Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Atasi Kesenjangan Pendidikan dengan Dunia Kerja, Polteknaker Diminta Lakukan “Link and Match”

KOMPAS.com – Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) Ketenagakerjaan, Kementerian Ketenagakerjaan (Kemenaker) Helmiati Basri mengatakan, diperlukan link and match antara dunia pendidikan dengan kebutuhan dunia kerja, usaha serta industri.

Sebab, langkah tersebut sangat penting agar lulusan lembaga pendidikan dapat terserap dengan baik di dunia kerja.

Oleh karenanya, ia meminta Politeknik Ketenagakerjaan (Polteknaker) terus melakukan upaya agar ada link and match dengan kebutuhan dunia usaha dan industri.

“Selain itu, Polteknaker harus melakukan upaya-upaya untuk mengatasi masalah under qualification yakni, lulusan perguruan tinggi yang masih berada di bawah standar kompetensi,” ujarnya, dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Jumat (25/6/2021).

Pernyataan tersebut ia sampaikan saat membuka rapat koordinasi (rakoor) Polteknaker dengan tema “Jejaring Ketenagakerjaan Industri 2021” di Gammara Hotel Makassar, Senin (21/6/2021).

Selain Makassar, kegiatan itu juga berlangsung di Surabaya dan Semarang. Adapun persoalan yang dibahas adalah tentang penyebab kesenjangan dunia pendidikan dengan dunia kerja, usaha serta industri.

Menurut Helmiati, institusi pendidikan tinggi harus mendukung program penyiapan kualitas SDM yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat, dunia kerja, usaha maupun industri.

Dalam kesiapannya, kata dia, harus diproyeksikan sesuai kebutuhan dan kualifikasi, serta jumlah posisi pekerjaan pada dunia industri.

“Saat ini terdapat begitu banyak pengangguran akibat dari peningkatan jumlah lulusan perguruan tinggi yang tidak sesuai dengan permintaan pasar. Ketidaksesuaian ini bisa saja terjadi karena rendahnya lulusan yang kompeten,” ujarnya.

Tanggung jawab pendidikan tinggi vokasi

Pada kesempatan yang sama, Plt. Direktur Politeknik Ketenagakerjaan Elviandi Rusdi mengatakan, pendidikan tinggi vokasi memiliki tanggung jawab untuk menghasilkan lulusan berkualitas dan keterampilan profesional, baik hard skill maupun soft skill.

“Untuk itu, Polteknaker sebagai pelaksana pendidikan vokasional harus mampu memberi kontribusi melalui lulusan yang berkompeten, kritis dan solutif,” imbuhnya.

Dengan ketiga hal tersebut, Elviandi meyakini, para lulusan mampu menghadapi tantangan maupun peluang, sehingga bisa membawa Indonesia menjadi bangsa yang maju.

Ia berharap, Polteknaker dapat meningkatkan jejaring kerja sama dengan industri yang relevan melalui tiga program studinya (prodi).

Perlu diketahui, Polteknaker mempunyai tiga prodi yaitu, Diploma Empat (D4) Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3), D4 Relasi Industri dan D3 Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM).

“Membangun jejaring antara perguruan tinggi dan dunia industri dibutuhkan untuk mendapatkan SDM yang dihasilkan agar relevan dengan kebutuhan industri,” ucap Elviandi.

Selain itu, setiap program studi harus mempresentasikan kurikulum masing-masing di depan praktisi industri. Tujuannya agar setiap kurikulum prodi mendapatkan saran dan masukan langsung.

Elviandi menilai, jejaring tersebut sangat penting untuk terus dibangun agar kurikulum Polteknaker selalu up to date dengan perkembangan dunia Industri.

Terkait rakor, Elviandi menjelaskan, tujuan pelaksanaan kegiatan itu untuk membangun sinergitas atau jejaring kemitraan antara Polteknaker dengan dunia industri, usaha, dan dunia kerja.

“Untuk itu, Polteknaker mengundang berbagai praktisi industri dan pimpinan perusahaan.
Dengan menghadirkan pimpinan berbagai perusahaan di kota-kota besar, kami berharap akan terjadi keselarasan dan sinergisitas dunia pendidikan dan industri,” imbuh Elviandi.

Polteknaker dituntut mengikuti kebutuhan pasar

Sebagai salah satu pemegang peranan penting dalam penyiapan tenaga kerja, Polteknaker dituntut untuk selalu dapat mengikuti kebutuhan pasar yang terus berkembang.

Pasalnya, perguruan tinggi di Indonesia belum membentuk lulusan yang mempunyai dua keterampilan, yaitu hard skill dan soft skill. Akibatnya, lulusan ini akan sulit bersaing di dunia kerja dan industri.

Maka dari itu, dalam menyiapkan tenaga kerja yang berkompeten sesuai harapan dunia usaha dan industri, Polteknaker harus dapat melaksanakan program-program kegiatan.

Adapun program kegiatan itu, pertama, program teaching factory. Kegiatan ini terdiri dari dua prinsip utama, yaitu pembelajaran berbasis kompetensi dan produksi.

Pembelajaran berbasis kompetensi bertujuan untuk membantu peserta didik memperoleh keterampilan dan pengetahuan. Dengan begitu, mereka mampu melakukan tugas sesuai dengan standar yang telah ditentukan.

Sementara itu, pembelajaran berbasis produksi berarti siswa terlibat dalam proses produksi sebagai bentuk konkrit teaching factory.

Program kegiatan Polteknaker kedua, menjalin kerja sama dengan industri.

Kerja sama industri tersebut berupa pengelolaan prakerin yang baik, magang (on the job training), pengelolaan kunjungan industri, rekruitmen tenaga kerja, penyelenggaraan kelas industri.

Untuk kegiatan ketiga adalah melakukan penyuluhan dan pembinaan dari stakeholder terkait dengan ketenagakerjaan.

Lulusan harus miliki kompetensi hard skill dan soft skill

Untuk diketahui, dunia usaha dan dunia industri berharap, lulusan memiliki kompetensi pada keterampilan hard skill yang sesuai dengan bidangnya.

Hal tersebut termasuk keterampilan soft skill berupa kompetensi sikap, kerjasama dan motivasi dalam dunia kerja.

Harapan itu pun menunjukan tiga masalah yang berkaitan dengan kesenjangan antara perguruan tinggi dengan dunia usaha dan dunia industri.

Pertama, tantangan dunia usaha dan industri membutuhkan penyiapan tenaga kerja yang kompeten dan dibutuhkan.

Kedua, terdapat celah antara kompetensi yang dibutuhkan dunia usaha dan dunia industri dengan lulusan yang dihasilkan oleh perguruan tinggi.

Ketiga, lulusan perguruan tinggi belum mempunyai dua kompetensi pokok yang dibutuhkan oleh dunia usaha dan industri, yaitu kemampuan hard skill dan soft skill atau terkadang hanya salah satu yang dikuasai lebih baik.

Berdasarkan permasalahan tersebut, Polteknaker dituntut untuk mempersiapkan peserta didik agar dapat bekerja sesuai bidang keahlian.

Hal tersebut bertujuan untuk memperkecil jarak kompetensi antara lulusan Polteknaker dengan kebutuhan dunia usaha dan industri.

Untuk itu, proses pembelajaran di Polteknaker menuntut mahasiswa mempunyai tiga ranah kompetensi, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Polteknaker sendiri dituntut harus mampu menciptakan SDM yang dapat beradaptasi dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek).

Dalam proses pembelajaran, Polteknaker bertugas sebagai pencetak tenaga kerja yang siap pakai. Begitu pula dalam pengetahuan dan keterampilan, peserta didik harus dibekali kompetensi yang sesuai dengan program keahlian masing-masing.

Lulusan Polteknaker berperan dalam memenuhi kebutuhan dunia usaha dan industri sebagai tenaga kerja tingkat menengah.

Selain diharuskan menguasai kompetensi sesuai bidang, lulusan juga harus mampu melakukan pengembangan diri.

Hal tersebut sebagai upaya agar lulusan mampu berkompetisi pada saat ini maupun masa yang akan datang, serta menyesuaikan tuntutan dalam dunia usaha dan industri.

Oleh karenanya, Polteknaker membekali mahasiswa dengan kemampuan kognitif (pengetahuan) dan kemampuan psikomotorik atau keterampilan (skill).

Selain kedua kemampuan itu, adaptif juga dibutuhkan sebagai bekal untuk lulusan Polteknaker. Kemampuan adaptif adalah kemahiran seseorang melakukan penyesuaian dan pengembangan diri sesuai dengan perkembangan teknologi dan industri yang ada.

Adapun kompetensi adaptif yang diberikan berupa materi pengetahuan dasar di bidang teknologi sesuai dengan bidang masing-masing.

Sedia SDM berdaya saing internasional

Proses pendidikan di Polteknaker merupakan pembelajaran untuk menyediakan SDM yang mempunyai daya saing secara internasional. Sebab, tantangan internasional lebih mendominasi di tahun-tahun yang akan datang.

Untuk itu, perlu ada upaya atau strategi dan kebijakan sebagai antisipasi bagi perbaikan dan pengembangan proses pendidikan.

Bahkan, dunia usaha dan industri sebagai pengguna dari lulusan pendidikan kejuruan atau pendidikan profesional pun ikut melihat dan menaruh perhatian besar pada kompetensi SDM itu.

Semua pekerja pada dunia usaha dan industri yang berskala internasional mempersyaratkan penguasaan landasan-landasan kompetensi dan keterampilan dengan kinerja tinggi.

Meskipun demikian, tidak semua pekerja dengan hard skill yang dimiliki dapat menjamin kesuksesan bekerja di perusahaan.

Secara umum, beberapa industri menginginkan lulusan yang mempunyai dua kompetensi pokok yaitu hard skill dan soft skill.

Kompetensi hard skill merupakan keterampilan yang digunakan untuk bekerja sesuai bidang keahlian. Sementara kompetensi soft skills digunakan untuk mendukung pekerja menyelesaikan tugasnya.

Keterampilan pokok dipelajari ketika lulusan berada di perguruan tinggi lewat proses pembelajaran. Begitu pula soft skills, selain di kampus juga dapat diajarkan dengan pembiasaan di lingkungan luar kampus.

Kompetensi soft skills meliputi communication skill, organizational skill, leadership skill, logic skill, effort skill, group skill dan ethic.

Kerja sama dengan dunia usaha dan industri itu wajib

Kerja sama Politeknik Ketenagakerjaan dengan dunia usaha dan industri adalah suatu keharusan.

Sebab, beberapa kegiatan belajar-mengajar selalu melibatkan dunia usaha dan industri. Misalnya, praktik kerja industri (prakerin), on job training (OJT), dan kunjungan industri.

Peran dunia usaha dan dunia industri juga dituntut untuk lebih dalam terlibat dalam kegiatan-kegiatan tersebut.

Manajemen Polteknaker harus mempunyai strategi guna mengakomodir kepentingan kedua belah pihak. Hal ini agar kerja sama dengan dunia usaha maupun industri dapat berjalan berkesinambungan dan lancar.

Penyamaan visi kerja sama dalam berbagai bentuk kegiatan harus bertujuan sama, yaitu menyediakan lulusan yang sesuai dengan kebutuhan dunia usaha dan industri.

Adapun kegiatan yang sangat bermanfaat lainnya adalah rekruitmen tenaga kerja.

Peran Bursa Kerja Khusus (BKK) dinilai sangat penting dalam proses rekrutmen tenaga kerja.

Oleh karena itu, Politeknik Ketenagakerjaan melalui BKK disarankan menjalin kerja sama dengan dunia usaha dan industri sehingga menjadi wadah bagi lulusan untuk bekerja.

Jalinan kerja sama rekrutmen dengan dunia usaha dan industri sebaiknya dilakukan signifikan dan selalu dievaluasi secara periodik agar dapat berjalan sesuai rencana.

Politeknik Ketenagakerjaan harus menyiapkan tentang aturan-aturan ketenagakerjaan dan proses penyaluran agar mahasiswa mempunyai gambaran tentang proses ketenagakerjaan.

Bentuk aturan yang dimaksud seperti sosialisasi aturan-aturan dan proses rekrutmen ketenagakerjaan, penyiapan kompetensi soft skills dalam menyongsong dunia kerja, pendidikan dan pelatihan untuk siap bersaing dalam dunia usaha dan dunia industri, penyaluran kebutuhan tenaga kerja melalui bursa kerja khusus.

https://money.kompas.com/read/2021/06/25/175423926/atasi-kesenjangan-pendidikan-dengan-dunia-kerja-polteknaker-diminta-lakukan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke