasi dan kebijakan investasi perseroan.
Ia membeberkan, pada periode kepemimpinan sebelumnya terdapat praktik pengelolaan perusahaan yang buruk, seperti adanya penunjukan staf ahli yang dilakukan secara sepihak oleh direktur utama tanpa persetujuan direksi lainnya.
"Internal control instalationnya jadi kolektif kolegial, ini penting sekali di industri keuangan," katanya dalam gelaran Rapat Dengar Pendapat Komisi VI DPR RI, Rabu (9/6/2021).
Kemudian, Asabri juga akan mengoptimalisasi sinergi dengan klaster asuransi BUMN, guna meningkatkan pendapatan sekaligus terus mendongkrak efisiensi perusahaan.
Strategi ketiga, Asabri akan melakukan pemulihan aset yang tidak produktif akibat kesalahan penempatan investasi oleh manajemen Asabri sebelumnya.
"Khususnya yang disalahgunakan, sehingga nempel di saudara HH dan BT, yang saat ini berproses di pengadilan," ujar Wahyu.
Lalu, Asabri juga meminta dukungan kepada pemerintah, dalam hal ini Kementerian Keuangan (Kemenkeu), terkait penyesuaian bunga aktuaria, guna mengatasi permasalahan indikator solvabilitas yang berada di level negatif.
"Dampak penyesuaian bunga aktuaria terus bergerak. Penyesuaian bunga aktuaria yang telah efektif di April naik jadi 7,48 persen dari 6,9 persen," tuturnya.
Terakhir, Asabri meminta kepada Kemenkeu untuk membayarkan dana unfunded past service liability (UPSL) atau kewajiban masa lalu untuk program tabungan hari tua yang belum terpenuhi, dengan nilai mencapai Rp 6,4 triliun.
"Saat ini Kemenkeu masih dalam proses kajian, mudah-mudahan kajiannya tidak lama," ucapnya.
Sebagai informasi, sampai dengan April 2021 posisi indikator solvabilitas Asabri berada di posisi negatif Rp 11,97 triliun, perusahaan pengelola dana pensiun TNI-Polri itu memerlukan dana sekitar RP 13,75 triliun untuk memenuhi ketentuan risk based capital (RBC) Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
https://money.kompas.com/read/2021/06/10/051200226/ini-strategi-asabri-perbaiki-kinerja-keuangan-akibat-kerugian-investasi