Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Saya dengan Dakota dan Saya dengan Garuda Indonesia

PERTAMA kali saya melihat pesawat terbang pada tahun 1950-an di Lapangan Terbang Kemayoran, diajak ayah saya dengan menggonceng sepeda dari rumah dibilangan Jalan Segara 4 nomor 4. Jakarta Pusat.

Yang saya lihat adalah pesawat terbang Garuda Indonesia jenis Dakota. Versi sipil dari Dakota dikenal sebagai DC-3 dan versi militernya adalah C-47.

Pertama kali saya menikmati terbang adalah di tahun 1969 ketika mengikuti sekolah para dasar di Margahayu Bandung.

Sebagai Taruna Akabri Udara tingkat 2, kami harus mengikuti latihan terjun payung statik, bukan terjun bebas.

Ketika itu, untuk pertama kali saya menikmati terbang tanpa menikmati proses landing, karena harus terjun dari pesawat di udara.

Pesawat terbang yang digunakan adalah pesawat terbang Dakota dari satuan Skadron 2 Wing operasi 001 Pangkalan Angkatan Udara Halim Perdanakusuma.

Pertama kali saya terbang sebagai penumpang pesawat terbang sipil komersial adalah di tahun 1969 juga yaitu ketika bertugas mendamping tamu Kadet Amerika Serikat dari Jogyakarta ke Bali.

Ketika itu, pesawat terbang yang kami naiki adalah pesawat terbang Dakota milik Garuda Indonesia.

Selesai kunjungan di Bali, kami terbang ke Jakarta menggunakan Maskapai Garuda Indonesia juga, namun kali ini dengan pesawat terbang Convair Jet 990-A, pesawat paling keren di zamannya.

Selesai sekolah penerbang Angkatan Udara , saya bertugas di Skadron 2 Wing Operasi 001 Halim Perdanakusuma.

Setelah menyelesaikan tahapan belajar terbang dengan 4 tipe pesawat latih termasuk pesawat latih Jet L-29, saya memulai tugas sebagai penerbang di satuan operasional Skadron Udara 2.

Pesawat yang digunakan adalah lagi-lagi pesawat Dakota.

Beruntung, selesai berlatih menerbangkan pesawat terbang Dakota C-47 Angkatan Udara, saya sempat ditugaskan terbang sebagai Ko Pilot Dakota milik Penerbad, Penerbangan Angkatan Darat, kemudian menerbangkan Dakota di PENAS, Perusahaan Arial Survey yang misinya melaksanakan foto udara.

Berikutnya saya juga ditugaskan menerbangkan Dakota di Papua milik Merpati Nusantara Airlines (MNA). Selanjutnya saya ditugaskan lagi terbang Dakota di Mandala Airlines dan juga pesawat VC-8 Vickers Viscount.

Tidak itu saja, karena saya sempat pula menerbangkan pesawat Dakota milik Kementerian Perhubungan yaitu Pesawat Kalibrasi Navigasi Direktorat Jenderal Perhubungan Udara.

Sebagai Pilot Angkatan Udara, tentu saja saya harus mengikuti kursus dan training penyesuaian untuk menjalankan tugas sebagai penerbang sipil, sampai dengan meraih ATPL, Airline Transport Pilot License.

Setelah menjalani pensiun dari Angkatan Udara, saya banyak berteman dengan para pilot penerbangan sipil dari berbagai maskapai penerbangan, termasuk teman-teman di Garuda Indonesia.

Pertemuan-pertemuan periodik yang antara lain membahas banyak masalah masalah keselamatan penerbangan di tanah air maupun di dunia.

Dalam interaksi yang sangat intens itu saya sempat diangkat sebagai Pilot Kehormatan APG, Asosiasi Pilot Garuda Indonesia.

Kini, di tengah krisis yang sedang menimpa banyak maskapai penerbangan terutama Garuda Indonesia, tentu saja saya merasa turut bersedih hati.

Mudah-mudahan krisis Garuda Indonesia dapat diselesaikan dengan baik, sebagai maskapai penerbangan kebanggaan kita.

Itulah sekelumit kilas balik perjalanan hidup saya dengan pesawat terbang Dakota dan dengan Garuda Indonesia.

https://money.kompas.com/read/2021/06/27/120445826/saya-dengan-dakota-dan-saya-dengan-garuda-indonesia

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke