Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Benarkah Saham Coca-cola Anjlok Karena Ulah Ronaldo?

MELODRAMA selalu menyertai sepakbola. Arti dari melodrama sendiri seperti dijelaskan oleh Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah pergelaran, seperti sandiwara atau film, dengan lakon yang sangat sentimental, mendebarkan, dan mengharukan, yang lebih mengutamakan ketegangan daripada kebenaran.

Melodrama paling anyar terjadi pada pagelaran agung Euro 2020.

Dua melodrama terjadi dan saling berurutan. Pertama, ketika konferensi pers jelang pertandingan Portugal kontra Hongaria, Senin 14/6/2021. Ronaldo menyingkirkan dua botol Coca-Cola yang berada tepat di depan tempat duduknya.

Kedua, kali ini lakonnya Paul Pogba. Setelah Perancis berhasil menekuk Jerman dengan skor 1-0 dan Pogba melakukan konferensi pers, ia memindahkan botol Heineken.

Melodrama lebih mengutamakan ketegangan dan emosi ketimbang kebenaran. Itulah yang terjadi setelah Ronaldo menyingkirkan dua botol Coca-Cola.

Langsung media massa mewartakan penuh gempita dengan isi berita yang jika disimpulkan seperti ini, ”Setelah Ronaldo menyingkirkan Coca-Cola, harga saham Coca-Cola langsung terjun dari 56,10 dollar AS menjadi 55,22 dollar AS. Saham Coca-Cola senilai 242 miliar dollar AS turun menjadi 238 dollar AS. Coca-Cola rugi Rp 57 triliun!”

Betapa saktinya Ronaldo. Aksi tak lebih dari dua belas detik itu langsung menghempaskan saham Coca-Cola.

Bagaimana dengan aksi Pogba yang memindahkan Heineken?

Berbanding terbalik. Setelah Pogba memindahkan Heineken, sahamnya justru naik 1,02% menjadi 99,18 euro per saham.

Bukan melodrama kalau tidak menegangkan dan mengaduk-aduk emosi. Makanya rontoknya saham Coca-Cola setelah Ronaldo menyingkirkan lebih menarik diwartakan ketimbang naiknya saham Heineken sesudah Pogba memindahkan botolnya.

Bisnis minuman soda

Coca-cola bersama saudaranya, Sprite dan Fanta, ikut membentuk peradaban dunia. Resmi berdiri sejak tahun 1892 di Atlanta Amerika Serikat, segala hal yang terhubung dengan Coca-Cola memberi warna pada berbagai aspek kehidupan, khususnya bisnis dan gaya hidup.

Lebih seratus tahun, valuasi Coca-Cola selalu masuk papan atas perusahaan dunia. Posisi sebagai perusahaan dengan valuasi terbesar sedunia bergantian dengan perusahaan minyak.

Baru pada era digital ini valuasi Coca-Cola tergeser oleh perusahaan-perusahaan berbasis teknologi.

Untuk urusan merek, Coca-Cola sangat digdaya. Selama puluhan tahun Coca-Cola selalu menjadi nomer satu kategori best global brand. Baru tahun 2013 posisi Coca-Cola digeser oleh Apple.

Selanjutnya sejak 2013 best global brand dipegang oleh perusahaan berbasis teknologi, seperti Apple, Google, Amazon dan Microsoft. Merek Coca-Cola berada dibelakang mereka.

Pencapaian luar biasa ini menjadikan Coca-Cola selalu dijadikan bahan ajar sekolah-sekolah bisnis di seluruh dunia. Kajian ilmiah tentang Coca-Cola tumpah-ruah, mirip dengan produknya yang tumpah-ruah ada di ujung nun jauh Afrika Selatan hingga perbatasan Antartika di Chile.

Gaya hidup global alhasil tidak lengkap apabila tidak ada Coca-Cola. Bahkan Coca-Cola dengan kecerdasan strategi pemasaran dan periklannnya banyak membentuk gaya hidup popular.

Pepatah bijak berucap, setiap zaman ada orangnya, setiap orang ada zamannya. Pun dengan Coca-Cola. Dengan saudara sekandung (Sprite dan Fanta) Coca-Cola memiliki zaman sendiri.

