Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

[KURASI KOMPASIANA] Jadi Pribadi yang Berbeda di Media Sosial

KOMPASIANA---Media sosial barangkali jadi tempat yang tepat untuk bisa tetap eksis: bisa secara tampilan maupun pemikiran.

Media sosial memang dapat dimanfaatnya yang memudahkan orang-orang untuk saling berinteraksi dari jarak jauh.

Namun, apakah penting bagi kita untuk memahami bahwa kehidupan di media sosial tidaklah sama dengan apa yang terjadi dalam realita?

Pada akhirnya bersikap jujur maupun menjadi pribadi yang berbeda di media sosial menjadi pilihan bagi penggunanya.

1. Saya di Media Sosial adalah Saya di Dunia Nyata, tapi...

Berdasarkan unggahan di media sosial milik Kompasianer Agustina Purwantini sendiri, pernah pada satu kesempatan temannya berkata kalau hidupnya hanya jalan-jalan dan jajan saja.

Kompasianer Agustina Purwantini sama sekali tidak menyangka kalau unggahan-unggahan tersebut dianggap unggahan organik semua.

Padahal, dari banyaknya unggahan tentang tempat makan keren, destinasi wisata, bangunan heritage, dan info produk merupakan sebuah promosi belaka.

"Ada pula unggahan saya di tempat wisata yang beneran jauh dari rumah. Misalnya pas diundang Balekuda untuk menjajal kemampuan naik kuda di sepanjang tepi sungai, bahkan nyemplung di sungainya," tulisnya. (Baca selengkapnya)

2. Membiarkan Orang Lain Mempunyai "Dunianya" Sendiri

Banyak di antara kita cenderung menilai orang lain daripada dirinya sendiri, apalagi di media sosial misalnya.

Ketika kita melihat orang yang kita hargai di kehidupan nyata, tiba-tiba terlihat berbeda di dunia maya.

Padahal, menurut Kompasianer Deddy Husein, semestinya kita ingat bahwa masing-masing pasti punya "zona teritorial" tersendiri, masing-masing pasti punya rumah sendiri.

"Memang media sosial adalah bagian dari keterbukaan, tetapi media sosial terkadang bisa menjadi rumah bagi penggunanya," tulis Kompasianer Deddy Husein.

Artinya, lanjutnya rumah bisa menjadi tempat bepersona maupun menjadi tempat berekspresi apa adanya. (Baca selengkapnya)

3. "Curving", Cara Menghilang yang Lebih Elegan daripada "Ghosting"

Curving itu jadi salah satu cara menghilang dari objek sasarannya dengan perantara dunia maya. Tapi, apakah cara ini lebih elegan bila dibandingkan dengan ghosting?

Hal tersebut, menurut Kompasianer Desy Indah, merupakan laku para penghuni dunia maya yang bisa dikatakan cukup ngetren, datang dan pergi sesuka hatinya.

Tindak curving ini terjadi ketika seseorang terkadang tetap menanggapi pesan teks (chatting) yang dikirimkan oleh seseorang, namun tidak benar-benar memiliki komitmen.

"Pola pemikiran curver akan mencoba menyelamatkan perasaan objek sasarannya dengan cara tetap memberikan rasa "kecewa" namun secara lembut," tulis Kompasianer Desy Indah. (Baca selengkapnya)

https://money.kompas.com/read/2021/06/21/050500826/kurasi-kompasiana-jadi-pribadi-yang-berbeda-di-media-sosial

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke