KOMPASIANA---Ketahuilah bahwa mengembangkan usaha hingga meningkatkan penjualan Anda bukan semata urusan terget belaka, melainkan urusan pelanggan.
Benar, ujung tombak sebuah bisnis adalah penjualan. Namun bagiamana mungkin penjualan akan tercapai tanpa pelanggan? Salah satu kunci penjualan adalah kepercayaan.
Pelanggan sendiri merupakan individu yang mencari solusi dari berbagai persoalan yang dialami sehari-harinya. Sebut saja kendaraan, ponsel, atau televisi pintar.
Tetapi apakah ketika si pelanggan ditawarkan sebuah solusi oleh produk Anda dia akan percaya begitu saja?
Jelas tidak. Karenanya, Anda butuh untuk merayu, membujuk, dan meyakinkan si pelanggan agar ia yakin dengan produk Anda.
Lalu, bagiamana caranya?
Berikut konten-konten menarik dan populer di Kompasiana seputar bisnis dan pelanggan:
1. Teknik "Membujuk" yang Bisa Anda Gunakan dalam Marketing
Kompasianer Trian Ferianto punya beberapa teknik membujuk yang bisa digunakan dalam marketing.
Menurut dia, teknik ini didapatnya dari dari Blair Warren yang dituangkan ke dalam bukunya berjudul The One Sentence Persuasion Course.
Trian mengatakan dalam buku itu ada beberapa teknik kunci yang bisa digunakan dalam melakukan persuasif.
Pertama, mendukung impian. Teknik ini sebenarnya menggali apa yang sejatinya diimpikan seseorang dan kemudian mengasosiasikan bahwa produk yang ditawarkan akan mendukung impian mereka terwujud lebih mudah, dan lebih cepat.
"Kita seringkali memaksakan impian di kepala kita untuk menjadi impian orang lain juga. Padahal setiap individu sudah secara naluri memiliki keinginan sendiri yang mereka anggap penting," tulisnya. (Baca selengkapnya)
2. Memahami Psikologi Warna dalam Identitas Brand
Tahukah kamu kalau pemilihan warna pada sebuah brand itu sangat penting dan tidak bisa sembarang. Pasalnya bagi brand warna juga termasuk sebuah identitas.
Kompasianer Vincent Aditya berpendapat bahwa pemilihan warna yang tepat dapat membuahkan kesuksesan tersendiri bagi sebuah brand.
Dan warna yang tepat dipercaya turut menentukan perilaku konsumen terhadap brand tersebut.
Mengapa begitu?
Sebuah penelitian mencatat bahwa seseorang membuat penilaian bawah sadar mengenai suatu produk dalam 90 detik pertama, dan antara 62–90 persen penilaian itu didasarkan pada warna saja.
"Berdasarkan penjelasan dari hasil penelitian di atas, kita dapat melihat bahwa warna memiliki kekuatan yang bersifat emosional dan praktis dalam proses branding suatu produk," tulisnya. (Baca selengkapnya)
3. Memanfaatkan Halo Effect dalam Proses Branding Produk
Pernah engga kamu membeli sebuah barang hanya karena barang tersebut dikeluarkan brand favorit kamu?
Kalau pernah bisa jadi kamu terkena dampak halo effect atau efek halo dari brand tersebut.
Menurut Kompasianer Vincent Aditya efek halo merupakan sebuah istilah dari efek atau dampak yang diberikan dari suatu merk jika merk tersebut memiliki produk yang berkualitas baik sehingga membuat konsumen puas atau memenuhi ekspektasi dari konsumen tersebut.
Pengalaman positif konsumen terhadap merek tersebut membentuk citra merek positif pada benak konsumen sehingga menghasilkan loyalitas terhadap lini produk dari merek tersebut.
Bagi sebuah brand, halo effect sangat bermanfaat saat sebuah merek ingin melakukan perluasan lini produk ataupun membuat produk baru karena perubahan selera konsumen atau kebutuhan pasar, terutama dalam proses pengembangan produk baru atau digunakan dalam strategi pemasaran product life cycle.
"Halo effect ini memiliki lawan yang disebut dengan horn effect (efek tanduk iblis) untuk menjelaskan pengalaman buruk konsumen terhadap suatu produk," tulisnya. (Baca selengkapnya) (IBS)
https://money.kompas.com/read/2021/07/14/213551226/tren-bisnis-kompasiana-teknik-membujuk-dalam-marketing-psikologi-warna