Kampanye masif hidup sehat bergulir sangat kencang. Salah satu bentuk kampanye itu menyingkirkan minuman bersoda, karena soda merupakan musuh dari hidup sehat.

Menyiasati hal ini, produk-produk yang dimiliki Coca-Cola dan selama ini hanya sekadar pelengkap mulai dikampanyekan dengan masif.

Manajemen Coca-Cola membagi produknya menjadi empat rumpun: minuman ringan, jus dan susu, teh dan kopi, air kemasan dan minuman olah raga.

Antisipasi manajemen Coca-Cola memang jitu. Minuman ringan (Coca-Cola, Fanta, Sprite) benar mulai ditinggalkan konsumennya. Dari rumpun lain justru terjadi kenaikan penjualan yang signifikan.

Pada 2019, minuman ringan yang masih tinggi penjualannya hanya di kawasan Asia Pasifik. Sementara di jazirah Eropa, Timur Tengah, Afrika, dan Amerika, minuman ringan sudah kalah oleh produk jus, teh, kopi, air kemasan dan minuman olah raga.

Pangsa pasar Asia Pasifik sendiri hanya menyumbang dua puluh empat persen dari total penjualan seluruh produk Coca-Cola company (Lihat di sini).

Kembali kepada melodrama Ronaldo menyingkirkan Coca-Cola dan kemudian Coca-Cola rugi Rp 57 triliun. Sesungguhnya hanya menarik untuk diwartakan. Kebenarannya, ya tidak juga.

Tanpa disingkirkan Ronaldo, produk Coca-Cola memang mengalami penurunan. Coca-Cola company sedang bertransformasi, fokus pada produk-produk minuman sehat.

Seumpama di depan Ronaldo tersaji minuman air kemasan Ades, pasti akan ditenggak oleh Ronaldo. Ades adalah merek air minuman kemasan milik Coca-Cola.

Bisnis minuman bir

Publik jarang tahu bahwa setelah Pogba memindahkan Heineken, sahamnya justru naik 1,02% menjadi 99,18 euro per saham.

Apakah Heineken sakti sehingga ketika disingkirkan oleh Pogba justru nilai sahamnya naik? Ya tidak juga.

Umur Heineken lebih tua dibanding Coca-Cola. Didirikan pada tahun 1864 di Amsterdam Belanda. Heineken International (nama perusahaannya) beroperasi di tujuh puluh negara dengan seratus enam puluh lima pabrik.

Di Indonesia, Heineken International lebih dikenal dengan nama Multi Bintang dengan produknya yang tersohor, Bir Bintang. Cikal bakal Heineken di Indonesia terbentang panjang. Mula pertama berdiri tahun 1921 di Medan.

Penjualan global Heineken tahun 2020 tercatat angka 26,8 miliar dollar AS. Menjadikan Heineken sebagai produsen minuman bir global terbesar kedua dibawah Anheuser-Busch InBev yang mampu membukukan penjualan 52,3 miliar dollar AS. (Lihat di sini) 

Berbeda dengan penjualan minuman soda yang terus turun, penjualan bir justru naik berkelanjutan. Tahun 2021 diperkirakan penjualan bir secara global menyentuh angka 109 miliar dollar AS.

Setiap tahun mengalami pertumbuhan empat belas persen. Alhasil pada tahun 2026 penjualan bir berada pada angka 187 miliar dollar AS. Sebuah nilai penjualan nan fantastis. (Lihat di sini).

Kembali kepada melodrama, mengapa ketika Pogba memindahkan Heineken, nilai sahamnya justru naik?

Ya karena penjualan bir memang meningkat. Itu saja penjelasannya.

Pada satu titik dapat terjadi, pada gelaran Euro 2020 bertanding Portugal melawan Perancis. Saat konferensi pers, Portugal diwakili oleh Ronaldo dan Pogba mewakili Perancis.

Di depan Ronaldo, tersua produk Heineken. Sementara di depan Pogba ada dua botol Coca-Cola. Oleh Ronaldo, Heineken disingkirkan.

Akankah nilai saham Heineken anjlok? Mengikuti Ronaldo, Pogba menyingkirkan Coca-Cola. Apakah nilai saham Coca-Cola naik?

https://money.kompas.com/read/2021/06/20/070000926/benarkah-saham-coca-cola-anjlok-karena-ulah-ronaldo-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke