Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Anggota Komisi VII DPR Tak Setuju Penggunaan GeNose Dihentikan

JAKARTA, KOMPAS.com - Anggota Komisi VII DPR RI Adian Napitupulu mengaku tak setuju jika penggunaan alat tes Covid-19 buatan Universitas Gadjah Mada (UGM), GeNose dihentikan.

Dia menilai GeNose merupakan alat tes Covid-19 yang bisa digunakan oleh semua golongan rakyat di Indonesia karena harganya yang terjangkau.

"GeNose dengan harga yang terjangkau di bandingkan Antigen menjadi bukti bahwa negara hadir untuk semua rakyat tidak hanya untuk si kaya saja. GeNose diijinkan digunakan kan pasti ada prosesnya, apalagi dari Kemenkes juga sudah kasih ijin," ujar Adian dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (26/6/2021).

Politisi PDI-P ini menambahkan, jika penggunaan GeNose dihentikan, maka yang akan terkena dampaknya adalah rakyat kecil. Tak hanya itu, kebijakan tersebut juga akan mempengaruhi mobilitas manusia, yang berikutnya bisa memukul perekonomian di bidang transportasi maupun pariwisata.

Dia pun mempertanyakan alasan sejumlah pihak yang menyebut GeNose menjadi penyebab lonjakan kasus Covid-19 di Indonesia.

"Itu pernyataan yang berdasarkan data, rasa atau kepentingan? Menurut saya kalau berdasarkan data, jika Genose menjadi penyebab maka harusnya lonjakan Covid terjadi setidaknya 1 atau 2 bulan setelah digunakan atau sekitar Maret atau April 2021, bukan bulan Juni. Nah faktanya Maret dan April justru kasus Covid Indonesia justru pada titik terendah sepanjang pandemi, landai sekali," kata Adian.

Malahan, Adian menilai lonjakan kasus Covid-19 di Indonesia terjadi karena rendahnya kedisiplinan rakyat, lemahnya kontrol aparat, serta kurang masifnya upaya pencegahan yang dilakukan pemerintah.

"Saya melihat mereka yang mengkambing hitamkan Genose tanpa data bisa jadi hanya menduga-duga. Hanya dapat dari katanya atau infonya, tanpa pegang data yang valid. atau bisa juga bagian dari kelompok yang memiliki kepentingan politik maupun bisnis,"ungkapnya.

Adian mengatakan GeNose merupakan alat uji Covid-19 yang paling murah. Dengan demikian maka alat tes tersebut bisa di jangkau oleh beragam kalangan.

"Menghentikan penggunaan GeNose akan membuat kesehatan hanya menjadi milik orang orang kaya saja yang mampu membayar mahal hanya untuk tes saja," ucap dia.

Sebelumnya diberitakan, Ahli biologi molekuler Ahmad Utomo meminta pemerintah untuk menghentikan sementara penggunaan alat tes Covid-19 buatan Universitas Gadjah Mada (UGM), GeNoSe.
Sejak 1 April 2021, GeNoSe bisa menjadi syarat perjalanan di semua moda transportasi, selain antigen dan PCR. Penggunaan GeNose berdasarkan Surat Edaran (SE) Nomor 12 Tahun 2021 tentang Ketentuan Perjalanan Orang Dalam Negeri dalam Masa Pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid-19).

Utomo mengatakan, penghentian itu dilakukan untuk menunggu hasil validasi eksternal dari kampus merdeka. Validasi eksternal sebelumnya direncanakan secara independen oleh tim peneliti dari institusi non-UGM dan berlangsung hingga April 2021.

"Ini sudah Juni, sejak Februari belum ada hasilnya. Ini kampus kita benar-benar merdeka ndak untuk melaporkan hasilnya," kata Utomo saat dihubungi Kompas.com, Senin (21/6/2021).

Padahal, GeNoSe digunakan sebagai alat verifikasi perjalanan waktu mudik.

Di media sosial, sejumlah warganet membagikan testimoni para calon penumpang moda transportasi yang menggunakan tes GeNose demi mendapatkan hasil negatif Covid-19.

Ada yang mengaku positif Covid-19 saat swab antigen, dan memilih menggunakan GeNose untuk melakukan perjalanan karena hasil tes menunjukkan sebaliknya. Utomo menduga, ledakan kasus Covid-19 yang terjadi belakangan akibat dari penularan orang yang bepergian.

"(GeNoSe) harus dihentikan. Kita harus mencari masalah ledakan kasus, semua potensi masalah harus dicari. Apalagi tes kita masih lemah, tracing lemah, apalagi orang bisa ke mana-mana hanya berdasarkan GeNoSe," jelas dia.

https://money.kompas.com/read/2021/06/26/143000526/anggota-komisi-vii-dpr-tak-setuju-penggunaan-genose-dihentikan

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke