JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan, pandemi akan berganti menjadi endemi pada tahun 2022.
Setidaknya ada sekitar 89 persem ilmuwan yang memproyeksi hal serupa.
Kendati demikian, vaksinasi Covid-19 tetap harus terakselerasi oleh berbagai negara karena virus tersebut belum sepenuhnya hilang. Apalagi, pemulihan di setiap negara akibat pandemi Covid-19 tak seragam.
"Vaksin tetap harus diakses seluas-luasnya, disiplin terutama masker termasuk 4M yang lain, implementasi 3T, dan perkuatan sistem kesehatan," kata Sri Mulyani dalam konferensi pers Nota Keuangan dan RUU APBN 2020 di Jakarta, Senin (16/8/2021).
Bendahara Negara ini menyebutkan, negara yang memiliki akses vaksin akan lebih cepat pulih dibanding negara yang kesulitan mendapat akses. Hal ini kata Sri Mulyani, akan mempengaruhi kondisi pemburukan ekonomi.
"Oleh karena itu, kita mewaspadai uneven economic recovery karena akan menimbulkan komplikasi dari sisi policy response-nya," ucap Sri Mulyani.
Wanita yang akrab disapa Ani ini menyebutkan, pemulihan ekonomi yang tidak seragam memberikan divergensi antarnegara.
Beberapa negara sudah mengalami pemulihan permintaan yang menyebabkan kenaikan inflasi, tetapi negara lain masih berkutat memulihkan permintaan.
Inflasi di Amerika Serikat, misalnya, sudah melonjak di atas 4 persen. Begitu pula dengan inflasi di negara-negara maju yang relatif meningkat karena demand melonjak saat recovery 2021.
"Inflasi negara berkembang relatif stabil tapi ini juga bergantung pada permintaan sehingga kompleksitas dari lingkungan global dari sisi response policy terutama moneter akibat meningkatnya inflasi di negara maju. Perlu kita waspadai (risiko tapering) terutama pada 2022," pungkas Sri Mulyani.
https://money.kompas.com/read/2021/08/16/184213526/sri-mulyani-sebut-pandemi-bakal-jadi-endemi-tahun-depan-vaksinasi-harus