Pria yang sempat menjabat sebagai Direktur Utama PT KAI tahun 2009-2014 itu memang mengubah total layanan, sistem operasi, hingga aturan di tiap-tiap stasiun KAI.
Dengan perubahan itu, kini tak lagi ditemui sampah di stasiun atau orang berjualan di dalam kereta.
Calo tiket pun kian tersingkir lantaran pemesanan tiket, khususnya untuk kereta jarak jauh, bisa melalui ponsel atau merchant yang bekerjasama.
"Ini sebenarnya adalah transformasi digital. Transformasi yang dilakukan kereta api yang dinikmati saat ini, dilakukan 12 tahun lalu, tidak terlepas dari transformasi digital," kata Jonan dalam webinar Leadership in Digital Era, Sabtu (17/7/2021).
Jonan bercerita, kala itu 70 persen insan KAI hanya lulusan SD-SMP. Lulusan SD kira-kira berjumlah 9.600 dan lulusan SMP sekitar 6.700. Sisanya sekitar 200 orang adalah lulusan SLTA sampai sarjana. Namun, lulusan S1-S3 hanya sekitar 86 orang termasuk Jonan.
Kendati demikian, tranformasi tetap Jonan lakukan. Untuk itu, simak tips-tips transformasi ala Jonan seperti berikut ini.
1. Pimpin perubahan
Untuk melakukan transformasi menyeluruh, pemimpin harus memimpin perubahan. Jonan mengungkapkan, pemimpin harus memberikan contoh yang bisa diikuti oleh prajuritnya.
Pemimpin harus mengejar hasil, bukan popularitas. Popularitas bisa pupus seiring waktu, tapi hasil akan selalu diingat dan dijadikan contoh untuk masa depan bisnis tersebut.
"Saya bilang, tidak boleh orang itu tidur waktu menjalankan operasi kereta api, saya juga enggak tidur. Saya bilang enggak boleh merokok, ya saya enggak ngerokok," ucap Jonan.
2. Menjadi contoh
Tips ini dia dapat dari ucapan Napoleon Bonaparte, yakni "If you build an army of 100 lions and their leader is a dog, in any fight, the lions will die like a dog. But, if you build an army of 100 dogs and their leader is a lion, all dogs will fight like a lion".
Jonan percaya betul kata-kata itu. Dia mengaku mungkin akan menyerah bila tidak mengerti teori dari ucapan Napoleon tersebut.
Menurut dia, pemimpin perubahan memang harus egaliter agar krisis beban menular kepada seluruh struktur organisasi, tidak hanya di pemimpin saja.
"Bagaimana mentransformasi sebuah organisasi tua dengan 40 persen pegawai lulusan SD, 30 persen SMP. Sebuah bank tutup, bank lain bisa survive Kereta api tutup, hilang kereta apinya," ucapnya.
3. Terapkan rasa kemanusiaan
Meski seorang pemimpin, rasa kemanusiaan tetap harus diutamakan kepada para bawahan. Tapi perlu diingat, para karyawan juga harus dikendalikan dengan disiplin yang keras agar perubahan itu terjadi.
Bagaimana pun kata Jonan, perubahan di KAI menyangkut perubahan kultur yang sudah mendarah daging puluhan tahun. Untuk mengubahnya jadi lebih baik, dibutuhkan kerja keras dan ketegasan seorang pemimpin.
"Itu saya terapkan di kereta api, perlakukan prajurit saya dengan rasa kemanusiaan sebaik-baiknya, tapi saya kendalikan dengan disiplin yang sangat keras. Ini keberanian dari business manager, itu tugas saya," ucap dia.
4. Eksekusi nomor satu
Didominasi oleh lulusan SD dan SMP rupanya tidak menghalangi perubahan yang terjadi di KAI. Pasalnya, setinggi apapun edukasi yang diambil atau teori yang bersarang di kepala, tidak akan ada gunanya bila tak ada eksekusi.
Jonan menyatakan, kerja keras menjadi yang paling penting dalam transformasi. Kerja keras ini harus dimulai dari orang nomor satu atau leader dalam sebuah perusahaan.
"Leading change itu kita selalu percaya strategy is important, tapi eksekusinya adalah segalanya. Kalau eksekusinya enggak bisa, percuma. Jadi tidak boleh omdo," beber Jonan.
Akhirnya berkat transformasi yang berhasil, pendapatan sebelum beban (top line) KAI naik sekitar 4 kali lipat. KAI pun bisa melunasi utang dan mencatat keuntungan setiap tahunnya.
"Bisnisnya sudah naik banyak. Waktu saya masuk kereta api itu top line kira-kira Rp 4,2 triliun, waktu saya pergi Rp 13,7 triliun. Sebelum Covid-19 top line sudah Rp 25-27 triliun setahun. Ini tumbuhnya 20-30 persen top line setahun," pungkas Jonan.
https://money.kompas.com/read/2021/07/19/063800226/tips-transformasi-bisnis-ala-jonan--tidak-boleh-omdo-