Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Garuda Indonesia, Persoalan Visi, Mental, dan Moral Bangsa

Benar sekali di tengah pandemi maka seluruh maskapai penerbangan di seantero dunia mengalami kesulitan dan bahkan menuju ke kebangkrutan. Akan tetapi masalahnya sudah sangat terbuka bahwa pada era sebelum pandemi pun, Sang Garuda telah dan sedang mengalami masalah keuangan serius yang ditandai dengan banyak hal antara lain gonta ganti jajaran manajemen dalam waktu yang relatif singkat.

Jadi pandemi hanya sekadar mengangkat masalah Garuda ke tingkat yang lebih tinggi lagi.

Mungkin sesekali perlu juga kita melihat masalah ini dengan sedikit relaks agar dapat memperoleh gambaran yang jernih dari itu semua.

Di tahun 1950 an bangsa Indonesia dibawah kepemimpinan Bung Karno telah melihat bahwa salah satu cara untuk dapat dengan mudah dan cepat memperoleh dana segar bagi dukungan administrasi pemerintahan adalah melalui “penerbangan”.

Itu sebabnya antara lain dengan menggalang dana di antaranya dari para saudagar Aceh pemerintah dikala itu mengumpulkan uang untuk membeli pesawat terbang. Waktu itu tidak ada rute penerbangan di Indonesia yang dapat diandalkan untuk memperoleh keuntungan, maka dibentuklah Indonesian Airways sebagai maskapai penerbangan yang mencari “rute basah” di luar negeri dengan home base di Rangoon, Burma.

Indonesian Airways bukan Garuda, karena Garuda adalah meneruskan maskapai KLM sebagai implementasi salah satu hasil perundingan KMB. Maka berangkatlah pesawat Dakota Indonesian Airways menggalang dana perjuangan dengan melakukan misi operasi penerbangan sipil komersial di Burma.

Pemerintah Burma pun sangat menyadari bahwa memang penerbangan itu menghasilkan pemasukan yang mudah dan cepat sehingga mereka tetap memungut pajak kepada Indonesian Airways.

Intinya adalah kita di tahun 1950-an telah memiliki visi Dirgantara dengan memanfaatkan dunia penerbangan sebagai salah satu sumber pemasukan dana bagi pemerintah. Tidak punya pesawat, patungan untuk membelinya dan tidak punya rute basah, mencari di luar negeri untuk memperolehnya.

Di tahun 1950-an itu pula Indonesia yang berwujud negara kepulauan belum memiliki Dewan Kelautan, akan tetapi sudah memiliki Dewan Penerbangan. Ini menjelaskan kepada kita semua bahwa pada awal kemerdekaan kita memiliki visi kedirgantaraan walau dunia penerbangan masih sangat sederhana, dan sekaligus pemerintah sudah melihat pentingnya institusi pemerintahan dalam mengurus soal soal penerbangan.

Sekarang ini setelah lebih dari 70 tahun kemudian, kita telah memiliki Maskapai Garuda yang sangat mentereng dengan ratusan pesawat dan jajaran pilot dan pramugari yang keren dan cantik cantik.

Kita juga telah memiliki rute penerbangan di dalam negeri yang sangat menjanjikan plus rute penerbangan haji dan umrah sebagai rute yang “pasti untung”. Namun yang terjadi adalah maskapai penerbangan Merpati Nusantara Airlines (MNA) pelaku pada penerbangan perintis sebagai rute penerbangan pemersatu bangsa sudah terkubur entah kemana.

Garuda Indonesia kini tengah mengalami kesulitan besar yang terlihat sebagai sedang OTW mengikuti MNA. Industri penerbangan di Indonesia sangat menjanjikan, sayang nya keuntungan yang diperoleh selama ini sebagian besar dinikmati oleh para penjual dan penyewa pesawat di luar negeri.

Demikian pula peluang lainnya seperti counter trade ratusan pesawat, jasa pemeliharaan pesawat, asuransi dan banyak lainnya yang mengalir ke luar negeri. Kita memang cukup berbahagia memiliki ratusan pesawat dan puluhan maskapai walau semuanya dalam keadaan sulit keuangan.

Di sisi lainnya tidak terdapat satu pun institusi dalam jajaran pemerintahan yang khusus menangani masalah masalah penerbangan.

Gambaran tersebut memperlihatkan secara jelas betapa beda visi bangsa di awal kemerdekaannya dengan masa sekarang ini. Melihat dunia penerbangan walau masih sangat primitif ditahun 1950-an sudah terjun dalam dunia penerbangan sipil komersial yang memang pada kenyataannya sangat mudah dan cepat untuk memperoleh keuntungan bagi pemasukan kas negara.

Sudah pula memiliki institusi bernama Dewan Penerbangan karena melihat dunia kedirgantaraan adalah dunia masa depan yang sangat menjanjikan.

Ke semua itu adalah persoalan visi bangsa yang sangat berkait dengan mental dan moral kepribadian. Kita memerlukan gerakan satu Visi dan satu Aksi agar mampu merubah dunia. Nelson Mandela mengatakan satukan Visi dengan Aksi maka anda akan sanggup “Chenge the World”.

Terlalu banyak orang yang mengurus Garuda akan tetapi terlalu sedikit orang memahami dunia penerbangan yang sangat “teknis” sifatnya. Demikian pula terlalu banyak orang bergelar MBM “Master of Business Mis-administration”.

Kita memiliki banyak sekali potensi untuk menjadi negara maju akan tetapi karena Leadership dan Manajemen yang luput dikelola dengan baik, kesemuanya menjadi sulit.

Ayahnya pemain bola Perancis terkenal asal Kamerun Mbappe, mengatakan Corruption kill the dream of a nation.

https://money.kompas.com/read/2021/06/21/143500726/garuda-indonesia-persoalan-visi-mental-dan-moral-bangsa

Terkini Lainnya

Sempat Ditutup Sementara, Bandara Minangkabau Sudah Kembali Beroperasi

Sempat Ditutup Sementara, Bandara Minangkabau Sudah Kembali Beroperasi

Whats New
Sudah Salurkan Rp 75 Triliun, BI: Orang Siap-siap Mudik, Sudah Bawa Uang Baru

Sudah Salurkan Rp 75 Triliun, BI: Orang Siap-siap Mudik, Sudah Bawa Uang Baru

Whats New
Harga Naik Selama Ramadhan 2024, Begini Cara Ritel Mendapat Keuntungan

Harga Naik Selama Ramadhan 2024, Begini Cara Ritel Mendapat Keuntungan

Whats New
Mentan Amran Serahkan Rp 54 Triliun untuk Pupuk Bersubsidi, Jadi Catatan Sejarah bagi Indonesia

Mentan Amran Serahkan Rp 54 Triliun untuk Pupuk Bersubsidi, Jadi Catatan Sejarah bagi Indonesia

Whats New
Kasus Korupsi PT Timah: Lahan Dikuasai BUMN, tapi Ditambang Swasta Secara Ilegal

Kasus Korupsi PT Timah: Lahan Dikuasai BUMN, tapi Ditambang Swasta Secara Ilegal

Whats New
4 Tips Mengelola THR agar Tak Numpang Lewat

4 Tips Mengelola THR agar Tak Numpang Lewat

Spend Smart
Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis, Stafsus Erick Thohir: Kasus yang Sudah Sangat Lama...

Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis, Stafsus Erick Thohir: Kasus yang Sudah Sangat Lama...

Whats New
Menkeu: Per 15 Maret, Kinerja Kepabeanan dan Cukai Capai Rp 56,5 Triliun

Menkeu: Per 15 Maret, Kinerja Kepabeanan dan Cukai Capai Rp 56,5 Triliun

Whats New
Siap-siap, IFSH Tebar Dividen Tunai Rp 63,378 Miliar

Siap-siap, IFSH Tebar Dividen Tunai Rp 63,378 Miliar

Whats New
Harga Tiket Kereta Bandara dari Manggarai dan BNI City 2024

Harga Tiket Kereta Bandara dari Manggarai dan BNI City 2024

Spend Smart
Penukaran Uang, BI Pastikan Masyarakat Terima Uang Baru dan Layak Edar

Penukaran Uang, BI Pastikan Masyarakat Terima Uang Baru dan Layak Edar

Whats New
Cara Cek Tarif Tol secara Online Lewat Google Maps

Cara Cek Tarif Tol secara Online Lewat Google Maps

Work Smart
PT SMI Sebut Ada 6 Investor Akan Masuk ke IKN, Bakal Bangun Perumahan

PT SMI Sebut Ada 6 Investor Akan Masuk ke IKN, Bakal Bangun Perumahan

Whats New
Long Weekend, KAI Tambah 49 Perjalanan Kereta Api pada 28-31 Maret

Long Weekend, KAI Tambah 49 Perjalanan Kereta Api pada 28-31 Maret

Whats New
Ini Sejumlah Faktor di Indonesia yang Mendorong CCS Jadi Peluang Bisnis Baru Masa Depan

Ini Sejumlah Faktor di Indonesia yang Mendorong CCS Jadi Peluang Bisnis Baru Masa Depan

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke