Lonjakan tersebut terjadi karena setahun yang lalu, lini bisnis periklanan yang menjadi salah satu sumber pendapatan perusahaan terdampak oleh pandemi Covid-19.
Perusahaan juga berhasil mencetak lama 10,4 miliar dollar AS atau sekitar Rp 150,8 triliun.
Jumlah tersebut tumbuh dua kali lipat bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Meski demikian, proyeksi untuk sisa tahun 2021 diperkirakan tak secerah realisasi yang telah terjadi di paruh pertama tahun ini.
CFO Facebook David Wehner di dalam laporan keuangan mentebut, terdapat beberapa perubahan aturan dan platform yang mentyebabkan kinerja perusahaan bisa tertekan di dua kuartal ke depan.
Salah satunya yakni dari sisi upgrade iOS atau sistem operasi Apple terbaru yang memberikan fitur pilihan kepada penggunanya untuk mengizinkan aplikasi melacak kegiatan mereka dalam menggunakan sebuah aplikasi.
Untuk diketahui, update terbaru dalam iOS 14.5 tersebut telah berlaku per April lalu, namun akan memberikan dampak yang cukup signifikan terhadap kinerja Facebook pada kuartal III tahun ini.
Facebook, yang sebagian besar pendapatannya bersumber dari iklan, telah secara agresif menolak perubahan tersebut dan memberi peringatan kepada investor mengenai perubahan yang mampu memengaruhi pendapatan perusahaan bila banyak pengguna memilih untuk tak mengizinkan pelacakan.
Di sisi lain, Facebook juga sedang menghadapi pengetatan kebijakan regulator. Perusahaan yang didirikan oleh Mark Zuckerberg tersebut, bersama dengan beberapa raksasa teknologi lain, saat ini menjadi target dari RUU antimonopoli yang baru diusulkan oleh anggota parlemen setempat bulan lalu.
Facebook juga beberapa kali mendapatkan kritik dari Gedung Putih.
Meski demikian, ambisi Facebook masih terus tumbuh. Bila dibandingkan dengan kuartal yang sama tahun lalu, saat ini Facebook memiliki 2,9 miliar pengguna aktif atau tumbuh 7 persen.
https://money.kompas.com/read/2021/07/29/145025826/meski-cetak-laba-rp-1508-triliun-kinerja-facebook-diproyeksi-tak-cerah