Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Menperin Sebut 95 Persen Produk Laptop Indonesia Masih Impor

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan, pemenuhan kebutuhan laptop Indonesia lebih banyak dipasok oleh produk luar negeri ketimbang produk lokal.

Hal itu terlihat dari nilai impor produk laptop rata-rata dalam 5 tahun terakhir atau pada 2016-2020 mencapai 1 miliar dollar AS.

Ia menjelaskan, permintaan produk laptop di Indonesia mencapai 3 juta unit per tahun.

Sayangnya, pangsa pasar produk laptop lokal hanya 5 persen, selebiihnya 95 persen dikuasai oleh produk impor.

"Jadi dari 3 juta itu masih 95 persen impor dan baru 5 persen untuk produk laptop dalam negeri. Tentu ini yang akan jadi perhatian kita agar terus mendorong produk dalam negeri menjadi tuan rumah di negera sendiri," ujar Agus dalam konferensi pers virtual, Kamis (22/7/2021).

Oleh sebab itu, kata dia, pemerintah tengah berupaya meningkatkan penggunaan laptop buatan lokal dalam belanja barang dan jasa pemerintah.

Di samping itu, pemerintah mendorong pengembangan industri laptop di Indonesia.

Agus menjelaskan, saat ini memang laptop dalam negeri masih berbentuk rakitan, sehingga masih ada komponen yang harus diimpor.

Untuk menciptakan ekosistem industri laptop yang lebih baik, Kemenperin membentuk engineering center untuk laptop.

Lewat program ini diharapkan akan meningkatkan produksi laptop dalam negeri, termasuk pula komponen-komponennya.

Sebab, program itu akan membentuk ekosistem laptop mulai dari kekayaan intelektual, komponen utama, hingga produk pendukung produksi laptop dalam negeri.

Adapun engineering center untuk laptop ini bertujuan untuk pengembangan industri laptop, handphone, komputer tablet dan genggam, serta produk semikonduktor.

"Saat ini laptop yang bisa dirakit dalam negeri bisa sampai 400.000 unit, dan tentu kami akan terus memperluas pangsa pasar ini," kata Agus.

Selain itu, upaya yang dilakukan Kemenperin untuk meningkatkan produksi laptop lokal adalah membuat program substitusi impor sebesar 35 persen pada tahun 2022.

Salah satu kebijakan program ini yakni penerapan Peningkatan Penggunaan Produksi Dalam Negeri (P3DN) secara tegas dan konsisten.

Ia bilang, untuk mencapai target subtitusi impor itu akan dilakukan dengan mendorong investasi dan peningkatan utilisasi industri.

Adapun pada 2020 utilisasi industri pengolahan masih 60 persen, yang diharapkan pada 2022 bisa mencapai 85 persen.

"Karena kami lihat utilisasi dengan perusahaan-perusahaan produk teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dalam negeri itu masih rendah. Maka apabila penerapan P3DN ini bisa tegas dan konsisten, akan membantu program substitusi impor 35 persen di 2022," jelasnya.

https://money.kompas.com/read/2021/07/22/194508926/menperin-sebut-95-persen-produk-laptop-indonesia-masih-impor

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke