KOMPASIANA---Usai sudah penyelenggaraan Piala Eropa 2020, turnamen empat tahunan bergengsi antarnegara Benua Eropa ini.
Turnamen tersebut mengeluarkan Italia sebagai juaranya setelah menundukkan Inggris melalui drama adu penalti.
Bagi sebagian kalangan, terutama pecinta sepak bola, berakhirnya Piala Eropa 2020 sebenarnya cukup disayangkan. Ini adalah hiburan satu-satunya bagi mereka di tengah kondisi pandemi Covid-19.
Di sisi lain, berakhirnya Piala Eropa 2020 cukup melegakan. Alasannya jelas, penyebaran Covid-19.
Awal bulan ini WHO menyebut Piala Eropa 2020 dapat memicu lonjakan infeksi Covid-19 di Eropa.
Penyebabnya tentu saja kerumunan para suporter, baik di dalam maupun luar lapangan. Mereka berkumpul, tak berjarak, dan tanpa masker.
Selain Piala Eropa dan pandemi Covid-19, ada juga pembahasan mengenai Inggris dan Argentina yang lama menjadi seteru dalam sejarah.
Berikut konten-konten menarik dan populer di Kompasiana:
1. Antara Piala Eropa dan Pandemi Covid-19
Kompasianer Junanto Herdiawan memberikan ulasannya terkait sebuah buku berjudul How Soccer Explains the World yang ditulis Franklin Foer (2004).
Dalam buku tersebut, sang penulis mencoba menjelaskan teori globalisasi melalui kaca mata sepak bola.
Dikatakan Junanto, sebagaimana ditulis Foer, tim sepak bola bukan hanya mewakili kota atau negara, tetapi juga mewakili kelas sosial, ideologi politik, dan keimanan serta agama. Kekuatan ekonomi suatu negara juga bisa tercermin dari sepak bola.
Dalam buku itu, Foer menjelaskan tentang bagaimana perseteruan sengit supporter satu klub sepak bola dengan yang lainnya bukan hanya dilatarbelakangi oleh kepentingan ekonomi, tetapi juga politik bahkan agama.
Buku ini juga menjelaskan bagaimana ketimpangan global dapat dijelaskan melalui industri sepak bola di negara maju dan berkembang.
"Buku ini bisa sangat relate dengan kondisi dunia sekarang yang sedang dilanda pandemi Covid-19. Dari kedua kejuaraan di atas, sepak bola seolah menjelaskan bagaimana satu negara menyikapi pandemi Covid-19," tulisnya, (Baca selengkapnya)
2. Setelah Piala Eropa 2020 Berlalu
Kompasianer Dian Hendroyono berpendapat tahun ini agak berbeda dari tahun lainnya, utamanya soal pergeleran sejumlah turnamen olahraga. Mendadak tayangan olahraga di televisi menjadi riuh.
Ketika Euro 2020 dimulai, gelaran tenis Grand Slam, Prancis Terbuka, belum selesai. Konsentrasi masih tertuju pada penantian final tunggal putra antara Novak Djokovic dan Stefanos Tsitsipas.
Pada 11 Juni yang lalu, Italia membuka Euro 2020 dengan laga melawan Turki di Stadio Olimpico, Roma. Italia menang mudah 3-0. Lalu, ada tiga pertandingan grup lainnya yang berlangsung pada 12 Juni lalu.
Lalu, bagaimana setelah sejumlah turnamen berkahir seperti saat ini? (Baca selengkapnya)
3. Balada "The Three Lions" Inggris dan "La Albiceleste" Argentina
Kedua tim ini memang tidak berkaitan langsung dalam dua turnamen berbeda yang baru usai. Tetapi, keduanya tak bisa dipisahkan dari sejarah sepak bola dunia.
Dalam episode teranyar yang baru saja berlalu, kembali Inggris dan Argentina dibandingkan.
Di pentas Piala Eropa, Inggris tampil pertama kali di Final Euro 2020 dan bahkan bertindak sebagai tuan rumah di stadion kebanggaannya, Wembley Stadium, London.
Sedangkan nan jauh di benua Amerika Selatan, Timnas Argentina juga kembali tampil sebagai juara di Final Copa America 2021.
Bedanya, Inggris harus pulang dengan tangan kosong di rumah sendiri, sementara Tim Tango menjadi jawara di hadapan tuan rumah.
Perseteruan Inggris dan Argentina sebetulnya tidak hanya di lapangan bola. Sejarah permusuhan keduanya juga terjadi di luar sepak bola.
Masih ingat Perang Falklands (Malvinas) pada tahun 1982? Atau bagaimana dengan kontroversi "Gol Tangan Tuhan" ala Maradona di perempat-final Piala Dunia 1986 yang berlangsung di stadion Aztec, Mexico City. Tidak lupa, bukan? (Baca selengkapnya) (IBS)
https://money.kompas.com/read/2021/07/13/152844626/kurasi-kompasiana-antara-piala-eropa-dan-pandemi-covid-19